Kedatangan Sead Kolasinac diambut dengan suka cita oleh banyak pendukung Arsenal. Ia bukan hanya seorang bek sayap yang bagus. Kolasinac adalah paket lengkap tentang pesepak bola dengan teknik, dedikasi, dan mental tebal. Dan melihat penampilannya sejauh ini, rasanya begitu mudah untuk jatuh hati dengan Kolasinac.
Liga Primer Inggris selalu punya waktu untuk merayakan sosok pesepak bola yang tangguh dan berani berduel. Masih banyak penonton di Inggris yang lebih suka melihat seorang pemain menerobos pertahanan lawan dengan terjangan badan untuk kemudian melepaskan tembakan yang melambung, ketimbang proses membangun serangan yang terukur dan terencana.
Dan untuk kesukaan itu, Kolasinac dengan mudah diterima. Dari posturnya pun sudah terasa jika Kolasinac adalah sosok pemain yang Anda tak akan mau bertabrakan dengan dirinya. Kekar, dan cenderung gempal, membuat dirinya begitu tangguh. Julukan The Tank bukan hanya sekadar nama, melainkan memang narasi paling pas untuk bek asal Bosnia tersebut.
Mencintai perjuangan masa lalu
Seperti kebanyakan pesepak bola, masa lalu Kolasinac diwarnai oleh sepak bola. Sepanjang waktu, ia akan bermain sepak bola hingga matahari terbenam dan Kolasinac baru berhenti bermain ketika ibunya datang ke lapangan, sambil marah-marah, dan menyeretnya pulang.
“Masa kecil saya penuh kenangan yang menyenangkan. Sampai saat ini, saya masih sering mengenang masa kecil bersama beberapa teman saya. Mengingat lagi masa kecil, begitu selesai sekolah, kami langsung menuju lapangan dan bermain sepak bola hingga ibu kami masing-masing datang untuk menyeret kami pulang. Kami bermain di lapangan tanah, lalu ketika lapangan dengan pagar kawat dibangun, kami juga bermain di sana,” kenang Kolasinac kepada arsenal.com.
Meski masa kecilnya menyenangkan, perkembangan karier profesional Kolasinac sendiri tidak jauh dari kegagalan. Ketika masih berusia delapan tahun, Kolasinac bergabung dengan akademi Karlsruher SC. Perkembangan yang ditunjukkan Kolasinac pun tidak bisa dibilang istimewa, biasa saja seperti kebanyakan pemain muda pada umumnya.
Baca juga: Kemilau Tank dari Bosnia di Emirates Stadium
Pada tahun 2009, Kolasinac memutuskan bergabung dengan TSG Hoffenheim, dan satu tahun kemudian langsung menyeberang ke Stuttgart. Tidak lama kemudian, Kolasinac kembali pindah klub, dan kali ini menuju Schalke. Bersama Schalke, karier profesional Kolasinac berkembang lebih pesat, atas andil pelatih tim U-19, Norbert Elgert.
“Melihat kembali masa lalu dengan pengalaman yang lebih banyak, saya rasa saya tidak akan mengulangi kesalahan masa lalu tersebut. Dahulu, saya membuat banyak kesalahan. Dari Karlsruhe, saya pindah ke Hoffenheim, di mana keadaan tidak berjalan dengan baik bagi saya. Lalu saya pindah lagi ke Stuttgart dan kembali, keadaan tidak berjalan dengan baik. Tapi, hal-hal ini memang terjadi kepada banyak pemain muda. Lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan Schalke dan di sana saya bertemu Norbert Elgert, yang membantu saya membentuk diri saya yang seperti sekarang.”
“Hanya ketika saya bertemu Norbert, pelatih U-19 Schalke, ketika saya merasa punya peluang untuk sukses. Suatu kali, ia pernah berbicara kepada saya bahwa jika saya berjalan di jalur yang tepat, mendengarkan nasihatnya, dan melakukan semua instruksinya, maka dalam dua tahun saya bersamanya, saya akan punya peluang untuk menembus tim senior.”
