Nasional Bola

Jadi Kambing Hitam Tumbangnya PSM, Haruskah Zulkifly Syukur Dibangkucadangkan?

Hasil mengecewakan diperoleh PSM Makassar dalam lawatan mereka ke Kalimantan Timur. Di saat Hamka Hamzah dan kawan-kawan sedang membutuhkan kemenangan untuk menjaga asa menjadi juara Go-Jek Traveloka Liga 1, mereka malah menyerah di tangan tuan rumah Pusamania Borneo FC (PBFC) dengan skor 2-3.

Tiga gol PBFC dilesakkan oleh Matheus Lopes, Terens Puhiri, dan Lerby Eliandri. Sedangkan gol-gol balasan Juku Eja dicetak oleh Marc Klok dari titik penalti dan Hamka Hamzah.

Kekecewaan tentu saja dirasakan kubu Juku Eja, apalagi di saat bersamaan, pemuncak klasemen, Bhayangkara FC, berhasil menundukkan tamunya, Persiba Balikpapan, juga dengan skor tipis 3-2. Perbedaan poin yang melebar menjadi tujuh poin semakin memperberat langkah PSM untuk meraih gelar juara.

Secara keseluruhan, seluruh penampil PSM malam tadi memang bermain buruk di laga ini. Namun, jika memantau pendapat para pendukung PSM di media sosial, kekecewaan terbesar dialamatkan kepada penampilan bek kanan mereka, Zulkifly Syukur. Banyak yang menilai tiga gol yang bersarang di gawang Syaiful Syamsuddin tak lepas dari performa buruk pemain senior berusia 33 tahun ini. Ia terlihat sering meninggalkan posnya dan sangat mudah dilewati pemain lawan.

Alhasil, para pencinta PSM kembali mengungkit-ungkit situasi yang kurang lebih sama ketika klub kesayangan mereka dipaksa bermain imbang 3-3 melawan Arema FC beberapa pekan lalu. Pada saat itu, Zulkifly juga bermain sangat buruk dan disalahkan pendukungnya atas ketiga gol lawan. Padahal, pada saat itu PSM sudah unggul tiga gol di babak pertama.

Situasi ini tak luput dari pengamatan pelatih PSM, Robert Rene Alberts. Setelah pertandingan melawan Arema, pemain berusia 33 tahun ini sempat diistirahatkan dari starting line-up selama tiga pertandingan. Posisinya diisi bek muda berusia 22 tahun, Wasyiat Hasbullah.

Wasyiat sendiri adalah pengisi utama posisi bek kanan PSM di Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 lalu, tapi kemudian tergusur ke bangku cadangan setelah kedatangan Zulkifly di awal Liga 1 2017. Ketika tiga kali menggantikan seniornya itu selama bulan September 2017, Wasyiat menuai pujian oleh berbagai pihak. Ia bahkan terpilih menjadi penampil terbaik ketiga PSM versi akun spesialis statistik, @PSMstats. Pemain bernomor punggung 4 ini hanya kalah dari penampilan energik Ferdinand Sinaga dan Reva Adi Utama.

Nah, setelah Zulkifly lagi-lagi bermain buruk di kandang PBFC, wacana Wasyiat untuk mengisi posisi bek kanan secara reguler mulai diapungkan. Menarik untuk ditunggu hasil evaluasi coach Robert terhadap situasi tersebut.

Bagi Zulkifly sendiri, penilaian buruk terhadapnya merupakan wujud kekecewaan mendalam para pendukung PSM. Pemain senior yang sudah membela tim nasional Indonesia sejak Piala AFF 2010 ini direkrut tak hanya untuk memperkuat lini belakang, tapi juga berbagi pengalaman dengan para pemain muda PSM. Pada kenyataannya, performa Zulkifly saat ini kalah bersinar dibanding Wasyiat yang lebih muda sepuluh tahun darinya.

Zulkifly sebaiknya mencontoh rekan sejawatnya, Hamka Hamzah. Meski sudah berusia di atas kepala tiga, sang kapten Juku Eja ini selalu tampil spartan di setiap pertandingan PSM.

Bangkit, Zulkifly!

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.