Eropa Inggris

Marcos Alonso dan Reputasi yang Semakin Wangi di Chelsea

Bagi mayoritas anak kecil di Spanyol yang menggemari sepak bola, bermain untuk klub sekelas Real Madrid merupakan sebuah impian. Satu di antara jutaan bocah yang menyemai mimpi tersebut adalah Marcos Alonso Mendoza.

Lahir pada hari ini, 27 tahun yang lalu di kota Madrid, Alonso bergabung dengan akademi Los Blancos kala usianya masih 9 tahun. Kualitas menjanjikan yang diperlihatkan Alonso membuatnya berhasil lulus dari setiap jenjang usia di tim junior. Hingga akhirnya, di tahun 2008, dirinya resmi bergabung dengan Real Madrid Castilla, semacam tim Primavera bagi klub-klub Italia.

Cuma berada satu tim di bawah skuat utama jelas membuat Alonso semakin termotivasi. Dirinya berlatih semakin intensif guna mencuri atensi pelatih Madrid di tahun 2008, Bernd Schuster dan Juande Ramos.

Sayangnya, beberapa performa apik yang disuguhkan Alonso bersama tim Castilla tak digubris oleh kedua entrenador itu. Keberadaan Royston Drenthe, Gabriel Heinze, dan Marcelo, jadi salah satu alasan kenapa Alonso belum mendapat kepercayaan lebih.

Walau terjepit dalam situasi pelik, Alonso tetap tekun berlatih demi mengasah skill bermainnya agar semakin lengkap. Sampai akhirnya, penantian buat memakai seragam putih khas Madrid terjawab di musim 2009/2010.

Pelatih anyar Los Blancos saat itu, Manuel Pellegrini, memanggil sejumlah nama pemain Castilla, termasuk Alonso, untuk mencicipi debut berseragam tim senior dalam kampanye Madrid di musim itu. Tepat pada tanggal 4 April 2010 melawan Racing Santander, Alonso dimasukkan Pellegrini buat menggantikan Gonzalo Higuain di pengujung laga.

Ironis bagi Alonso, karena sehabis laga itu, kesempatannya buat mengenakan seragam putih khas Madrid tak kunjung hadir kembali. Situasi tersebut melahirkan keinginan pindah ke klub lain. Alasannya sederhana, pemuda setinggi 188 sentimeter ini butuh menit bermain supaya karier sepak bolanya tidak stagnan.

Ada beberapa kesebelasan yang bersedia menampung Alonso, namun sang pemain justru membuat keputusan tak terduga lantaran menerima proposal dari Bolton Wanderers. Tepat di musim panas 2010, Alonso pun hijrah ke tanah Britania dengan biaya transfer yang dirahasiakan (menurut situs Transfermarkt melibatkan dana sekitar 2 juta paun).

Dua musim pertamanya di Stadion Macron, Alonso lebih banyak turun sebagai pemain cadangan. Peruntungannya baru berubah tatkala Bolton mesti berkompetisi di Divisi Championship musim 2012/2013, usai terdemosi dari Liga Primer Inggris musim sebelumnya.

Selama berlaga di kasta kedua, Alonso kerap dijadikan pilihan utama di posisi fullback kiri The Trotters. Harian lokal, The Bolton News, bahkan mendapuknya sebagai pemain terbaik Bolton di musim tersebut usai bermain dengan gemilang.

Performa Alonso di musim itu lantas menggoda klub asal Italia, Fiorentina, buat mengamankan jasanya. Terlebih, Alonso yang kontraknya bareng Bolton selesai di pengujung musim 2012/2013, juga enggan menandatangani tawaran kontrak anyar.

Situasi itu dimanfaatkan betul oleh Fiorentina agar sang pemain mau berlabuh ke Stadion Artemio Franchi. Usai melalui negosiasi yang cukup alot, Alonso pun resmi pindah secara gratis ke Fiorentina jelang bergulirnya musim 2013/2014 Meski begitu, Alonso tak langsung mendapat kepercayaan untuk memakai seragam ungu. Dirinya lebih dulu dipinjamkan ke Sunderland selama setengah musim.

Posisi Alonso sebagai pemain inti di Fiorentina baru dipatenkannya pada musim 2014/2015 dan 2015/2016, meski saat itu ada dua nakhoda berlainan yang membesut La Viola, yakni Vincenzo Montella dan Paulo Sousa. Aksi-aksi memukaunya kala berseragam ungu juga ikut membantu Fiorentina lolos ke ajang Liga Europa dua musim berturut-turut.

Apa yang diperlihatkan Alonso di Fiorentina membuat Chelsea tak ragu untuk membawanya ‘pulang’ ke Inggris jelang dihelatnya musim 2016/2017. Kabarnya, Alonso merupakan permintaan khusus dari pelatih anyar The Blues, Antonio Conte.

Baca juga: Antonio Conte Tampik Rumor Skuat Chelsea Tak Bahagia

Investasi tinggi itu nyatanya berbuah manis karena Alonso sanggup membawa The Blues jadi kampiun Liga Primer Inggris di musim perdananya. Bermain dengan formasi 3-5-2 ataupun 3-4-3, Alonso senantiasa jadi pilihan utama di pos wingback kiri Chelsea.

Layaknya saat berkostum Fiorentina, Alonso tak sekadar cakap dalam mengisi area sayap kiri Chelsea, namun ia juga fasih dalam fase bertahan ataupun menyerang. Lebih dari itu, Alonso juga muncul sebagai bek yang produktif dalam urusan mencetak gol. Di sepanjang musim 2016/2017 kemarin, Alonso mengemas 6 gol dan 3 asis dari 37 penampilan di seluruh kompetisi.

Pada musim 2017/2018 kali ini, aksi-aksi yang ditampilkan Alonso juga masih luar biasa. Ia tetap menjadi pilar utama The Blues di sektor kiri. Bahkan saat rumor kesiapan Chelsea memboyong bek kiri Juventus, Alex Sandro, terus mencuat, performa Alonso tidak terpengaruh.

Konsistensi penampilannya membuat area sayap kiri yang ditempati Alonso bareng Eden Hazard seringkali jadi tumpuan utama The Blues untuk membongkar pertahanan lawan sekaligus mencetak gol.

Meski Chelsea kini masih tertatih-tatih dalam upaya mempertahankan gelar juara liga, tapi nama Alonso jelas semakin tercium wanginya di Stamford Bridge. Tak ayal, pendukung setia The Blues pun semakin mengidolakan sosoknya dan berharap Alonso bertahan lama di London Barat.

Lebih jauh, jika dapat meningkatkan kemampuannya sebagai pemain, Alonso yang kakek dan ayahnya merupakan eks pesepak bola, pasti memiliki peluang untuk bersaing dengan Jordi Alba sebagai fullback kiri andalan tim nasional Spanyol.

Feliz cumpleanos, Marcos.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional