Eropa Lainnya

Format Baru Eredivisie dan Nasib Sepak Bola Belanda

Dalam kurun dua dekade terakhir, klub-klub yang menjadi wakil kompetisi tertinggi di negeri Belanda, Eredivisie, tampak begitu mudah dilibas saat manggung di ajang antarklub Eropa semisal Liga Champions dan Liga Europa. Seakan-akan, torehan tinta emas yang pernah dibukukan tim-tim Eredivisie di ajang antarklub Eropa tak mungkin lagi direplikasi.

Praktis, setelah Feyenoord Rotterdam memenangi Piala UEFA (kini Liga Europa) di musim 2001/2002 yang lalu, belum ada lagi klub asal Belanda yang berhasil mengangkat trofi di kejuaraan antarklub Eropa. Pencapaian terbaik mereka hanya menjadi finalis seperti yang diperbuat Ajax Amsterdam di ajang Liga Europa musim kemarin.

Situasi mengenaskan ini diperparah dengan jebloknya performa tim nasional Belanda dalam kurun tiga tahun terakhir. Kegagalan lolos ke Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018 menjadi bukti yang tak bisa dibantah.

Baca juga: Tidak Ada Air Mata untuk Belanda

Bercermin pada situasi kurang apik tersebut, Koninklijke Nederlandse Voetbalbond (KNVB) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam sepak bola Negeri Kincir Angin, sedang mengajukan dan menggodok beberapa format baru terkait kompetisi teratas mereka, Eredivisie.

Seperti dilansir oleh Voetbal International, KNVB sudah mengajak 18 klub peserta Eredivisie untuk membahas kemungkinan penyusutan jumlah kontestan di masa yang akan datang menjadi 16 klub saja.

Tak sampai di situ, KNVB juga mempunyai rencana untuk menyamakan format penyelenggaraan Eredivisie seperti kompetisi yang diselenggarakan tetangga mereka, Koninklilje Belgische Voetbalbond (KBVB), Belgian Jupiler Pro League.

Liga tertinggi di Belgia itu sendiri menggunakan format anyar per musim 2009/2010 yang lalu. Dalam format baru tersebut, selain mereduksi jumlah peserta dari 18 klub menjadi 16 tim saja, Belgian Jupiler Pro League juga menjadikan kompetisinya terbagi dalam dua ronde, yakni musim reguler dan play-off. Musim reguler diselenggarakan seperti kompetisi-kompetisi lain pada umumnya. Namun setelah musim reguler selesai, masing-masing klub akan menempuh babak play-off.

Tim yang menghuni posisi 1-6 di papan klasemen musim reguler bakal ikut ke babak championship play-off  buat menentukan tim yang menjadi kampiun liga. Masing-masing klub bertanding dengan sistem kompetisi penuh di babak ini dengan tim yang menempati puncak klasemen secara resmi didapuk sebagai juara, sementara tim di peringkat empat lolos ke final play-off Liga Europa.

Sementara klub-klub yang mendiami peringkat 7-14, akan bertanding di babak play-off perebutan tiket ke Liga Europa. Kedelapan klub yang ikut di fase ini akan dibagi ke dalam dua grup yang berbeda di mana juara dari setiap grup bakal dipertemukan dalam partai semifinal sebelum akhirnya sang pemenang bersua dengan peringkat empat di championship play-off yang menggenggam satu tiket final play-off Liga Europa. Pemenang di partai final itulah yang nanti berhak mentas di Liga Europa.

Terakhir, penghuni dasar klasemen musim reguler dipastikan bakal terelegasi ke divisi satu pada musim berikutnya.

Awalnya, ada 10 tim Eredivisie yang keberatan dengan rencana ini (sayangnya Voetbal International tidak menyebutkan nama-nama klub tersebut). Mereka menganggap jika itu tidak akan berdampak signifikan terhadap perubahan yang diincar.

Akan tetapi, baru-baru ini muncul kembali sebuah kabar jika sejumlah klub (dari 10 tim di atas) siap untuk mendiskusikan kembali rencana perubahan format tersebut dengan pihak KNVB. Konon, keinginan untuk melihat klub-klub Eredivisie bisa kembali buas di ajang antarklub Eropa jadi salah satu alasannya. Dan perubahan format, mungkin jadi salah satu cara paling ampuh buat ‘menyegarkan’ kompetisi Eredivisie.

Kabar terakhir menyebutkan bahwa KNVB dan seluruh perwakilan dari klub-klub Eredivisie siap memulai lagi pembahasan soal format baru ini pada bulan November ini. Jika semuanya berjalan lancar dan seluruh klub menyatakan persetujuannya, dalam dua atau tiga musim ke depan, KNVB bisa saja menerapkan format baru untuk kompetisinya.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional