Perang komentar di media antara pelatih Chelsea, Antonio Conte, dengan manajer Manchester United, Jose Mourinho, semakin memanas. Diawali dengan Jose yang menyebut Conte sebagai badut, Conte membalas komentar panas dengan senile dementia, yang kurang lebih berarti bahwa eks pelatih Real Madrid tersebut punya masalah ingatan yang akut.
Tak cukup sampai di situ, kisruh ini memanas ketika jelang melawan Derby County di Piala FA, dalam konferensi persnya Jose menyebut Conte sebagai pelatih penuh skandal karena pernah terlibat match fixing, dan beberapa waktu berikutnya, eks manajer Juventus tersebut membalas komentar Jose dengan menyebutnya ‘little man’.
Bagi media, tentu ini barang ‘jualan’ yang menarik, terutama di Inggris. Banyak media mulai dari Mirror, Daily Mail, Times, hingga Guardian sekalipun, memuat perang komentar ini sebagai tajuk utama, bergantian dengan hebohnya saga transfer Philippe Coutinho ke Barcelona.
Tapi yang menyedihkan, adalah respons beberapa jurnalis ternama Inggris yang menganggap perang komentar Jose-Conte ini adalah sesuatu yang merusak fokus terhadap sepak bola Inggris secara umum. Ini menjadi irasional, karena secara langsung, media mempunyai andil besar dalam menyiramkan api dalam kisruh antara dua manajer papan atas ini.
"Amnesia", "match-fixing", now "little man". Insult-trading between leading managers demeans them and the game. @LMA_Managers mediation needed asap.
— Henry Winter (@henrywinter) January 6, 2018
Dari komentar Henry Winter di atas misalnya, dari sini, kita berasumsi bahwa bagi beliau, perang komentar antara kedua pelatih membuat fokus akan sepak bola berkurang. Tapi, Henry lupa, jurnalis dan reporter yang membuat ini menjadi bola api panas yang menggelinding. Jose dan Conte tidak akan datang ke konferensi pers, mengeluarkan serangan verbal ke manajer lain, tanpa ada pancingan dari media.
Ini logika sederhana saja, karena aneh rasanya membayangkan Jose dan Conte masuk ke ruang konferensi pers, tanpa basa-basi, langsung melayangkan serangan terhadap manajer lawan tanpa diawali dahulu oleh pertanyaan dari jurnalis atau awak media lain. Keluhan-keluhan seperti ini yang membuat kredibilitas jurnalis Inggris kerapkali buruk di mata awam, walau faktanya, masih ada nama-nama semisal Sid Lowe dan Jonathan Wilson yang kemudian menyelamatkan kehormatan jurnalisme sepak bola Inggris, setidaknya di mata dunia.
Dan ketika media Inggris sibuk menjadikan perselisihan Conte dan Jose sebagai tajuk utama selama berhari-hari, Pep Guardiola tengah mendominasi liga secara telak, membawa timnya melaju di dua piala domestik, serta masih menempatkan diri di fase gugur Liga Champions Eropa dan menjaga peluang meraih empat piala dalam satu musim.
Oleh: redaksi