PSM Makassar akhirnya berpisah jalan dengan Reinaldo Elias da Costa. Pemain yang mencetak sembilan gol di putaran pertama kompetisi Go-jek Traveloka Liga 1 ini dianggap kurang memenuhi tuntutan PSM dalam mendulang gol-gol ke gawang lawan-lawan mereka.
Melalui akun Instagram, Reinaldo Elias da Costa mengucapkan selamat berpisah kepada para pendukung PSM. Belum diketahui ke mana mantan pemain Pusamania Borneo FC ini akan berlabuh. Namun, menurut agen sang pemain, kemungkinan besar ia akan bergabung dengan Persija Jakarta.
Kabar kepindahan pemain yang akrab disapa ‘Rei’ atau ‘Gondolo’ ini memang sudah berembus sejak dua minggu lalu. Namun, para pendukung PSM sepertinya tidak terlalu merasa kehilangan. Reinaldo memang terbilang subur di putaran pertama Liga 1 karena sembilan gol sudah diciptakannya bagi PSM. Namun, yang membuat catatan tersebut kurang mentereng adalah tiga dari sembilan gol tersebut dicetaknya dari titik penalti.
Rei memang sukses mencetak masing-masing satu gol lewat open play melawan Persela Lamongan, Perseru Serui, Arema FC, Persiba Balikpapan dan dua gol ke gawang Persipura. Namun, tiga lagi sisanya yaitu ke gawang Sriwijaya FC, Pusamania Borneo FC dan Bhayangkara FC dicatatkannya melalui titik penalti.
Inilah yang membuat para pendukung PSM kurang puas. Daripada menganggap Reinaldo pengeksekusi penalti ulung, sebagian besar kalangan terus-terusan mengelu-elukan nama-nama penyerang tengah lain untuk mengisi posisi pemain berkepala plontos itu. Nama Ivan Carlos dan Marlon da Silva adalah yang paling sering disebut.
Kami mencoba menganalisa plus dan minus kepergian Reinaldo dari PSM:
Skema bola-bola udara membuat serangan PSM mudah ditebak lawan
Kecenderungan pelatih Robert Rene Alberts pada Liga 1 2017 ini adalah memanfaatkan umpan-umpan lambung sebagai senjata PSM mendulang gol. Postur Reinaldo yang 194 sentimeter dianggapnya senjata yang tepat untuk menceploskan bola ke gawang lawan.
Alih-alih menciptakan serangan demi serangan berbahaya, pola serangan PSM terlihat jadi mudah terbaca lawan dengan skema tersebut. Parahnya lagi, Reinaldo memang terlihat kurang giat mencari ruang kosong dan berduel di udara seperti Sylvano Comvalius di Bali United. Ia hanya mencetak dua gol dari sundulan, yaitu ke gawang Arema dan Persiba Balikpapan.
Namun, apakah itu membuat Reinaldo pantas didepak? Sebagai perbandingan, Arsene Wenger di Arsenal pun baru memasukkan Olivier Giroud sebagai plan cadangan di menit-menit akhir pertandingan. Keunggulan postur Giroud digunakan sebagai alternatif serangan, bukan strategi utama.
Nah, di PSM, Robert sepertinya menjadikan Reinaldo sebagai pemburu gol utama, sehingga Juku Eja terlihat kehabisan akal setiap kali pergerakan sang juru gedor dimatikan. Seharusnya sebagai juru racik, Robert memikirkan strategi yang lebih efektif daripada menggantungkan semua sumber gol kepada penyerang jangkungnya.