Tim nasional Indonesia sudah menyelesaikan sisa pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022 mereka. Dari tiga pertandingan yang diadakan di Uni Emirat Arab, skuad muda Shin Tae-yong cuma bisa meraih satu poin dari sembilan poin yang tersedia.
Timnas Garuda bermain imbang 2-2 dengan Thailand, sebelum dilumat Vietnam 4-0 dan dihancurkan UEA 5-0.
Timnas memang sudah dipastikan tidak bisa lolos ke Piala Dunia 2022 sebelum Tae-yong ditunjuk sebagai pelatih kepala mereka. Namun Indonesia tidak boleh larut dalam kesedihan, mereka harus fokus mempersiapkan diri untuk SEA Games yang akan digelar pada akhir tahun ini dan kualifikasi Piala Asia 2023.
Mengacu pada timnas Vietnam, yang berhasil menjelma menjadi tim terkuat di ASEAN berkat pemain-pemain muda mereka, Tae-yong memutuskan untuk menggembleng para generasi penerus Garuda pada tiga pertandingan kualifikasi mereka yang tersisa.
Skuad muda Tae-yong yang dibawa ke UEA berisikan kombinasi talenta-talenta muda yang berprospek cerah seperti Yakob Sayuri, Pratama Arhan, dan I Kadek Agung Widnyana.
Mayoritas pemain muda yang menghuni skuad senior saat ini pun sudah cukup makan asam-garam pengalaman seperti Osvaldo Haay, Egy Maulana Vikri, dan Asnawi Mangkualam, serta beberapa pemain senior seperti Evan Dimas, Adam Alis, dan Kushedya Hari Yudo.
Melawan Thailand, sebenarnya Timnas tidak tampil buruk-buruk amat meskipun harus kebobolan setelah lima menit. Semangat tinggi ditunjukkan oleh para penggawa muda Indonesia setelah ketinggalan 1-0 di awal pertandingan.
Mereka berhasil memaksakan hasil imbang 2-2, namun patut diingat bahwa Thailand yang dihadapi Indonesia adalah tim lapis kedua dari Changsuek, bukan tim utama mereka.
Melawan tim yang lebih siap seperti Vietnam dan UEA, Indonesia langsung keteteran sehingga harus kalah telak dari kedua tim tersebut.
Indonesia masih lemah menghadapi bola-bola atas, apalagi dalam pertandingan melawan UEA yang diperkuat oleh beberapa pemain naturalisasi asal Brazil. Dua dari tiga gol yang bersarang di gawang Muhammad Riyandi dicetak oleh sundulan Fabio Lima, yang posturnya memang tinggi menjulang
Lini belakang Indonesia juga perlu disorot kinerjanya. Arif Satria menjadi kartu mati di pertahanan Indonesia. Beberapa gol yang bersarang di gawang Garuda berasal dari kesalahan yang dilakukan bek Persebaya Surabaya tersebut dalam menghadapi serangan lawan.
Lini depan Indonesia juga harus diperbaiki. Striker Arema, Kushedya, terbukti mandul di tiga pertandingan terakhir Indonesia. Selalu dipercaya oleh Tae-yong untuk memimpin serangan, Kushedya gagal mencetak sebiji gol dalam pertandingan-pertandingan tersebut.
Namun yang menjadi permasalahan terbesar dari timnas adalah minimnya persiapan sebelum dan ketika di UEA. Meskipun Tae-yong sudah mengadakan training camp dan mengadu kekuatan dengan timnas-timnas lain dalam serangkaian uji coba, namun diluar timnas para pemain tidak mendapatkan kesempatan untuk mempersiapkan diri.
Ya, pandemi COVID-19 memang sudah mengacaukan sepak bola Indonesia. Tidak seperti tetangga-tetangganya yang bisa memulai kembali liga-liga mereka, Liga 1 musim 2020 terpaksa dibatalkan akibat gagal keluarnya izin pertandingan dari kepolisian.
Absennya kompetisi memaksa para pemain untuk melakukan persiapan seadanya bersama klub dan timnas. Selain itu, mengingat Tae-yong membawa skuad yang didominasi oleh pemain usia muda, mental mereka masih belum terasah di pertandingan kompetitif.
