Suara Pembaca

Mengenal David Brooks, Penyihir Berikutnya dari Wales

Winger muda milik AFC Bournemouth, David Brooks, menjadi pemain muda yang sedang mencuri perhatian di Liga Primer Inggris musim 2018/2019. Di musim debutnya di kasta tertinggi sepak bola Inggris, Brooks sukses memukau para pecinta ‘si kulit bundar’ dengan kecepatan dan skill olah bolanya yang berkualitas.

Tidak hanya itu, insting menyerang pria 21 tahun tersebut juga sangat berbahaya, terbukti dengan sumbangan 5 gol dan 2 asis yang sudah dibuatnya sejauh ini. Performa impresif Brooks juga membantu Bournemouth tampil memukau di 10 partai awal liga. Dengan koleksi 20 poin, anak asuh Eddie Howe itu sempat bertengger di peringkat 6 klasemen, sebelum kembali tampil inkosisten dan saat ini turun ke peringkat 12.

Namun, sebelum mencuri perhatian bersama Bournemouth, bakat Brooks justru sudah terlebih dahulu terlihat oleh pelatih tim nasional Wales, Chris Coleman. Pada 2017 lalu, Coleman membuat pencinta sepak bola bertanya-tanya saat nama David Brooks menjadi salah satu dari 23 nama pemain timnas Wales untuk melakoni laga kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan Georgia dan Irlandia.

Padahal saat itu ia masih berusia 20 tahun, dan hanya bermain di Divisi Championship bersama Sheffield United. Namun, Chris tak terlalu mempedulikan berapa usianya, dan di mana ia bermain, karena eks pelatih Sunderland itu menyebut Brooks sebagai pemain bagus.

“Dia tampil menjanjikan dalam beberapa tahun, dan kami beruntung dia memilih Wales,” ujar Chris Coleman mengomentari bergabungnya David Brooks ke skuat Wales yang dikutip dari Telegraph.

Lalu, siapa sebenarnya David Brooks?

David Robert Brooks, lahir pada 8 Juli 1997 di kota Warrington, Inggris, kota besar wilayah otoritas kesatuan di Cheshire, Inggris, di tepi Sungai Mersey. Ia yang merupakan fans berat Manchester United, justru mengawali karier sepak bolanya bersama rival tim favoritnya, Manchester City, di akademi sejak berusia tujuh tahun.

Brooks kemudian keluar dari akademi Manchester City saat berusia 17 tahun. Ia sebenarnya dinilai sebagai pemain muda berbakat oleh pelatih U-18 Manchester City, Jason Wilcox. Wilcox mengaku terkesan dengan visi dan teknik yang dimiliki pemain yang mampu bermain di posisi sayap dan gelandang serang itu.

Sayangnya saat itu lini tengah Manchester City memang sedang susah untuk ditembus pemain muda seperti Brooks. Terlalu memaksa jika di usianya yang masih 17 tahun ia harus bersaing dengan pemain bintang seperti James Milner, Fernandinho, atau David Silva.

Akan tetapi, kegagalan menembus skuat utama The Citizens bukan akhir bagi pemuda bertingggi 173 cm itu. Sheffield United datang dan memberinya kesempatan untuk memulai lembaran baru di karier sepak bolanya.

Baca juga: Benjamin Mendy Telat Latihan 3 Jam karena Nonton Tinju

Perjalanan kariernya bersama The Blades memang tidak langsung berjalan mulus. Sama seperti pemain muda pada umumnya, gelandang timnas Wales ini juga sempat mengalami masa peminjaman. Ia dipinjamkan beberapa bulan ke Halifax Town tahun 2015.

Musim perdananya bersama tim senior Sheffield United di musim 2016/2017 pun tidak sekalipun ia bermain di League One. Brooks yang mendapat debut bersama Sheffield United pada 30 Agustus 2016 saat melawan Leicester U-23 dalam kompetisi EFL Trophy, menghabiskan musim perdananya dengan hanya tampil sebanyak empat kali, yaitu tiga kali tampil di EFL Trophy, dan sekali tampil di Piala FA. Namun tetap mampu menghasilkan 2 asis.

Barulah di musim keduanya, saat Sheffield United promosi ke Divisi Championship, Brooks mendapat lebih banyak kesempatan dari sang pelatih, Chris Wildie, untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya. Meski mayoritas penampilannya dimulai sebagai pemain pengganti sebanyak 22 kali, sepanjang musim total ia tampil sebanyak 33 kali di berbagai kompetisi, 30 di antaranya tampil di liga, dan mengoleksi 3 gol serta 6 asis.

Tampil 37 kali serta berhasil membukukan 3 gol dan 8 asis selama empat tahun berseragam Sheffield United, pada musim panas 2018 Brooks memutuskan bergabung dengan AFC Bournemouth. Datang dengan usia yang masih muda dan pendatang baru di Liga Primer Inggris, tidak membuat ragu Eddie Howe untuk menjadikannya pemain inti sejak pekan pertama. Musim ini saja, ia sudah dipercaya tampil 19 kali dari 21 pertandingan di liga.

Baca juga: Jarak 1 cm yang Membuat EPL Semarak Lagi!

“Di balik kinerjanya, David pantas untuk memulai (sebagai starter), dan saya sangat senang dengan kontribusinya,” kata Eddie Howe mengomentari debut Brooks di laga kontra Cardiff City dilansir dari Skys Sports.

