Nasional Bola

Tantan, Penyerang Petualang dari Lembang

“Tantan, (badan dia seperti) beton itu. Ditabrak-tabrak pun dia tidak berhenti lari.”

Begitu jawaban dari Diego Michiels ketika saya bertanya soal siapa pemain sayap yang menurutnya paling sulit dihadapi di kancah sepak bola Indonesia.

Tantan merupakan pseudo-striker dengan tipe berbeda di kancah sepak bola Indonesia. Badannya yang gempal dan keras memang menjadi keunggulan Tantan ketimbang pemain-pemain lain di negeri ini. Ia memang tidak langsing dan lincah seperti kebanyakan pemain sayap yang lain, tetapi ketika ia berlari, ia seperti lokomotif sebuah kereta yang sulit dihentikan.

Ia terus bergerak di jantung pertahanan lawan. Anda bisa bertanya ke beberapa pemain bertahan di Indonesia soal siapa pemain yang menyulitkan mereka dan kemungkinan besar dari mereka akan menyebut Tantan.

Kredit: Liga 1

Perjalanan panjang kembali ke tanah Pasundan

Udara sejuk dan dataran tinggi di Lembang, Kabupaten Bandung Barat sana, tentunya menjadi kawasan yang kemudian membentuk fisik dan stamina tanpa kenal lelah yang kini dimiliki oleh Tantan. Bukan saja menjadi daerah wisata yang menyenangkan, Lembang juga sudah sejak lama memproduksi para pemain hebat terutama untuk tim Persib Bandung. Para legenda seperti Robby dan Roy Darwis, Yudi Guntara, Yadi Mulyadi dan Hendra Komara adalah putra daerah dataran tinggi di barat kota Bandung ini.

Tetapi perjalanannya untuk memperkuat Maung Bandung dilalui dengan proses yang cukup panjang. Ia mesti bertualang terlebih dahulu sampai akhirnya Persib meminangnya. Bahkan ada masanya ketika Tantan dianggap tidak cukup bagus untuk memperkuat tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat tersebut.

Selepas karier usia muda di Lembang, Tantan kemudian memulai karier usia mudanya bersama Persilat Lampung Tengah. Setelah dua musim di sana, tawaran kembali ke Bandung pun hadir. Namun itu berasal dari tim Bandung lain, Persikab Kabupaten Bandung.

Di sini kariernya terus menanjak meskipun tim berjuluk Dalem Bandung ini berlaga di level kedua kompetisi. Karier kemudian membawanya ke Persitara Jakarta Utra.

Di tim Laskar Si Pitung, Tantan sebenarnya sudah menunjukan bahwa ia adalah pemain yang bagus. Bersama Okto Maniani dan Prince Kabir Bello, mereka tampil lumayan dan membuat Persitara menjadi tim yang menyulitkan kala itu. Salah satu pertandingan terbaik Tantan bersama Persitara adalah ketika ia menyarangkan dua gol kemenangan atas Persib di Liga Super Indonesia tahun 2010.

Tantan termasuk dalam daftar pemain yang lambat terkenal. Namanya semakin melambung ketika memperkuat Sriwijaya FC pada tahun 2013, saat ia sudah berusia 30 tahun. Namun di sana, ia tampil sangat baik. Duet dinamisnya dengan Hilton Moreira menjadi andalan dan tampil garang, meskipun akhirnya mereka mesti merelakan gelar juara jatuh ke tangan Persipura Jayapura.

Serupa dengan kisah dongeng yang memiliki akhir baik, Tantan kemudian kembali ke tanah Pasundan. Ia kemudian memperkuat Persib Bandung pada Liga Super Indonesia musim 2014. Bisa jadi takdir dan nasib baik menyertai Tantan. Kepulangannya ke tanah Pasundan ditandai dengan dirinya berhasil membawa Persib menjadi juara nasional setelah nirgelar selama hampir dua dekade.

Setiap tanggal 6 Agustus, Lembang seharusnya lebih ramai dan semarak karena hari tersebut merupakan ulang tahun Tantan. Kini ia sudah berusia 35 tahun dan sepertinya hanya tinggal sedikit waktu saja bagi kita melihat Tantan berlari dan terus berlari di lapangan.

Wilujeng teupang taun, Tantan!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia