Kolom

Liga Malam Jumat: Mimpi Buruk Arsene Wenger

Tunggu dulu. Memang, artikel ini ditulis dengan asumsi Arsene Wenger mendapatkan kontrak baru. Tersiar kabar, manajer asal Prancis tersebut akan mendapatkan kontrak baru dengan durasi satu tahun. Kabar tersebut memang baru akan dipastikan setelah final FA Cup melawan Chelsea pada tanggal 27 Mei nanti.

Selain asumsi kontrak baru bagi tersebut, artikel ini juga ditulis berdasarkan komentar Wenger selepas laga Arsenal melawan Everton kemarin malam. Wenger menegaskan bahwa musim depan, Arsenal memang akan mendatangkan satu atau dua pemain untuk memperkuat tim. Namun, The Gunners juga tak membutuhkan perubahan yang masif, setidaknya itu kata Wenger.

Nah, dengan dua asumsi tersebut, maka, Liga Europa bisa menjadi mimpi buruk bagi Wenger dan skuatnya. Mengapa?

Faktor Wenger dan penanganan cedera yang payah

Salah satu masalah, yang sebenarnya saya sudah bosan untuk membahasnya adalah faktor cedera. Sudah sejak 13 tahun yang lalu, Wenger tak pernah bisa tuntas mengatasi masalah ini. Mulai dari Theo Walcott, Mathieu Debuchy, Santi Cazorla, hingga Jack Wilshere. Semua pemain tersebut tak pernah bisa mencapai level permainan terbaik, pun konsisten, karena lebih sering berada di ruang perawatan.

Hal ini semakin terang menjadi masalah bagi Wenger ketika Wilshere justru bisa tampil lebih sering bersama Bournemouth. Sepanjang musim 2016/2017, Jack Wilshere hanya dua kali menderita cedera. Cedera pertama, terjadi tepatnya pada tanggal 13 Februari 2017, kala Bournemouth menjamu Manchester City. Wilshere harus ditarik keluar di pertengahan laga. Namun hebatnya, di pertandingan selanjutnya, gelandang berusia 25 tahun tersebut dinyatakan fit dan bisa bermain.

Cedera kedua terjadi di paruh akhir musim ini. Cedera lama Wilshere kembali kambuh dan sampai saat ini, belum diketahui tanggal kesembuhan gelandang asal Inggris tersebut. Riwayat cedera Wilshere, yang kambuh ketika ia memperkuat Bournemouth, adalah cedera lama ketika ia berseragam Arsenal.

Hal yang sama juga terjadi kepada Cazorla. Gelandang kreatif berpaspor Spanyol tersebut hilir mudik di ruang perawatan. Celakanya, ketika Cazorla absen, performa Arsenal langsung anjlok dan Wenger tak pernah benar-benar bisa mengisi lubang yang ditinggalkan Cazorla.

Soal cedera yang diderita pemain Arsenal pun hampir sama. Wilshere dan Cazorla punya catatan cedera di bagian tumit, tulang kering, otot, dan lutut. Alex Oxlade-Chamberlain, Kieran Gibbs, dan Walcott bermasalah dengan otot paha. Polanya terlihat. Pemain-pemain dengan kemampuan olah bola, akan sering menderita cedera ankle (pergelangan kaki) dan tumit karena banyaknya perubahan arah ketika mengolah bola. Sementara itu, pemain dengan kecepatan yang baik, selalu bermasalah dengan cedera otot setelah melakukan lari cepat jarak pendek.

Apakah pemain-pemain di luar Arsenal mengalamai beban yang sama? Ya, pemain-pemain kreatif dan yang suka berlari kemungkinan besar berhadapan dengan masalah cedera yang serupa. Namun, mereka ditangani dengan baik, mulai dari mengurangi menit bermain, mengubah pola latihan dan mengurangi beban latihan si pemain.

Lagi-lagi, Wilshere dan Bournemouth bisa menjadi contoh. Staf medis Bournemouth menerapkan sebuah metode yang bernama acute-chronic ratios. Intinya, pola dan beban latihan Wilshere dimonitor secara seksama. Apabila tubuhnya tak mampu menerima beban latihan lagi, staf medis akan menyudahi setiap sesi yang dilahap Wilshere.

Untuk mengakali perubahan beban latihan, staf media Bournemouth memberikan latihan dengan pola dan intensits yang berbeda. Untuk lengkapnya soal acute-chronic ratios bisa Anda baca di sini.

Mengapa Wenger tidak menerapkannya di Arsenal? Sebuah misteri yang tak satu manusia pun tahu selain Le Professeur.

Previous
Page 1 / 2