Hasil akhir pertandingan memang menunjukkan keperkasaan PSM Makassar atas tamunya, Persiba Balikpapan, dengan skor 3-1. Namun, jika persaingan di atas lapangan dikerucutkan menjadi antara para bek sayap saja, maka akan muncul satu nama yang menonjol dari masing-masing tim, yaitu Wasyiat Hasbullah dan Alfath Faathier.
Wasyiat sebenarnya adalah pilar PSM di ajang Torabika Soccer Championship (TSC) A 2016 musim lalu, tapi di kompetisi Go-Jek Traveloka Liga 1 musim ini, ia harus kehilangan tempatnya setelah Zulkifli Syukur memutuskan ‘mudik’ ke Makassar. Namun, segalanya berubah setelah koleganya tersebut bermain sangat buruk di laga kontra Borneo FC.
Di pertandingan yang berakhir dengan kekalahan 3-2 bagi PSM itu, Zulkifli dinyatakan sebagai tersangka utama atas tiga gol yang bersarang ke gawang PSM. Performa ini seperti mengulang apa yang dilakukannya ketika Juku Eja membuang keunggulan tiga gol di Stadion Kanjuruhan.
Alhasil, Wasyiat pun kembali naik ke posisi inti, tetapi kini lebih banyak bermain sebagai bek kiri. Ia menggusur Reva Adi Utama ke bangku cadangan, sedangkan Zulkifli kembali mengisi pos bek kanan utama Juku Eja.
Sebaliknya bagi Alfath Faathier, ini merupakan musim pertamanya di Persiba, dan ia tidak mendapat jatah bermain di tim utama dengan mudah. Pemain yang dulunya berposisi di sektor sayap ini baru dipercaya tampil reguler di tim inti setelah seperempat musim liga berjalan.
Alfath terkenal dengan gaya bermainnya yang sesuai dengan ciri khas bek sayap modern, dan di laga kontra PSM semalam, ia membuka panggungnya sendiri dalam ada kekuatan melawan bek kiri tuan rumah, Wasyiat Hasbullah.
Sama-sama menempati pos bek kiri, keduanya memang hampir tak pernah terlibat duel langsung di lapangan. Namun, sepasang pemain yang baru menginjak usia awal 20-an tahun ini menjadi senjata tersendiri bagi timnya masing-masing untuk membongkar pertahanan lawan.
Wasyiat beberapa kali mengirim umpan silang yang berbahaya di kotak penalti Persiba dan sempat melakukan satu tembakan ke gawang, sedangkan Alfath sudah melakukan dua tembakan ketika pertandingan belum genap berjalan 25 menit. Keduanya adalah bek sayap, bisa bermain di kedua sisi, dan masih sangat muda. Sungguh luar biasa.
Oleh karena itu, keduanya akan semakin meramaikan persaingan dalam perebutan posisi bek sayap di timas Indonesia. Selain dua nama yang sedang naik daun ini, masih ada dua muka baru yang lebih unggul jam terbang di tingkat internasional, yaitu Rezaldi Hehanusa dan Putu Gede Juni Antara.
Itu belum membicarakan Beny Wahyudi yang keberadaannya di timnas seolah susah tergantikan karena hal-hal yang tak kasat mata. Namun, talenta seperti Wasyiat dan Alfath sangat disayangkan untuk dilewatkan begitu saja. Semoga suatu saat nanti Luis Milla dapat memberi kesempatan bagi keduanya untuk mengenakan lambang Garuda di dada.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.