Pagelaran Piala Menpora saja masih belum cukup untuk membangun para pemain di skuad Tae-yong, mereka membutuhkan kompetisi liga untuk bisa mengasah diri mereka sendiri.
Meskipun timnas berhasil menahan imbang Thailand 2-2, namun sekali lagi, ini bukanlah Thailand yang biasa.
Thailand yang dihadapi Indonesia sedang dilanda konflik internal mereka sendiri, dari keputusan Akira Nishino membawa lebih dari 40 pemain ke UEA, absennya Theerathon Bunmathan, Teerasil Dangda, dan Chanathip Songkrasin, hingga Nishino yang terlalu berjudi dalam taktiknya.
Kurang siapnya timnas Indonesia baru terlihat secara kentara ketika mereka menghadapi tim yang memang lebih matang daripada mereka.
Selain persiapan fisik, mental para pemain juga harus dipersiapkan dalam menghadapi suatu pertandingan kompetitif. Melawan Vietnam dan UEA, mental pemain timnas langsung jatuh ketika mereka kebobolan duluan. Selain itu fisik para pemain yang kedodoran diatas menit ke-60 juga menjadi permasalahan tersendiri.
Memang, perjalanan Tae-yong untuk memperbaiki timnas Indonesia masih panjang. Namun setidaknya dari tiga pertandingan tersebut, dia sudah mendapatkan gambaran besar mengenai skala masalah yang dia hadapi. Tae-yong juga bisa meracik kerangka dasar skuad yang akan dia susun untuk SEA Games dan kualifikasi Piala Asia.
Pemain-pemain muda berpotensial seperti Osvaldo, Yakob, Egy, Asnawi, serta sang senior Evan bisa dikombinasikan dengan serangkaian talenta Indonesia yang tidak dibawa oleh Tae-yong ke UEA, seperti Stefano Lilipaly, Irfan Bachdim, Elkan Baggott, Yanto Basna, Marc Klok, dan Ezra Walian.
Nama terakhir ini baru saja mendapat konfirmasi bahwa dia bisa membela timnas Indonesia, sebuah kabar yang baik bagi Garuda Merah-Putih.
Ingat, pelatih sekaliber Park Hang-seo saja harus terseok-seok ketika pertama menangani timnas Vietnam. Ketika dia pertama ditunjuk oleh Vietnam Football Federation (VFF) pada tahun 2017, Hang-seo sempat mendapat cercaan dan skeptimisme tinggi dari para fans sepak bola di negara tersebut. Kritik pun menjadi semakin tajam setelah pada pertandingan pertama Hang-seo, Vietnam hanya bisa bermain imbang 0-0 dengan Afghanistan pada kualifikasi Piala Asia 2019. Memang, Vietnam lolos ke Piala Asia, namun taktik Hang-seo banyak dipertanyakan oleh media Vietnam. Namun setelah Vietnam tampil impresif pada Piala Asia U-23 2018 di China, sang Naga Emas pun langsung tancap gas dan mereka tidak pernah melihat ke belakang lagi.
Jika Tae-yong mendapatkan waktu yang cukup serta dukungan yang memadai dari PSSI, bisa jadi pelatih timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 ini bisa mengantarkan Indonesia kembali ke jalur kejayaan.
Vietnam, Thailand, Malaysia, dan bahkan Filipina sekarang sedang mengalami periode kebangkitan yang cukup signifikan. Tentu saja Indonesia tidak mau kalah bersaing dengan para tetangganya, apalagi dengan potensi talenta yang dimiliki oleh Indonesia saat ini. Bisa saja, jika semuanya berjalan sesuai dengan rencana, sebuah generasi emas baru akan tercetak.
Perjalananmu masih jauh, Garuda! Jangan putus asa dan tetap fokus!
Sekretaris Jendral PSSI, Yunus Nusi bercerita bagaimana akhirnya PSSI bisa mendapatkan keputusan dari FIFA bahwa Ezra Walian dapat memperkuat Timnas Indonesia di segala turnamen.#KitaGaruda#MeraihImpian pic.twitter.com/vjqiGvyngV
— PSSI (@PSSI) June 14, 2021