Turun Minum Serba-Serbi

Ketika ‘Mulut Pedas’ Jose Mourinho Menyerang Dunia

Jose Mourinho di sepak bola adalah sosok yang mampu membuat orang memiliki opini yang terpolarisasi terhadapnya. Pilihannya hanya benar-benar menyukainya sampai selalu menyebut namanya sebagai manajer sepak bola terbaik di dunia, atau membencinya setengah mati.

Satu yang tak dapat dipungkiri mengapa Mourinho menjadi sosok yang kerapkali tak disukai adalah fakta bahwa memang manajer asal Portugal ini suka cari musuh. Drama yang ia ciptakan seringkali konyol dan menarik untuk disimak, oleh karena itu, kami telah mengompilasikan beberapa keributan terakbar Mourinho dengan musuh-musuhnya dalam urutan waktu sejak beberapa tahun yang lalu:

 

Arsene Wenger – 2005

Manajer yang satu ini bisa dikatakan sebagai musuh bebuyutan Mourinho. Hubungan di antara kedua manajer ini tak pernah benar-benar baik. Keributan pertama mereka dimulai di bulan Oktober 2005, ketika Wenger menyebutkan bahwa Chelsea asuhan Mourinho yang saat itu berada di puncak klasemen sementara, mulai kehilangan kepercayaan untuk dapat juara karena beberapa hasil buruk yang didapatkan.

Tak hanya itu, manajer Arsenal ini juga mengatakan bahwa klub lain mendapat angin segar atas hasil-hasil buruk Chelsea tersebut, serta mengomentari pernyataan Mourinho bahwa Chelsea tak kalah ketika melawan Charlton Athletic di Piala Liga karena tersingkir melalui adu penalti dengan pernyataan “apabila Anda tersingkir, Anda kalah.”.

Mourinho membalas pernyataan Wenger ini dengan sedikit emosional dan argumen yang sedikit ad hominem. Ia menyebutkan bahwa Wenger adalah seseorang yang suka mengamati dan mencampuri urusan orang lain, selepas Chelsea kembali ke jalur kemenangan setelah mengalahkan Blackburn Rovers.

“Saya rasa ia adalah orang yang suka mengintip urusan orang. Ia suka mengamati orang lain. Ada beberapa orang yang memiliki teleskop untuk melihat urusan di rumah orang lain. Ia selalu berbicara tentang Chelsea.”

Cristiano Ronaldo – 2007

Kedua orang ini memang pernah berkarier bersama di Real Madrid, namun ketika keduanya masih bekerja di Inggris, mereka pernah terlibat dalam satu perseteruan. Saat itu, Mou menyebutkan bahwa Ronaldo tidak memiliki kedewasaan sebagai pesepak bola, dan merasa kasihan terhadap Sir Alex Ferguson karena harus mengurus anak kecil seperti Ronaldo.

Ia memang menambahkan bahwa ia tidak memiliki masalah dengan hal itu, baik kepada Sir Alex maupun Ronaldo, namun komentarnya terdengar sebaliknya.

 

Claudio Ranieri – 2008

Ketika Mourinho menjadi manajer Internazionale Milano, Ranieri sempat mengomentari kebiasaan buruk The Special One untuk melewatkan konferensi pers, meski baru dua bulan berkarier di Italia. Langsung saja manajer asal Portugal tersebut mengeluarkan kata-katanya yang tajam layaknya pisau.

“Ranieri sudah tua dan belum memenangkan apapun. Saya belajar bahasa Italia selama lima jam sehari dalam satu bulan untuk dapat berbicara kepada pemain, media, dan suporter. Ranieri pernah berada di Inggris selama lima tahun dan masih kesulitan untuk mengucapkan selamat pagi atau selamat siang. Siapa dirinya berani menyuruh saya untuk melakukan sesuatu?”

Mesut Özil – Ketika keduanya di Real Madrid (2010-2013)

Özil belum lama ini pernah mengungkapkan bahwa ia pernah berseteru layaknya petinju dengan Mourinho. Hal yang sebenarnya mengejutkan karena hubungan kedua orang ini terlihat harmonis dan Özil mampu tampil luar biasa di bawah asuhan Mourinho. Kejadian ini berlangsung di sesi latihan Real Madrid, yang Özil tuturkan dengan cukup detil.

“Saat itu, ia berteriak kepada saya ‘Kamu pikir dua operan yang indah cukup? Kamu pikir 50 persen cukup?’ Saya merasa sangat kesal kepadanya, kami saling tatap seperti layaknya petinju.”

“Ia kembali berbicara ‘Oh, jadi kamu sudah menyerah sekarang? Dasar pengecut. Apa yang kamu mau? Mandi di bawah cucuran shower yang nyaman, atau membuktikan diri kepada rekan setimmu, saya, dan para suporter?’”

Özil pun memilih untuk mandi.

 

Tito Vilanova – 2011

Kejadian yang satu ini sangatlah ikonik dan mungkin akan selalu terkenang sebagai salah satu perselisihan di El Clasico yang seru. Setelah Marcelo melayangkan tekel keras terhadap Cesc Fabregas, tensi antara Madrid dan Barcelona pun memanas. Perselisihan mencapai puncaknya ketika Mourinho, secara impulsif, mencolok mata mendiang Vilanova. Meskipun begitu, melalui juru bicaranya, Mourinho menolak untuk meminta maaf, dan ia hanya membela timnya. Luar biasa.

Arsene Wenger – 2014

“Dia adalah spesialis dalam kegagalan. Saya bukan. Jadi, seperti perkataan Wenger, bahwa saya takut akan gagal, karena saya tak sering gagal, jadi perkataannya memang benar. Saya tak terbiasa gagal. Ia adalah spesialis dalam kegagalan karena ia menjalani delapan tahun tanpa gelar, dan itu adalah kegagalan. Apabila saya melakukan hal seperti itu bersama Chelsea, saya akan meninggalkan London dan tak akan kembali,” sebuah serangan yang luar biasa dahsyat dari Mourinho kepada Arsene Wenger (lagi) di kesempatan keduanya bersama Chelsea.

Eva Carneiro dan John Fearn – 2014

Tak hanya manajer atau pemain klub lawan saja yang kecipratan kata-kata tajam Mourinho. Stafnya di klub pun pernah mendapatkan perlakuan serupa darinya. Dua petugas medis Chelsea, Eva Carneiro dan John Fearn, dituding Mourinho sebagai impulsif dan naif ketika mereka menghampiri Eden Hazard yang tengah terkapar untuk mendapatkan penanganan perawatan pertama.

Hal itu membuat Hazard harus keluar dari lapangan, dan membuat Chelsea bermain hanya dengan sembilan pemain di lapangan. Mourinho kemudian mengkritik dua stafnya tersebut, dan mengatakan bahwa mereka tak paham sepak bola. Sebuah cara lain untuk menyalurkan rasa frustasi karena timnya gagal menang.

Rafael Benitez – 2015

Benitez kerapkali menjadi ‘penerus’ Mourinho. Manajer asal Spanyol ini menjadi pengganti Mourinho di Inter Milan, Chelsea, dan Real Madrid, namun namanya tak pernah bisa lebih baik dari pendahulunya. Oleh karena itu, Mourinho suatu waktu di tahun 2015 mengejek Benitez bahwa ia telah meninggalkan tim juara yang disia-siakan oleh penerusnya tersebut. Mourinho juga menambahkan bahwa Benitez adalah manajer yang tak sukses.

Meskipun begitu, perang antara kedua manajer top ini mencapai puncaknya kala istri Benitez, Montse Seara, terlibat. Seara mengatakan bahwa suaminya selalu membereskan kekacauan yang ditinggalkan Mourinho. Dengan gayanya yang khas, Mourinho menimpalinya dengan menyebutkan bahwa alih-alih membicarakan dirinya, Seara lebih baik mengurusi diet suaminya. Sadis.

Pemain Chelsea – 2015

Mourinho dipecat oleh The Blues di akhir Desember 2015, setelah secara mengejutkan timnya terdampar di papan tengah Liga Primer Inggris padahal di musim sebelumnya berhasil menjadi juara. Sebelum pergi, manajer yang lahir di Setubal ini melancarkan serangan terakhirnya sebagai manajer Chelsea… kepada pemainnya sendiri.

“Kenyataannya adalah saya berhasil melakukan pekerjaan yang luar biasa musim lalu, dan membawa beberapa pemain ke level yang tak mungkin mereka capai. Sekarang, mereka sendiri yang tak mampu mempertahankan performa mereka.”

 

Antonio Conte – 2016

Musim 2016/2017 lalu, Mourinho bersama Manchester United bertandang ke Stamford Bridge hanya untuk mendapati skuatnya dicukur habis dengan skor 4-0. Conte yang terlihat senang luar biasa dengan kemenangan Chelsea melakukan selebrasi yang cukup gila dengan melibatkan suporter The Blues. Mourinho yang tak senang dengan kelakuan Conte menyebutkan bahwa perilaku manajer asal Italia tersebut adalah upaya untuk membuatnya malu.

Tak hanya di situ, di pertemuan kedua mereka di musim yang sama, keduanya harus dipisahkan setelah bek Chelsea, Marcos Alonso, dilanggar, dan Conte mengkritik taktik Mourinho setelah Ander Herrera melakukan tekel keras terhadap Eden Hazard. Kejadian ini adalah awal dari perselisihan Conte dan Mourinho.

Manchester City – 2017

Di derbi Manchester jilid pertama musim ini, Manchester United asuhan Mourinho harus mengakui keperkasaan City dan Pep Guardiola di kandang sendiri. Pascalaga usai, dikabarkan kedua kubu terlibat perkelahian di terowongan menuju ruang ganti. Tentu saja, hal ini memancing komentar Mourinho, yang menyebutkan bahwa pihak City merayakan kemenangannya terlalu berlebihan dan tak menaruh hormat kepada timnya, hingga menyebabkan kedua pihak adu jotos. Singkatnya, Mourinho menyalahkan City atas perselisihan yang terjadi.

Antonio Conte – 2018

Tahun 2018 baru berjalan enam hari, namun Mourinho sepertinya sudah tak sabar untuk kembali memulai perseteruan. Siapa lagi kalau bukan Antonio Conte yang menjadi lawannya. Bagian pertama dari keributan Conte dan Mourinho di tahun 2018 ini adalah ketika Mourinho menyebut bahwa ia tak perlu berperilaku seperti badut di pinggir lapangan. Kata badut tak ia tujukan kepada siapa-siapa secara eksplisit, namun dapat diduga bahwa kata tersebut merujuk kepada Conte dan Jürgen Klopp, manajer Liverpool yang memang ekspresif.

Conte pun menyebutkan bahwa Mourinho mengalami demenza senile, frasa Italia untuk lupa ingatan. Keributan berlanjut ketika Mourinho menyebutkan bahwa tak mungkin ia dihukum karena melakukan pengaturan skor, sesuatu yang pernah terjadi kepada Conte ketika dihukum selama empat bulan karena melakukan hal tak terpuji tersebut di Siena lalu. Kapan perseteruan antara dua orang ini berakhir tak ada yang dapat memprediksi.

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket