Walau sama-sama berada di kawasan Italia bagian utara, namun ada jarak yang cukup jauh membentang dari kota Milan ke Genoa. Kabarnya dua kota dengan kultur yang berlainan ini, Milan sebagai kota mode dan Genoa adalah kota pelabuhan, memiliki jarak sekitar 172 kilometer.
Bila dikomparasikan, jarak yang setara dua jam perjalanan dengan transportasi darat tersebut nyaris sama dengan jarak yang memisahkan kota Surabaya dan Madiun di provinsi Jawa Timur.
Menariknya, terselip sebuah kisah cinta yang cukup unik di ranah sepak bola jika membahas tentang kota Milan dan Genoa. Sebuah cerita long distance relationship (LDR) yang penuh liku serta kerap mengalami pasang dan surut. Kisah cinta ini melibatkan dua klub yang berasal dari masing-masing kota yaitu Internazionale Milano dan Sampdoria.
Di Italia, ada sebuah kultur dan tradisi yang mengakar tentang persahabatan suporter dan bahkan pihak manajemen dari masing-masing klub yang berbeda dan mendapat label gemellagio. Contoh sederhananya bisa sama-sama kita tengok di setiap partai yang melibatkan Fiorentina-Torino, Genoa-Napoli dan Inter-Lazio.
Romansa yang terjadi di antara Inter dan Sampdoria memang tidak seklasik itu. Namun hubungan kedua belah pihak kadang terasa lebih intens dan penuh kehangatan dibanding kesebelasan yang terlibat gemellaggio. Khususnya lagi dalam proses perpindahan pemain.
Dalam kurun lima musim terakhir saja, setidaknya ada delapan pemain yang berganti kostum dari Sampdoria ke Inter maupun sebaliknya dalam berbagai macam klausul, baik pinjaman ataupun permanen. Ricky Alvarez, Federico Bonazzoli, Dodo, Mauro Icardi, Matias Silvestre, sampai Milan Skriniar adalah sampelnya.
Baca juga: Upaya Menjawab Kritik untuk Mauro Icardi
Bahkan jika harus merunut lebih jauh sampai ke era 1990-an dan 2000-an, akan muncul juga nama-nama seperti Gianluca Pagliuca, Fabrizio Ferron, Jonathan Biabiany, dan Giampaolo Pazzini. Takdir seolah mempunyai caranya sendiri guna menyandingkan Inter dan Sampdoria dalam relasi yang begitu lekat seperti sekarang, sebuah simbiosis mutualisme.
Inter yang notabene salah satu kesebelasan raksasa di Italia, acapkali gagal mengendus bakat-bakat muda penuh potensi namun berharga murah dari penjuru dunia. Kalaupun berhasil, kesempatan dari sang pemain untuk bisa menembus dan berlaga di tim utama juga tidak terlalu besar akibat kalah bersaing dengan figur-figur yang lebih matang dan populer di dalam skuat I Nerazzurri.
Sementara di sisi seberang, Sampdoria yang belum bisa mengembalikan level terbaik yang mereka punyai seperti periode 1990-an lalu, kini semakin fokus pada program pengembangan pemain belia, entah berasal dari akademi maupun dicomot dari kesebelasan yang lain. Pemandu bakat I Blucerchiati begitu cermat dalam mengamati nama-nama penggawa muda yang jika kemampuannya diasah, justru semakin menampakkan kualitas sesungguhnya.
Dua latar belakang yang berbeda dan bisa saling mengisi inilah yang jadi salah satu alasan utama mengapa kisah cinta Inter dan Sampdoria bisa terjalin dengan awet. Melalui I Blucerchiati, Inter bisa mendapatkan pemain-pemain potensial yang bisa dimaksimalkan tenaganya dan menjadi pilar utama.
Sedangkan Sampdoria meraup pundi-pundi uang dalam jumlah lumayan sehigga bisa dipergunakan untuk meneruskan proyek mereka sekaligus mendapat ‘hibah’ berupa pemain-pemain yang dianggap surplus di kubu Inter untuk dimanfaatkan tenaganya guna mengarungi kompetisi.
Terlihat menguntungkan I Nerazzurri semata? Bisa jadi. Namun jika ditelaah lebih jauh dan mengaitkannya dengan cara masing-masing manajemen dalam menjalankan roda bisnis klub, hal seperti ini amat lumrah terjadi. Para penikmat sepak bola tentu mafhum dengan istilah feeder club yang biasanya dimiliki oleh tim-tim papan atas, bukan? Nah, keadaan seperti itulah yang melingkupi hubungan asmara Inter dan Sampdoria secara umum.
Baru-baru ini pun muncul lagi sebuah rumor yang mengaitkan Inter dengan sejumlah penggawa potensial Sampdoria macam Dawid Kownacki dan Lucas Torreira. Konon, beberapa petinggi I Nerazzurri kepincut dengan kemampuan dua pemain yang masing-masing berasal dari Polandia dan Uruguay tersebut.
Jika pendekatan dari manajemen masing-masing klub tidak berubah dalam kurun satu atau bahkan dua dekade mendatang, maka perpindahan pemain dari Sampdoria ke Inter maupun sebaliknya, pasti akan terus bermunculan di masa yang akan datang. Kenyataan tersebut sudah pasti akan membuat kisah cinta di antara I Nerazzurri dan I Blucerchiati bakal semakin abadi.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional