Awal abad ke-21 ditandai dengan sejarah fenomenal di Spanyol. Klub kecil asal wilayah Galicia, Deportivo de La Coruña, mendadak menikmati tahun-tahun keemasan mereka di kompetisi domestik dan antarklub Eropa. Salah satu talenta yang angkat nama pada saat itu adalah Diego Tristán.
Dijuluki ‘The Lizard’ karena gaya permainannya yang licin, terutama saat menggiring bola, penyerang Spanyol ini pernah menjadi salah satu properti terpanas di dunia sepak bola. Tristán menikmati tahun-tahun terbaik dalam kariernya bersama Deportivo de La Coruña pada awal tahun 2000-an.
Tristán menjadi azimat klub asal Galicia tersebut sepanjang era keemasan mereka. Sayang, tahun-tahun terakhir kariernya mengalami penurunan tajam setelah meninggalkan ‘Super Depor’. Meski demikian, Tristán sampai sekarang dihormati sebagai legenda di Depor.
Dia membuktikan dirinya sebagai salah satu penyerang terbaik di Eropa pada masanya. Gol demi golnya membantu Depor memenangkan Copa del Rey dan Supercopa de España (Piala Super Spanyol) pada tahun 2002. Pada tahun tersebut, ia juga terpilih menjadi bagian tim nasional Spanyol di Piala Dunia 2002. Terakhir, ia juga menjadi bagian Deportivo de La Coruña dalam perjalanan yang tak terlupakan mereka ke semifinal Liga Champions 2003/2004 .
Tristán memulai kariernya dengan Real Betis ‘B’ sebelum pindah ke Mallorca. Di klub tersrbut, namanya mulai dilirik klub-klub papan atas Spanyol. Delapan belas gol dalam 35 penampilan untuk Mallorca selama musim La Liga 1999/2000 membuatnya menjadi buah bibir di Spanyol.
Presiden Real Madrid saat itu, Lorenzo Sanz, bergerak cepat untuk merayu Tristán. Namun, setelah terjadi perubahan rezim di Santiago Bernabéu, Sanz digantikan Florentino Pérez dan kesepakatan Tristán pun tidak pernah tercapai. Mimpinya untuk pindah ke salah satu dari dua klub top Spanyol pun musnah.
Setelah ketertarikan Real Madrid usai, Deportivo de La Coruña mulai memasuki bursa dan akhirnya mengamankan servis pemain kelahiran 5 Januari 1976 tersebut. Harga yang dikeluarkan jawara La Liga 1999/2000 itu cukup mahal untuk klub ukuran menengah seperti Depor, sekitar 10 juta euro. Namun, presiden Augusto César Lendoiro tak salah berinvestasi. Tristan kemudian berkembang menjadi nomor 9 terbaik di Spanyol dengan naluri mencetak golnya.
Pada musim pertama, Tristán harus berbagi posisi ujung tombak dengan penyerang ganas asal Belanda, Roy Makaay. Pada akhirnya ia mengungguli tandemnya itu dengan keluar sebagai pencetak gol terbanyak La Liga musim 2001/2002. Semusim kemudian, giliran ia yang mengakui ketajaman Makaay, ketika rekannya itu keluar sebagai peraih Sepatu Emas Eropa.
Tristán mencetak 87 gol selama empat musim berseragam Deportivo. Ia meninggalkan klub tersebut pada bulan Juli 2006. Ia bergabung kembali dengan Mallorca setelah enam tahun meninggalkan klub tersebut. Sayang, reuni keduanya tak berakhir manis. Tristán langsung dilepas pada bulan Januari 2007 karena kebugaran fisiknya yang jauh menurun.
Ia lalu menandatangani kontrak satu tahun dengan klub Serie A, Livorno. Pemain Spanyol ini diharapkan bisa menggantikan posisi legenda mereka, Cristiano Lucarelli, yang baru saja pindah ke Shakhtar Donetsk. Namun, ia hanya mampu mencetak satu gol selama semusim bersama klub Tuscany tersebut yang akhirnya terjatuh ke Serie B.
Pada akhir musim panas 2008, Tristán melanjutkan petualangannya ke Inggris dan ia bergabung dengan West Ham United. Ia lagi-lagi kesulitan menemukan performa terbaiknya dan hanya sanggup menyumbangkan tiga gol selama satu musim bersama The Hammers. Sadar hari-hari cemerlangnya telah berlalu, Tristán pun pulang ke Andalusia dan menutup karier bersama Cadiz.
Seiring prestasi Deportivo de La Coruña yang tak lagi ‘super’, kehebatan Tristán pada dekade lalu pun seolah menjadi mitos. Namun, kita tahu persis Super Depor pernah diperkuat juru gedor hebat berjulukan El Lagarto (Si Kadal).
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.