“Ketika sudah berlatih di bawah pengawasannya, saya baru merasakan perkembangan. Saya berkembang, secara taktikal saya lebih baik dan secara keseluruhan juga sama. Pada titik tersebut, jika saya melanjutkan perkembangan tersebut, karier profesional saya akan berhasil.”
“Norbert Elgert adalah seseorang yang harus Anda temui supaya memahami bagaimana ia bisa memberi pengaruh yang besar. Bukan hanya Mesut (Özil) dan saya yang beruntung dilatih beliau. Masih banyak pemain di Bundesliga dan liga lainnya yang berhasil menapaki jenjang karier menjadi pemain profesional karena bantuannya. Anda menemuinya ketika masih anak-anak dan beliau membentu Anda menjadi laki-laki dewasa. Beliau membantu membangun kepribadian Anda.”
Kolasinac, di usia yang masih begitu muda, tiga kali mengalami kegagalan. Tanpa dasar mental dan keyakinan, banyak pemain muda yang akan patah arang dan langsung menyerah. Kolasinac punya dasar mental kuat yang kuat, dan beruntung, ia bertemu Norbert Elgert, sosok penting dalam kariernya, sekaligus sosok yang juga berpengaruh besar dalam karier Mesut Özil.
Kegagalan memang salah satu letupan dalam hidup. Kita bisa belajar dari Kolasinac, yang di usia muda sudah tak bermasalah lagi dengan urusan bangkit dari kegagalan. Sikap ini patut kita ingat sepanjang waktu bahwa kegagalan tidak untuk disesali. Kegagalan ada untuk menjadi guru, menjadi lembaran lama yang harus segera dibalik.
Perjuangan masa lalu Kolasinac adalah sebuah masa yang harus kita cintai. Dari sana, pembaca bisa belajar tentang makna percaya diri dan pantang menyerah.
Ketebalan mental
Tahukah Anda bahwa Kolasinac membuat gol bunuh diri, di partai Piala Dunia bersama Bosnia-Herzegovina ketika menghadapi Argentina? Ia masih berusia 20 tahun ketika membuat gol bunuh diri. Bisa Anda bayangkan guncangan mental seperti apa yang dirasakan pemuda yang baru berusia 20 tahun itu. Ia bisa saja tenggelam dalam keputusasaan? Apalagi, itu partai perdana Bosnia di ajang Piala Dunia.
Namun ia bangkit. Tekanan besar bisa ditampik oleh pemuda berusia 20 tahuh. Sebuah pertunjukkan mental yang luar biasa.
“Sebagai pemain muda, beban gol bunuh diri itu sangat sulit untuk ditanggung. Tapi, pengalaman tersebut justru membantu saya berkembang lebih pesat karena saya yakin Anda bisa belajar banyak hal dari pengalaman seperti itu. Sungguh saya memang hal itu terjadi, tapi beban itu justru membantu saya berkembang.”
Kolasinac mau belajar dan dari pengalaman buruk itu dan ia berkembang. Bukannya memburuk, karier Kolasinac justru makin berkembang, hingga akhirnya banyak klub yang berminat kepadanya. Dan pada akhirnya tentu pembaca tahu ke mana Kolasinac berlabuh.
Pada akhirnya, kemauan untuk belajar adalah sebuah senjata. Ketika tidak memahami sesuatu, duduklah di satu pojok, renungi semua hal-hal baru itu, dan serap segala informasi. Jangan batasi diri sendiri dan menjelma menjadi manusia bebal.
Jika Anda jatuh dalam kegagalan dan kesulitan memahai hal-hal baru, ingatlah perjuangan Kolasinac yang tiga kali gagal di usia muda dan membuat gol bunuh diri di Piala Duna ketika berusia 20 tahun. Perjuangan dan kemauan untuk belajar itu membuat sosok Kolasinac menjadi begitu mudah dicintai.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen