Dunia Afrika

Obafemi Martins, Si Kutu Loncat yang Berlari Cepat

Bagi penggemar dan pemain rutin gim sepak bola semacam Winning Eleven (WE) dan kembarannya, Pro Evolution Soccer (PES), nama Obafemi Martins adalah legenda. Di dua gim tersebut, Martins sempat dibekali rating kecepatan lari dan akselerasi sebesar 99!

Sebuah keharusan untuk memiliki penyerang asal Nigeria itu dalam tim yang kita mainkan di gim tersebut. Namun, atribut yang ia miliki di gim ini memang menggambarkan kemampuan Martins yang sesungguhnya di dunia nyata. Martins memang mampu berlari secepat itu, hingga Konami memberikan nilai sempurna untuk kecepatannya.

Tahun 2011 lalu, menurut laporan dari Bleacherreport, penyerang berkaki kidal ini memiliki catatan waktu 10,6 detik untuk lari dalam jarak 100 meter, sebuah catatan yang setara dengan atlet atletik. Sayangnya, Martins tak pernah benar-benar menjadi nama besar di dunia sepak bola. Kebiasaannya untuk berpindah klub menjadi salah satu penyebabnya.

Hingga saat ini, pemain yang juga terkenal dengan selebrasi saltonya ini telah memperkuat sembilan klub sepanjang 17 tahun karier profesionalnya. Walaupun begitu, menarik rasanya untuk melihat perjalanan karier Martins, si kutu loncat yang berlari cepat.

Martins mengawali karier profesionalnya bersama klub Serie C Italia, Reggiana, di tahun 2000. Ia mampu tampil memukau bersama klub asal Emilia-Romagna tersebut, hingga bakatnya diendus oleh klub-klub di Serie A seperti Perugia dan Internazionale Milano.

Musim berikutnya (2001/2002), Martins resmi direkrut Inter dengan biaya cukup murah, sebesar 750 ribu euro. Martins, yang kala itu masih berusia 17 tahun, tak langsung masuk ke tim senior Il Nerazzuri, melainkan memperkuat tim U-18 Inter terlebih dahulu. Berkat kehadiran Martins yang berhasil mencetak total 23 gol, tim U-18 Inter berhasil menjuarai Serie A U-18 di musim itu.

Ia hanya menghabiskan semusim di tim junior karena Hector Cuper, manajer Inter saat itu, memanggil Martins ke tim utama di musim 2002/2003. Mulai dari situ, nama Martins dikenal dunia. Di musim-musim berikutnya, pemain yang menikah dengan saudara kandung Mario Balotelli ini menjadi andalan La Beneamata, meskipun ia harus bersaing dengan nama-nama seperti Adriano Ribeiro, Julio Cruz, dan Christian Vieri.

Di tahun 2005, Martins mendapat kontrak baru hingga tahun 2010 dengan nilai sebesar 2,5 juta euro per tahunnya sebagai hadiah dari performa baiknya. Meskipun begitu, di awal musim 2006/2007, Martins harus kehilangan tempatnya di Inter dan hijrah ke Newcastle United dengan biaya 15 juta euro.

Disinyalir, pemain yang lahir di Lagos, ibu kota Nigeria ini harus merelakan tempatnya ke dua penyerang baru Inter kala itu, Hernan Crespo dan Zlatan Ibrahimovic. Selama lima tahun kariernya di kota Milan, Martins mencatatkan 88 penampilan di tim senior dan membuat 28 gol, serta menyumbangkan empat gelar bagi Inter, Serie A di musim 2005/2006, dua Coppa Italia di musim 2004/2005 dan 2005/2006, serta Supercoppa Italia di tahun 2005.

Baca juga: Zlatan Ibrahimovic akan Kembali di Akhir Tahun Ini!

Ekspektasi besar pun dibebankan kepada Martins ketika ia tiba di Inggris. Ia diberikan nomor punggung 9, yang sebelumnya sempat dipensiunkan demi penghormatan terhadap legenda Newcastle, Alan Shearer. Sial baginya, dalam laga debutnya melawan Aston Villa di tanggal 27 Agustus 2006, ia harus ditarik keluar akibat cedera lutut.

Setelah pengecekan lebih lanjut, baru diketahui bahwa Martins mengalami pendarahan internal di kakinya. Meskipun begitu, memasuki bulan berikutnya, performa Martins kembali membaik. Ia berhasil mematenkan posisinya sebagai penyerang utama The Magpies dan mengakhiri musim dengan total 17 gol dari 46 pertandingan di semua kompetisi.

Sayangnya, musim berikutnya peran Martins tergeser akibat pergantian manajer Newcastle dari Glenn Roeder ke Sam Allardyce. Big Sam lebih memilih duo Michael Owen dan Mark Viduka sebagai ujung tombak utamanya, ketimbang memasukkan nama Martins. Posisi Martins di Newcastle semakin terpinggirkan di musim ketiganya (2008/2009) setelah hamstring-nya harus sobek dan membuatnya absen selama beberapa bulan. Musim tersebut juga menjadi yang terakhir bagi petualangan Martins di Inggris bersama Newcastle.

Selepas kepergiannya dari Newcastle, Martins tak pernah benar-benar bertahan lama di satu klub. Di musim 2009/2010, ia hengkang ke Jerman dan bergabung bersama VfL Wolfsburg. Meski tampil cukup impresif, musim berikutnya ia dijual ke klub Rusia, Rubin Kazan, dengan biaya mencapai 17 juta euro.

Di tengah musim, Martins meminta untuk kembali ke Inggris demi menemani istrinya yang baru saja melahirkan. Ia dipinjamkan ke klub medioker Liga Primer Inggris saat itu, Birmingham City. Ia sempat menyakiti hati pendukung Arsenal ketika gol menit akhirnya di final Piala Liga mengandaskan asa The Gunners untuk mengakhiri puasa gelar mereka.

Martins pun kembali ke Rubin selama semusim, sebelum akhirnya kembali pindah. Di musim 2012/2013, penyerang timnas Nigeria ini pindah ke Levante setelah kontraknya dengan Rubin usai. Namun, ia tak menyelesaikan semusim penuh di klub Spanyol tersebut karena di bulan Maret 2013, ia resmi pindah ke Seattle Sounders, sebuah klub yang berkompetisi di Major League Soccer, Amerika Serikat.

Ia direkrut Seattle dengan status sebagai designated player (marquee player). Bertahan selama dua musim di MLS, kini Martins tergabung bersama klub Cina, Shanghai Shenhua.

Ada satu fakta menarik mengenai Martins. Hobinya untuk berpindah klub dimanfaatkan dengan cara menarik olehnya. Dilansir dari FourFourTwo, di rumahnya yang ada di Lagos, Martins memiliki beberapa kursi yang dihias dengan jersey tempat klub-klub ia pernah bernaung. Kursi-kursi ini terletak di ruang makan di rumahnya, dan hanya orang-orang tertentu yang boleh duduk di kursi tersebut. Terkhusus kursi yang dihias dengan jersey klubnya saat ini, hanya Martins yang boleh mendudukinya.

Martins merupakan bukti bahwa sepak bola Afrika selalu memiliki pemain-pemain depan yang berkualitas. Selain Martins, ada nama-nama seperti Samuel Eto’o, Emmanuel Adebayor, dan Didier Drogba. Apabila Martins dapat bertahan dengan lama di satu klub besar, bukan tak mungkin namanya jauh lebih populer saat ini, ketimbang pemain kencang di gim sepak bola.

Happy birthday, Oba!

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket