Sudah 10 tahun lamanya PSS Sleman tidak tampil d kasta tertinggi sepak bola Indonesia, dan musim ini, mereka kembali mengulang kegagalan yang sama. Kemenangan 2-1 atas Persis Solo tak mampu meloloskan Super Elang Jawa ke babak 8 besar, karena di pertandingan lain, PSPS menang 4-0 atas Cilegon United, yang membuat Asykar Bertuah menang selisih gol atas Super Elja.
PSS memang menghadapi laga terakhirnya di babak 16 besar dengan penuh kekhawatiran. Memiliki jumlah poin yang sama dengan PSPS, PSS harus menang atas Persis Solo, tetapi dengan jumlah gol yang bergantung pada berapa banyak gol yang dapat dicetak PSPS saat melawan Cilegon United.
Di Stadion Maguwoharjo, PSS sebenarnya memiliki banyak sekali peluang emas, tapi semuanya terbuang sia-sia karena penyelesaian akhir yang kurang tenang dan ketidakberuntungan. Tendangan jarak jauh Hisyam Tole dua kali menerpa mistar gawang Persis, sedangkan tendangan bebas Dave Mustaine juga membentur mistar gawang tim tamu di babak kedua.
Imam Bagus yang menjadi pencetak gol pertama bagi PSS juga beberapa kali membuang peluang emas yang di dapatnya. Sundulannya di menit ke-54 melayang tipis di atas gawang Laskar Sambernyawa, sebelum 23 menit kemudian, ia berhasil menyamakan skor. Dave Mustaine yang masuk sebagai pemain pengganti kemudian menjadi penentu kemenangan lewat eksekusi penaltinya.
Tertutupnya peluang PSS untuk tampil di Liga 1 musim depan tentu sangat disayangkan banyak pihak. Berbekal pemain berkelas dan pelatih bertangan dingin, serta didukung kekuatan finansial yang memadai hingga stadion bertaraf internasional dan barisan suporter terbaik, PSS harus rela tinggal kelas untuk kembali berlaga di Liga 2 musim depan.
Puncak performa yang sudah lewat, diperkirakan menjadi penyebab hancurnya PSS di babak 16 besar. Setelah mengakhiri babak reguler di Grup 3 dengan catatan mentereng, 11 kemenangan dari 14 pertandingan, di fase selanjutnya, PSS kesulitan bernapas dengan hanya meraih delapan angka dari enam laga. Hasil dari dua kali menang, dua kali imbang, dan dua kali kalah.
Produktivitas gol PSS di babak 16 besar juga turun drastis jika dibandingkan dengan babak reguler. 27 gol yang dicetak selama berkiprah di Grup 3 seperti menguap begitu saja ketika meladeni perlawanan Persis, PSPS, dan Cilegon United di Grup A. Bisa dibilang, PSS sudah kehabisan bensin saat berlaga di babak 16 besar.
Dirga Lasut yang menjadi motor serangan PSS terlalu mudah dihentikan pergerakannya di babak ini, begitu pula dengan para penggawa lini tengah lain yang mendadak kehilangan kreativitasnya. Kekalahan 2-3 dari PSPS di kandang sendiri juga berpengaruh besar dalam kegagalan PSS lolos ke babak selanjutnya.
Terlepas dari penalti kontroversial yang diderita saat melawan Cilegon United, secara keseluruhan, PSS memang harus lebih mengasah konsistensi mereka demi satu tiket untuk mentas di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Jika musim ini tiket itu belum berhasil digenggam, semoga musim depan PSS dapat meraihnya.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.