Eropa Inggris

100 Gol Olivier Giroud dan Kurangnya Apresiasi Kepadanya

Dalam suatu hubungan, dibanding-bandingkan dengan mantan adalah satu hal yang paling tidak mengenakkan. Ketika mantan dari sang kekasih memiliki kelebihan-kelebihan yang tak kita punyai, lalu membandingkan dengan apa yang kita punya, menjadi suatu rasa yang teramat perih di hati. Rasanya, kita hanya menjadi bayang-bayang dari si mantan tersebut.

Penerapannya sama seperti di sepak bola, karena sulit rasanya menjadi pengganti dari kapten sekaligus bintang utama dari suatu klub. Olivier Giroud tentu amat paham dengan perasaan ini. Datang ke Arsenal, ia langsung didapuk menjadi pengganti juru gedor utama, Robin van Persie, yang berkhianat dan menyeberang ke Manchester United.

Bayang-bayang van Persie menjadi penghalang sinar Giroud di awal waktunya bersama Arsenal. Kini, Giroud sudah melewati penyerang Belanda tersebut dalam satu aspek, namun, seringkali ia masih tidak mendapatkan apresiasi yang seharusnya ia terima.

Penyerang berusia 30 tahun ini didatangkan dari Montpellier di tahun 2012. Sebelumnya di musim 2011/2012, Giroud berhasil membawa Montpellier merengkuh gelar Ligue 1 pertama sepanjang sejarah klub, dan ia juga mencatatkan prestasi sebagai top skor Ligue 1 dengan 21 gol.

Ekspektasi tinggi tentu datang seiring prestasi yang ia catat di Prancis kala diumumkan menjadi pemain Arsenal. Meskipun begitu, banyak orang yang meragukan kemampuan penyerang timnas Prancis ini, terutama setelah ia melakoni debutnya bersama The Gunners.

Giroud kerap kali membuang-buang kesempatan emas, dan dianggap tidak cukup mematikan, selayaknya van Persie, yang baru saja hengkang. Maklum saja, perbandingan akan selalu datang mengingat saat itu para Gooner masih sakit hati karena ditinggal kapten idola mereka ke United, dan berharap penggantinya akan langsung setajam van Persie yang berhasil mencetak 30 gol di liga musim sebelumnya.

Musim pertama Giroud sebenarnya berlangsung dengan cukup baik. Ia berhasil mencatatkan total 17 gol ditambah 11 asis dalam 47 pertandingan bersama klub asal London Utara tersebut. Sebuah catatan yang cukup baik untuk seorang debutan.

Meskipun begitu, komparasi terhadap van Persie tetap datang, dan Giroud sendiri juga menyatakan bahwa ia terganggu dengan perbandingan tersebut. Di suatu waktu, penyerang jangkung tersebut berkata bahwa ia adalah tipe pemain depan yang berbeda dengan penyerang Belanda tersebut.

Hal inilah yang sepertinya tidak disadari oleh pendukung Arsenal, bahkan hingga saat ini, yang juga menyebabkan kurangnya apresiasi bagi mantan pemain Tours FC ini. Kelebihan utama Giroud bukanlah kemampuan penyelesain akhirnya yang klinis, walaupun sebenarnya penyelesaiannya juga di atas rata-rata.

Kelebihan utama Giroud adalah kemampuan link-up play-nya yang luar biasa. Memanfaatkan badannya yang besar dan kekar, ia mampu menjadi tembok, persis seperti pivot dalam permainan futsal, dan memantulkan bola kepada rekan setimnya yang melakukan penetrasi.

Siapa yang bisa lupa gol indah yang dicetak Jack Wilshere kala melawan Norwich City? Lihat betapa lihainya Giroud melakukan umpan pantul bersama Wilshere hingga pemain bertahan sekaligus kiper Norwich terpana saking indahnya. Peran Giroud sebagai supporting target man inilah yang kerap kali dilewatkan oleh pendukung Arsenal hingga ia tidak mendapatkan apresiasi yang ia harusnya terima, karena

Walaupun begitu, pada kenyataannya Giroud tetaplah seorang penyerang yang tajam. Pada pertandingan terakhir Arsenal di Liga Europa melawan BATE Borisov, pemain bernomor punggung 12 ini memarkahi laga tersebut dengan mencetak gol ke-100 setelah lima musim mengenakan seragam Arsenal.

Giroud berhasil mencetak 100 gol hanya dalam 233 laga, sebuah catatan yang lebih baik ketimbang penyerang legendaris, Dennis Bergkamp, dan tentu saja, van Persie. Catatan ini menunjukkan, bahwa sebenarnya Giroud adalah pemain depan yang bagus, penyerang yang sesuai dengan kebutuhan Wengerball berkat kemampuan link-up play-nya yang luar biasa, dan ia juga mampu melakukan penyelesaian dengan kedua kaki serta tentunya, kepalanya dengan baik.

Yang menjadi masalah dari Arsenal sebenarnya adalah, mereka tidak memiliki opsi lain selain Giroud saat sang penyerang tidak berada dalam harinya. Itulah yang sebenarnya, membuat Gooner frustrasi melihat monotonnya permainan Arsenal semenjak merekrut Giroud.

Ketergantungan terhadap sang penyerang tampan dari Prancis, terutama dalam skema 4-2-3-1, begitu besar, hingga ia menjadi target kekesalan para pendukung Arsenal. Untungnya, dengan direkrutnya Alexandre Lacazette, beban Giroud menjadi berkurang, dan variasi serangan menjadi lebih banyak, meskipun itu juga berarti bahwa si tampan ini harus lebih banyak menghabiskan waktu di bangku cadangan.

Walaupun begitu, hanya segelintir pemain yang mampu mencetak 100 gol bagi Arsenal, dan prestasi itu selayaknya menjadi pengingat bahwa Olivier Giroud adalah penyerang berkualitas.

Happy birthday, Oli!

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket