Salah satu saga di musim panas yang lalu adalah ketika Manchester United “tiba-tiba” tertarik kepada Eric Dier, pemain serbabisa milik Tottenham Hotspur. Meski tak berlangsung lama, saga tersebut membuat Mauricio Pochettino khawatir bukan kepalang. Khawatir ditinggal salah satu pemain masa depan Spurs.
Sebenarnya, yang tidak banyak diketahui publik, bibit saga ini sudah tumbuh pada Desember 2016, tepatnya selepas laga antara United melawan Spurs. Saat itu, Spurs yang kalah dengan skor 1-0 tengah melakukan pendinginan selepas laga. Ketika sudah selesai, para pemain berjalan masuk ke kamar ganti.
Di pintu lorong Stadion Old Trafford yang menuju ruang ganti, Mourinho nampak berdiri di sana, seperti menunggu para pemain Spurs selesai melakukan pendinginan. Ketika berpapasan dengan beberapa pemain, Mourinho menyalami mereka satu per satu. Namun, ketika berpapasan dengan Dier, Mourinho tak menyalami, namun memeluk dengan erat, akrab.
Nah, ketika Sissoko, Dier, dan Mourinho meneruskan perjalanan masuk ke ruang ganti, mereka berpapasan dengan Pochettino. Pelatih asal Argentina tersebut mendengar mereka berbicara menggunakan bahasa Portugal. Mereka semua tertawa, mungkin saling melempar guyonan, terlihat akrab dan dekat.
Pochettino sendiri mengakui bahwa kejadian tersebut membuatnya tak jenak. Ia menuangkan kegelisahannya dalam sebuah buku tulisannya sendiri yang berjudul Brave New World. “Mereka melewati saya ketika berjalan ke ruang ganti, tertawa, dan mengobrol menggunakan bahasa Portugal. Mungkin kejadian ini sudah lumrah menjadi taktik Mourinho, tapi ia membuat Eric (Dier) berada dalam posisi yang tak mengenakkan. Anda tak boleh menunjukkan sikap seperti itu setelah kalah.”
Dan United memang mengajukan tawaran senilai 50 juta paun di musim panas 2017. Namun, tawaran tersebut ditampik Dier dengan segera. Spurs sendiri ingin mempertahankan Dier yang baru saja setuju kontrak baru dengan durasi lima tahun. Pun, Dier, dengan usia masih 22 tahun, adalah salah satu pemain dengan gaji tinggi di skuat Spurs.
Mengenai pemberitaan tersebut, Mourinho merespons dengan santai, khas dirinya yang penuh siasat. Manajer asal Portugal tersebut justru menegaskan bahwa dirinya tak pernah benar-benar menginginkan Dier. Buruan utama Mourinho, untuk lini tengah, sejak awal adalah Nemanja Matic, gelandang milik Chelsea.
“Saya berhasil mendapatkan pemain yang memang saya inginkan. Mungkin, saya berhasil mendapatkan pemain yang saya pikir tidak mungkin untuk dibeli. Tapi, kami berhasil mendapatkan pemain yang sebetulnya saya inginkan,” tegas Mourinho selepas berhasil mendapatkan tanda tangan Matic dengan nilai transfer mencapai 40 juta paun.
Apakah Mourinho memang hanya bersiasat dengan “mendekati” Dier secara frontal selepas laga? Atau sikapnya hanya menjadi pengalih perhatian klub lain, supaya usahanya mendapatkan Matic tidak berujung kegagalan? Seperti biasa, kita bicara Mourinho, kita bicara misteri.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen