Mengemas tujuh angka dari tiga pertandingan yang dilakoni sepanjang babak penyisihan turnamen pra-musim Piala Presiden 2018, Persebaya Surabaya berhasil keluar sebagai kampiun grup sekaligus melaju ke fase 8 besar.
Pada babak knock-out tersebut, Miswar Saputra dan kolega mesti bertanding melawan kesebelasan yang mereka taklukkan di final Liga 2 2017, PSMS Medan. Oleh sejumlah kalangan, tak terkecuali pendukung fanatik dari masing-masing tim, jalannya laga ini diramalkan amat seru.
Bertempat di Stadion Manahan sore kemarin (3/2), predikasi tersebut menjadi kenyataan. Baik Persebaya maupun PSMS menampilkan performa terbaiknya di atas lapangan dengan berbalas gol. Ayam Kinantan sempat unggul 3-1 sebelum akhirnya Bajul Ijo menyamakan skor menjadi 3-3.
Kedudukan sama kuat itu sendiri memaksa laga berlanjut ke babak adu penalti. Pada fase ini, kiper PSMS, Abdul Rohim, menjadi bintang utama karena berhasil menepis empat eksekusi penggawa Persebaya sehingga timnya menang dengan skor akhir 7-6 plus lolos ke semifinal.
Seperti yang biasa diperlihatkan anak asuh Angel Alfredo Vera, pada laga ini mereka kembali tampil dengan formasi 4-3-3 dan pola permainan ofensif. Sebuah gaya yang menjadi ciri khas pelatih Argentina tersebut sedari awal menukangi Bajul Ijo.
Meski tampil heroik karena sanggup menyamakan kedudukan usai tertinggal dua gol, ada beberapa poin yang wajib dibenahi oleh bekas pembesut Persipura Jayapura itu sebelum bertempur di kompetisi Liga 1 2018.
Lubang di posisi bek tengah
Ketika bursa transfer pemain di Tanah Air dibuka secara resmi, Persebaya langsung merekrut bek jangkung asal Brasil, Otavio Dutra, buat memperkokoh posisi bek tengah.
Oleh sang pelatih, sosok berusia 35 tahun itu diproyeksikan menjadi tembok utama di depan penjaga gawang bersama salah satu dari Andri Muliadi, Fandry Imbiri, Muhammad Syaifuddin atau bahkan si bocah ajaib, Rachmat Irianto.
Namun sejauh ini, pilihan utama Vera jatuh kepada Dutra dan Imbiri. Sejatinya, duo ini bisa dibilang sangat mumpuni. Keduanya memiliki bangun tubuh yang kokoh sehingga tak mudah dikalahkan dalam duel-duel fisik maupun bola-bola atas. Selain itu, mereka juga mempunyai teknik olah bola yang apik sehingga bisa diandalkan buat menginisiasi serangan dari lini pertama.
Meski begitu, duet ini juga memiliki kelemahan yang sangat mencolok. Baik Dutra maupun Imbiri sama-sama lamban. Dengan skema high defensive line dan mengandalkan jebakan offside, keduanya diinstruksikan untuk lebih dekat dengan area tengah lapangan (berguna pula untuk melakukan pressing cepat jika Persebaya kehilangan bola) daripada gawang sendiri.
Bagi tim-tim yang memiliki pemain depan dan tengah visioner serta cepat, salah satunya Ayam Kinantan, kelemahan yang dipunyai barisan pertahanan Persebaya ini tentu mudah saja untuk dieksploitasi.
Buktinya pun terlihat jelas di laga kemarin. Sepasang gol awal PSMS di partai tersebut dibukukan lewat skema counterattack cepat yang memanfaatkan bola-bola terobosan guna membelah pertahanan Persebaya. Dutra dan Imbiri pun kalang kabut saat menemui situasi macam itu.
Jika masalah ini tak segera diperbaiki oleh Vera, bukan tidak mungkin jurus tersebut akan dipergunakan kontestan Liga 1 yang lain untuk merontokkan Bajul Ijo.