“Dia masih muda, ya, tapi dia berbakat dan saya pikir Anda melihat sekilas seperti apa potensinya,” tambahnya.

Sementara untuk kariernya di level tim nasional, Brooks sebenarnya sempat bergabung dengan tim nasional Inggris U-20, dan ikut bertanding di Toulon Tournament 2017. Akan tetapi, ia ternyata memiliki hasrat terpendam untuk membela timnas Wales, sehingga saat mendapat panggilan dari Chris Coleman, Brooks tak kuasa menolak.

“Akan menyenangkan untuk kembali mengenakan kaus timnas Wales. Saya sudah mengatakan sebelum panggilan Inggris (U-20), saya sudah menyatakan perasaan saya untuk bermain untuk Wales dan untungnya itu terjadi karena saya bisa melakukannya,” kata Brooks dikutip dari BBC Sport UK.

Sudah masuk skuat senior The Dragons sejak September 2017, kesempatan Brooks untuk melakoni debutnya baru terealisasi dua bulan kemudian tepatnya 11 November 2017, kala Wales takluk 2-0 dari Prancis dalam laga persahabatan. Pada pertandingan tersebut ia masuk sebagai pemain pengganti menggantikan Andy King, dan tampil selama 36 menit.

Berbicara mengenai pesepak bola asal Wales, negara yang berada di benua Eropa tersebut memang dikenal selalu mampu ‘melahirkan’ pemain-pemain sepak bola bertalenta. Mulai dari era Ian Rush, Ryan Giggs, Aaron Ramsey, hingga Gareth Bale.

Baca juga: 2 Maret 1990: Debut Si Dada Berbulu Lebat dari Wales

Uniknya setiap ada pemain sepak bola asal Wales yang mempunyai skill dan kemampuan spesial, selalu ada julukkan yang melekat pada mereka. Ya, julukkan itu adalah The Welsh Wizard atau yang memiliki arti penyihir dari Wales.

Ryan Giggs dan Gareth Bale menjadi dua nama terakhir pesepak bola asal Wales yang dijulkki sebagai The Welsh Wizard, karena selain mereka bergelimang prestasi di klub masing-masing, kualitas skill olah bola yang di atas rata-rata juga membuat para penggemar sepak bola tersihir oleh permainan keduanya.

Ryan Giggs menjadi salah satu kunci sukses kejayaan Manchester United dengan puluhan trofi, di antaranya 13 gelar Liga Primer Inggris, dan dua gelar Liga Champions. Lalu Gareth Bale, selain sempat menjadi pemain termahal dunia tahun 2013, dirinya juga sukses memberi trofi-trofi mayor bagi Real Madrid, seperti LaLiga dan Copa del Rey, serta membantu El Real menjadi klub pertama yang hat-trick juara Liga Champions pada musim 2015/2016, 2016/2017, serta 2017/2018.

Sementara dari gaya bermain, Giggs dan Bale memiliki kemiripan. Keduanya dikenal sebagai winger terbaik di era yang berbeda. Giggs sebagai sayap kiri yang populer di tahun 1990-an, dan Bale sejak periode 2010 kala masih berkostum Tottenham Hotspur, mulai diakui sebagai pemain sayap terbaik di dunia.

Giggs dan Bale selalu menjadi pemain berbahaya di sisi sayap pertahan lawan. Mereka terkenal dengan dribel berkualitas, kecepatan, serta kemampuan mengeksekusi tendangan bebas yang cukup baik.

Dua dari tiga skill khas yang dimiliki Giggs dan Bale, sudah dikuasai oleh Brooks yaitu kecepatan dan dribel berkualitas. Hal itu sudah dibuktikannya di liga musim ini, dan salah satu aksi eks winger Sheffield United yang membuat saya kagum dengan skill-nya, adalah saat AFC Bournemouth bersua Manchester United di Old Trafford, 30 Desember 2018 lalu.

Baca juga: Gareth Bale Tempuh 30 Jam Perjalanan ke Cina demi Timnas Wales

Dalam laga tersebut, sebelum memberikan asis pada Nathan Ake, Brooks sukses melewati Ander Herrera dan Jesse Lingard, lalu memberi passing akurat pada Ake, di antara adangan Nemanja Matic dan Eric Bailly.

Selain usianya yang masih muda, David Brooks juga sedang berada di tangan yang tepat, yaitu Eddie Howe, yang dikenal sukses mengembangkan bakat-bakat muda seperti Ryan Fraser, Nathan Ake, atau Callum Wilson.

Ryan Fraser berhasil menjadi top asis sementara di Liga Primer Inggris musim ini dengan 9 assists sampai tulisan ini diterbitkan, lalu Nathan Ake tampil semakin baik nan solid di lini belakang The Cherries, dan Callum Wilson, dengan gol-golnya musim ini membuat salah satu tim raksasa Inggris, Chelsea, dikabarkan rela menggelontorkan 50 juta paununtuk memboyongnya ke Stamford Bridge.

Jadi, bila Brooks mampu menjaga konsistensi permainannya, bahkan meningkatkan lagi kualitasnya, bukan tidak mungkin di beberapa tahun mendatang kita akan mengenal David Brooks sebagai salah satu bintang sepak bola terbaik, pilar penting bagi tim nasional Wales, dan tidak ketinggalan, meneruskan ‘gelar’ Ryan Giggs dan Gareth Bale sebagai The Next Welsh Wizard.