Eropa Lainnya

Karier Tragis Andy van der Meyde

Musim kompetisi Serie A 2002/2003 mungkin jadi salah satu momen yang paling menyebalkan bagi Interisti karena klub kesayangan mereka, Internazionale Milano, lagi-lagi gagal mencaplok Scudetto. Pada musim tersebut, I Nerazzurri hanya mampu finis di peringkat dua klasemen akhir tepat di bawah Juventus yang menjadi juara.

Memanggul ambisi yang sangat besar demi membuat tim yang dimilikinya meraih trofi prestisius, Massimo Moratti pun rela mengucurkan dana maksimal bagi Inter pada bursa transfer musim panas 2003 alias jelang bergulirnya musim kompetisi 2003/2004.

Ada beberapa nama pemain baru yang kala itu diboyong oleh I Nerazzurri ke Stadion Giuseppe Meazza. Salah satu di antaranya adalah pemain asal Belanda yang berposisi sebagai winger kepunyaan Ajax Amsterdam, Andy van der Meyde. Biaya sebesar 4 juta euro menjadi pemulus langkah sosok kelahiran Arnhem tersebut untuk berlabuh ke kota Milan.

Performa menawan yang diperlihatkan lelaki berpostur 178 sentimeter itu saat berkostum Ajax menjadi salah satu alasan utama mengapa pihak manajemen mau berjudi mendatangkan sosok yang sejatinya buta dengan kultur sepak bola Italia. Van der Meyde diproyeksikan untuk menjadi andalan baru Hector Cuper guna menggantikan Sergio Conceição di sektor sayap kanan yang memutuskan pindah ke Lazio.

Sialnya, harapan tinggal harapan karena van der Meyde tak mampu mengulangi penampilan bagusnya bersama Ajax ketika mengenakan seragam Inter di musim perdana. Dirinya jarang diturunkan sebagai pemain utama oleh Cuper dan Alberto Zaccheroni, dua pelatih yang menangani I Nerazzurri di musim 2003/2004. Kesempatan bermain yang didulang van der Meyde lebih banyak berasal dari bangku cadangan.

Semusim berselang, asa pemilik 17 caps bersama tim nasional Belanda ini untuk menjadi pilihan utama juga tidak terwujud lantaran pelatih baru Inter, Roberto Mancini, lebih gemar menggunakan skema 4-4-2 atau 4-3-1-2 sehingga mengebiri kans bermain untuk winger semisal van der Meyde.

Lebih banyak menghuni bangku cadangan membuat van der Meyde depresi sehingga akrab dengan minum-minuman keras. Ditambah dengan beberapa masalah pribadi yang menderanya, kondisi psikis van der Meyde justru semakin buruk. Hal ini pula yang kemudian memaksa manajemen Inter untuk melepasnya ke klub Inggris, Everton.

Namun kecanduan van der Meyde terhadap alkohol serta kondisi fisiknya yang jauh dari kata bugar, membuatnya tak pernah tampil maksimal bareng The Toffees. Berkali-kali dirinya harus mendapat perawatan agar kondisi fisiknya bisa membaik. Lebih sialnya lagi, van der Meyde juga sempat terlibat kesalahpahaman dengan pelatih Everton saat itu, David Moyes.

Selama empat musim membela Everton dan memperoleh gaji sebesar 30 ribu paun per pekan alias dua kali lipat dari yang diterimanya saat membela Inter, van der Meyde hanya tampil sebanyak 23 kali. Ini artinya, rasio main pria yang hari ini genap berusia 37 tahun tersebut bersama Everton per musimnya cuma sekitar lima kali. Wajar bila kemudian dirinya dicibir hanya makan gaji buta karena lebih banyak menghabiskan waktu di luar lapangan.

Situasi ini pula yang kemudian memaksa manajemen Everton untuk tidak melanjutkan kerja sama dengan van der Meyde. Sang pemain lantas bergabung dengan PSV Eindhoven untuk menjalani trial jelang bergulirnya musim 2009/2010. Harapan van der Meyde, dirinya bisa memulihkan kebugarannya serta kembali tampil sebagai pesepak bola profesional.

Tapi malang, selama beberapa bulan berlatih dengan PSV, van der Meyde tetap gagal menunjukkan perubahan yang positif. Masalah kebugaran akut yang menderanya lagi-lagi jadi penyebab utamanya sehingga PSV pun tak menyodorinya kontrak profesional.

Usai terkatung-katung lantaran tak memiliki klub, van der Meyde kemudian bergabung dengan klub amatir, WKE, yang bermain di Topklasse. Akan tetapi, kariernya di tim tersebut juga tidak berlangsung lama.

Dari pemain muda yang punya talenta brilian hingga dipinang klub papan atas Eropa, karier van der Meyde di dunia sepak bola berakhir tragis akibat kecanduannya pada alkohol, sehingga kebugarannya tak pernah kembali ke titik optimal.

Gefeliciteerd, Andy. Semoga di masa yang akan datang, kami akan mendengar namamu bisa harum kembali di dunia sepak bola.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional