Eropa Inggris

Dulcius Ex Asperis, Warisan Sir Alex Ferguson yang Diabaikan Manchester United

Sebelum memenangkan laga babak ketiga kontra Nottingham Forest pada gelaran Piala FA 1990, rentang waktu sebulan sebelumnya yang dilalui tanpa kemenangan membuat jarak antara Alex Chapman Ferguson dan pemecatan sangat begitu dekat.

“We will never know how close I was to being sacked,” ungkapnya dalam buku otobiografi yang berjudul Sir Alex Ferguson: My Autobiography.

Pertandingan yang Fergie sebut sebagai salah satu pivotal moment dalam hidupnya itu menjadi titik awal keberhasilan klub berjuluk Setan Merah di bawah kemudi Sir Alex Ferguson. Pada akhirnya, Setan Merah berhasil terus melaju dan memenangkan gelar pertamanya setelah mengalahkan Crystal Palace di babak final.

Datang di tengah dominasi Liverpool di bawah asuhan Kenny Dalglish di Liga Inggris, awal perjalanan Fergie di Manchester bak onak berduri. Tak pernah meraih satupun trofi dalam 4 tahun pertamanya adalah noda bagi klub sebesar United yang sebelumnya populer oleh sosok-sosok agung seperti Sir Matt Busby, Bobby Charlton, dan George Best.

Tapi sepanjang masa sulit itu, Bobby Charlton dan Martin Edward selaku chairman United saat itu, tetap menaruh kepercayaan penuh pada Alex Ferguson untuk mengembalikan kejayaan Manchester United, sekalipun desakan dari pendukung untuk memecat Ferguson begitu besar. Mereka tahu waktu yang Fergie habiskan untuk membangun Manchester United, mereka tahu ada sesuatu yang besar yang sedang Fergie siapkan. Mereka melihat ada kegigihan dan sikap pantang menyerah yang mereka lihat dari seorang Sir Alex Ferguson.

Baca juga: Arti Penting Ulang Tahun ke-80 Sir Bobby Charlton

Hidup di lingkungan para pekerja buruh kapal di kota Govan, Skotlandia, kepelikan bukanlah barang baru bagi Sir Alex. Govan, kota yang dideskripsikan dengan langit yang selalu hitam karena asap pabrik, mengajarkan satu hal: sikap kerja keras. Ferguson belajar kegigihan dari ayahnya,  seorang pekerja di Industri kapal, dari apartemen sempit yang menjadi tempat tinggal ia dan keluarga  besarnya.

Kisah kerja keras pria yang berulang tahun hari ini tersebut bisa kita lihat dari buku yang ditulis Jennie S. Bev yang berjudul Sir Alex Ferguson: The Legends Leadership, kisah itu menceritakan perjalanan Fergie dalam menggapai cita-citanya sebagai pesepak bola profesional. Saat ia harus memastikan dirinya tiba tepat waktu di kamp latihan di Perth, pada pukul 19:30.

Ia perlu berangkat pukul 16:00. Dari jalan Remington Rand di Hillington Estate, ia naik bus ke stasiun kereta api menuju Glasgow Central. Dari sana naik taksi ke stasiun Buchanan Street. Tiba pukul 17:00 di Buchanan Street ia berangkat lagi ke Perth yang memakan waktu perjalanan selama dua jam. Dari Perth, naik taksi satu kali ke Muirton Park.

Melihat latar belakang hidup Sir Alex, maka 4 tahun pertama di awal kariernya sebetulnya adalah investasi dari 23 tahun berikutnya yang sesak dengan raihan gelar.

Mulai gol pertama yang dicetak John Sivbaek pada 22 November 1986 di debut pertamanya sebagai pelatih, hingga gol terakhir yang dicetak Javier Hernandez di 19 Mei 2013 pada laga pamungkas, adalah akumulasi dari 13 trofi Liga Inggris, keajaiban di Camp Nou 1999, hingga malam penuh cahaya di Moskow.

Pada pertandingan terakhir Manchester United kontra Burnley yang berakhir imbang, Sir Alex tampak di tribun menatap kosong Manchester United yang saat ini lebih percaya pada cara instan dari pada mengkhidmati sebuah proses panjang dan kegigihan yang ia wariskan. The Red Devils menanggalkan motto keluarga Ferguson, Dulcius Ex Asperis, bahwa ada manis gula setelah kesulitan.

Selamat ulang tahun, Opa Fergie.

Author: Fahmin (@vchmn22)