Nyaris tak ada penggila sepak bola di dunia ini yang tak mengenal Javier “Chicharito” Hernandez. Namun, namanya cenderung tenggelam setahun terakhir sejak memutuskan untuk pindah ke klub medioker, West Ham United. Piala Dunia 2018 adalah panggung yang tepat untuk bersinar kembali bagi pemain yang baru berulang tahun yang ke-30 ini.
Nama Hernandez harum sebagai supersub selama memperkuat Manchester United selama tahun 2010 hingga 2015. Andalan tim nasional Meksiko itu telah mencetak banyak gol ketika masuk sebagai pemain pengganti di Manchester United dan Real Madrid, kiprah hebat yang meningkatkan pamornya untuk menjadi pilihan utama di Bayer Leverkusen dan kini West Ham.
Pemain ini memilih untuk dikenal sebagai ‘Chicarito’, julukan yang mengandung arti ‘Si Kacang Polong Kecil’. Ia telah mencetak lebih dari 150 gol dalam 300-an penampilan di liga-liga yang telah dijajalnya. Setelah merantau dari Meksiko, Chica berturut-turut menjajal liga Inggris, Spanyol, Jerman, sebelum kembali ke Inggris pada awal musim 2017/2018.
Masalah utama dalam karier Chicarito adalah ia tak pernah benar-benar diperhitungkan sebagai pemain penting di dua klub besar yang pernah dibelanya, yaitu Manchester United dan Real Madrid. Ia baru mencapai puncak kariernya dalam dua musim di Bundesliga Jerman bersama Bayer Leverkusen. Chicarito mencetak lebih dari 40 gol sepanjang musim 2015/2016 dan 2016/2017.
Ketika ia memutuskan menerima tawaran West Ham pada musim panas 2017 lalu, warga Meksiko sepertinya sudah mengamini bahwa Chicarito tak akan menyamai kehebatan penyerang legendaris Meksiko, Hugo Sanchez. Nama terakhir adalah eks pemain Real Madrid yang sukses menjadi pencetak gol terbanyak Liga Spanyol dalam enam musim. Karier Sanchez terlalu hebat untuk disamai Chicarito.
Meski demikian, prestasi Chicarito bersama tim nasional Meksiko tak kalah dari Sanchez. Dalam debut Piala Dunianya di Afrika Selatan 2010, ia tampil gemilang dengan membawa ‘El Tri’ ke babak 16 besar. Gol pertamanya di Piala Dunia bahkan cukup berkesan, membuka kemenangan penting Meksiko dengan skor 2-0 atas tim kuat Prancis. Gol penting ini membuat publik Negeri Sombrero teringat kakek Chicarito, Tomás Balcázar, yang juga mencetak gol melawan Prancis di Piala Dunia 1954.
Meksiko harus terhenti di 16 besar melawan Argentina setelah takluk 1-3. Namun, ada statistik menarik dari Chicarito di Piala Dunia 2010. Ia menjadi pemain dengan kecepatan lari tertinggi, yaitu 32,15 km/jam!
Setelah itu, pemain kelahiran Guadalajara ini menjadi pemain krusial bagi tim nasional Meksiko. Ia mencetak lima gol sepanjang kualifikasi untuk Piala Dunia 2014, sehingga ‘El Tri’ bisa berlaga di Brasil. Di babak grup Piala Dunia 2014, Chicarito mencetak gol ketiga Meksiko ketika menggasak Kroasia dengan skor 3-1. Kemenangan ini membawa mereka kembali ke babak 16 besar.
Namun, babak 16 besar sepertinya jadi kutukan bagi ‘El Tri’. Selama enam edisi Piala Dunia terakhir, Meksiko selalu lolos ke putaran final, tapi belum pernah lolos dari fase perdelapan-final! Maka, tantangan tersendiri bagi Chicarito dan rekan-rekannya untuk memecah prestasi serba-tanggung tersebut.
Satu hal yang bisa menjadi argumen apakah Chicarito bisa dianggap sebagai legenda di negaranya adalah torehannya sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Meksiko. Ketika ia mencetak gol dalam pertandingan persahabatan melawan Kroasia pada tahun 2017, ia melewati rekor gol yang sebelumnya dipegang Jared Borgetti. Pada tahun 2018 ini, Chicarito sudah mengoleksi 49 gol untuk El Tri, hampir dua kali lipat dari torehan Sanchez yang hanya sanggup mencetak 29 gol sepanjang kariernya berbaju kebesaran Meksiko.
Sekarang, saatnya ia membuktikan bahwa dirinya pantas dikenang sebagai juru gedor nomor satu Meksiko. Vamos, Chicarito!