Mencari komposisi paling tepat demi keseimbangan di lini tengah
Sejak bertempur di Liga 2, Persebaya disebut-sebut memiliki sektor tengah paling ideal. Keberadaan Adam Maulana, Misbakhus Solikin, Muhammad Hidayat, Rendi Irwan sampai Sidik Saimima, bikin Vera tak kesulitan menerapkan strategi kesukaannya.
Usai promosi ke Liga 1, ada dua nama yang diboyong yaitu Nelson Alom dan Robertino Pugliara. Sebagai pemain yang lama malang-melintang di kancah sepak bola nasional, skill dari kedua sosok ini jelas tak perlu diragukan.
Sayangnya, mencari komposisi ideal agar permainan Bajul Ijo seimbang bukanlah pekerjaan sepele. Dengan karakter berbeda-beda yang dimiliki setiap gelandang dan kebutuhan taktik sang pelatih, siapa saja dapat diturunkan sang pelatih demi memetik hasil maksimal di sebuah laga.
Namun patut disadari juga bahwa hal inilah yang kelak memaksa Vera buat menemukan komposisi terbaik untuk menghidupkan ruang mesin tim. Sebab keseimbangan di sektor penting ini akan sangat berpengaruh terhadap ritme permainan yang mereka kembangkan.
Dengan kualitas brilian yang dipunyai Adam, Alom, Hidayat, Misbakhus, Rendi, Robertino dan Sidik, Vera justru memiliki opsi yang begitu beragam. Jangan sampai, kemampuan mereka tenggelam hanya karena salah pilih strategi.
Kebutuhan mendesak di posisi penyerang tengah
Diberkahi winger cepat dan berkualitas macam Irfan Jaya, Feri Pahabol, Oktafianus Fernando, dan Osvaldo Haay adalah nilai plus untuk Persebaya. Kemampuan setara dari kuartet ini bakal memudahkan Vera untuk meramu skema terbaik dalam menciptakan sekaligus mengeksekusi peluang.
Ironisnya, Bajul Ijo malah punya masalah lumayan pelik di posisi penyerang tengah. Tanpa bermaksud mengecilkan kemampuan Ricky Kayame dan Rishadi Fauzi yang selama ini jadi pilihan utama, tapi Persebaya benar-benar membutuhkan tenaga anyar untuk berperan sebagai juru gedor.
Semasa di Liga 2, perbedaan karakter di antara Ricky dan Rishadi memang sangat membantu Bajul Ijo membekuk lawan-lawannya. Namun harus diingat, para pesaing mereka saat itu tak menggunakan jasa pemain belakang asing yang berbekal postur jangkung dan fisik kuat.
Sedangkan di ajang Liga 1, mayoritas kontestan punya satu pemain belakang asing dengan kriteria yang saya sebutkan di paragraf sebelumnya. Sebagai contoh, saat melawan Madura United di partai terakhir penyisihan grup, Rishadi begitu kesulitan mencari celah karena dikawal ketat oleh Fabiano Beltrame. Kemampuan Rishadi dalam duel-duel udara pun hilang tanpa jejak.
Sementara di partai melawan PSMS, Ricky dipilih Vera untuk menjadi ujung tombak. Namun dengan posturnya yang kecil, pemain asal Papua ini acapkali kalah dalam duel bola-bola atas. Sialnya, ketika Persebaya mengandalkan bola datar, Ricky tak bisa leluasa bergerak di kotak penalti dan lebih banyak mendekat ke area para gelandang ataupun winger demi mendapat suplai bola.
Beberapa waktu lalu, Persebaya begitu santer dikabarkan bakal kedatangan penyerang asing asal Argentina sebagai amunisi tambahan. Nahasnya, hingga saat ini belum ada tanda-tanda positif terkait hal tersebut. Padahal, penyerang impor bisa sangat berguna untuk perjalanan tim ketika mentas di Liga 1. Andaikata Bajul Ijo gagal mendapatkan penyerang asing dengan kemampuan lengkap dan memiliki kualitas top, perjalanan mereka di kasta teratas bakal semakin sulit.
Ayo berbenah, Bajul Ijo!
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional