Semua pihak tentunya terkejut ketika Syamsir Alam dilepas oleh klubnya Persiba Balikpapan pada pertengahan kompetisi Torabika Soccer Championship (TSC) lalu. Sesudahnya, Alam kesulitan mendapatkan klub baru. Hingga kemudian terpaksa menjadi pengisi acara di televisi yang kontennya bahkan sama sekali tidak ada hubungannya dengan olahraga sedikitpun.
Mengenaskan karena tentunya ingatan publik sepak bola Indonesia terkait Alam adalah bagaimana ketika ia di usia muda merupakan pemain cemerlang. Yang paling tertancap di memori tentunya gol tendangan bebas yang ia lesakkan pada kualifikasi Piala Asia usia muda pada tahun 2009.
Terlepas dari sikap sang mantan wonderkid yang kabarnya tidak begitu baik, nasib Alam sendiri adalah satu dari sekian bukti bahwa proyek mercusuar pembinaan usia muda PSSI yang diberi tajuk “SAD Indonesia” ini tidak mencapai target yang diharapkan.
Sebelumnya sudah kami ceritakan soal Reffa Money. Dan sejatinya masih banyak sekali alumnus SAD Indonesia, terutama generasi pertama yang dipimpin oleh Syamsir Alam, yang kariernya tidak melaju dengan baik. Beberapa bahkan sudah sama sekali tidak bermain sepak bola secara profesional.
Di antara kegetiran nasib yang terjadi kepada alumnus SAD Indonesia generasi pertama, nyatanya ada juga beberapa di antara mereka yang bernasib baik. Bahkan berada di jalur yang tepat untuk terus meningkatkan karier mereka. Berikut nama-nama mereka:
Rizky Pellu
Menjadi yang terdepan sebagai suksesor Hariono sebagai gelandang pekerja keras di sepak bola Indonesia. Keduanya sama-sama kuat, tangguh, dan juga merupakan pengoper yang andal. Soal karisma kepemimpinan juga membuat keduanya semakin disamakan. Perbedaanya adalah, pemain bernama lengkap Rizky Ahmad Sanjaya Pellu ini tidak memiliki pergerakan yang seluwes Mas Har. Pellu lebih cenderung kaku.
Selepas dari SAD Indonesia, Pellu termasuk rombongan tim yang kembali ke tanah air. Ia tidak mendapatkan kontrak dari tim luar negeri seperti beberapa kawannya yang lain. Pemain kelahiran 26 Juni 1992 ini kemudian mendapatkan kontrak profesional pertamanya bersama Persis Solo.
Semusim kemudian ia hijrah ke Pelita Bandung Raya (PBR). Pellu kemudian dipanggil untuk memperkuat Indonesia di SEA Games 2013, Myanmar. Ia berhasil membawa Indonesia ke partai puncak hingga kemudian dikalahkan Thailand di partai perebutan medali emas.
Setelah SEA Games, Pellu kemudian kembali ke PBR. Ia berhasil membawa klubnya ke empat besar Liga Super Indonesia 2014. Musim selanjutnya Pellu hijrah ke Mitra Kukar, di mana ia berhasil membawa tim tersebut menjadi kampiun Piala Jenderal Sudirman ketika kompetisi di negeri ini terhenti.
Jelang TSC, pemuda asal Ambon ini kemudian mendarat di PSM Makassar. Pellu masih terus bermain hingga kini meskipun ia harus bersaing dengan gelandang-gelandang lokal seperti Rasyid Bakri dan Asnawi Mangkualam. Rasanya apabila tidak terjadi force majeur, karier Pellu akan terus menanjak ke level yang lebih tinggi lagi.