Dibanding tetangganya satu kontrakan, Internazionale Milano melakukan geliat transfer yang cukup jeli musim panas ini. Kehadiran Luciano Spaletti tampaknya menjadi penggagas kewarasan ini. Dibanding tetangganya, AC Milan, Inter sebenarnya menjalani dan mengakhiri musim 2016/2017 dengan sesuatu yang tak lebih baik. Finis di peringkat 7 klasemen akhir dan gagal berlaga di kompetisi Eropa kecuali Piala Intertoto dihidupkan kembali oleh UEFA.
Dengan catatan seperti itu, transfer Inter nyatanya tak serampangan seperti Milan. Matias Vecino dan Borja Valero didatangkan untuk memberi kedalaman dan fleksibilitas di lini tengah Nerazzuri. Dalbert Henrique dan Yann Karamoh didatangkan untuk menambah kekuatan di sisi sayap yang sudah cukup baik dengan kehadiran Ivan Perisic. Namun selain itu, transfer terbaik tim idola Budi Windekind ini ada pada diri Milan Skriniar.
Didatangkan dari Sampdoria, bek Slovakia berusia 22 tahun ini sudah digadang-gadang akan tampil lebih baik dibanding seniornya di timnas, Martin Skrtel. Dari empat laga Inter di Serie A musim ini, Skriniar selalu menjadi pemain inti dan bermain penuh. Catatannya pun gemilang dengan meraih tiga kali clean sheets dan empat kali menang. Termasuk salah satunya dengan mengukir satu gol di kemenangan dua gol tanpa balas atas Crotone kemarin malam (16/9). Menjadi pemain inti di tim baru adalah pertanda bahwa selain punya kualitas, Skriniar juga cukup adaptif dengan skema Luciano Spalleti dan rekannya di lini belakang.
Skriniar sendiri melengkapi kontingen Eropa Timur yang sudah mengokupansi skuat inti Inter selama ini yakni Perisic dan Samir Handanovic. Bila Handanovic menjadi jaminan mutu di bawah mistar, Perisic, pemain sayap dari Kroasia itu, menawarkan efektivitas serangan dan ketajaman lini depan. Bahkan andai boleh jujur, keberhasilan mempertahankan Perisic dari godaan Manchester United sekaligus mengikatnya dengan kontrak panjang pekan lalu, menjadi satu keberhasilan yang akan sangat berguna bagi perjalanan Inter musim ini.
Skriniar, bek jangkung setinggi 187 sentimeter itu, akan menjadi kepingan penting yang berguna bagi lini belakang Inter Milan musim ini. Bila barisan depan Serigala Roma saja hanya mampu mencetak satu gol di Olimpico ketika menjamu Inter, tentunya akan menarik melihat kiprah Skriniar dan kolega ketika ia meladeni lini depan AC Milan, Napoli, dan Juventus, yang memiliki daya ledak lebih mengancam.
Oleh: redaksi