Suara Pembaca

Reputasi Sam Allardyce di Sepak Bola Inggris

Siapa yang tak kenal Sam Allardyce? Reputasi sosok yang kerap disapa Big Sam ini di sepak bola Inggris begitu tersohor, meski hingga kini belum pernah memenangkan satu pun trofi bergengsi. Ya, manajer berusia 66 tahun yang saat ini menangani West Bromwich Albion itu memang tak perlu diragukan lagi pengalamannya di Negeri Ratu Elizabeth.

Menelusuri karier managerial Big Sam rasanya tidak begitu istimewa amat. Lelaki tambun itu tidak memiliki satu pun trofi bergengsi selama ia menggeluti dunia kepelatihan. Gaya bermainnya yang cenderung bertahan dan mengandalkan umpan panjang dianggap monoton dan usang oleh penikmat sepak bola.

Jose Mourinho sempat mengkritik gaya sepak bola Allardyce yang menurutnya memainkan sepak bola seperti di abad ke-19. Pun dengan serangan fans West Ham United di tahun 2015 yang memprotes gaya bermain Big Sam yang dirasa bertolak belakang dengan tradisi The Hammers.

Lantas, apa yang membuat mantan bos Timnas Inggris ini begitu dihormati di sepak bola Inggris? Semua itu adalah reputasi.

Ya, tak ada yang meragukan reputasi Big Sam dalam karier managerialnya. Ia dikenal memiliki karakter kuat dan cenderung keras kepala. Tangan dinginnya berguna menjadi juru selamat bagi calon klub-klub yang hampir terdegradasi. Faktanya, Big Sam tak pernah sekali pun mengalami degradasi dalam karier managerialnya.

Menjadi sisa-sisa pewaris gaya bermain Kick and Rush yang semakin jarang di persepakbolaan Inggris, gaya bermain sepak bola yang diperagakan Big Sam sebenarnya masuk di akal. Sepanjang karier managerialnya, Big Sam tak pernah menangani tim besar. Ia memang identik dengan tim-tim medioker. Ia adalah sosok realistis yang bermain sesuai kapasitas.

Saat melatih, Sam Allardyce cenderung bermain bertahan dan mengandalkan direct football sembari bertumpu pada efektivitas tinggi penyerangnya. Nyatanya strategi Big Sam membuatnya eksis di persepakbolaan Inggris (setidaknya) hingga saat ini. Kick and Rush yang ia peragakan membuat reputasi bos berusia 66 tahun tersebut terpupuk di tanah Inggris.

Lahir di Dudley, Sam Allardyce muda menghabiskan sebagian kariernya sebagai pesepak bola bersama Bolton Wanderers yang ia perkuat selama 10 tahun dalam dua periode sebelum melanglangbuana bersama tim kecil dan mengakhiri karier di tahun 1992.

Big Sam menjajaki karier managerial kala senja kariernya sebagai pesepak bola di Irlandia dengan menjabat sebagai player-manager bagi klub lokal, Limerick. Setahun berselang, ia diangkat sebagai caretaker Preston North End dan didapuk sebagai bos Blackpool dua tahun setelahnya.

Sayang kegagalannya membawa Blackpool promosi membuatnya didepak dari kursi pelatih. Tahun 1997, Allardyce menyepakati kontrak untuk melatih klub kasta ketiga Inggris, Notts County. Bersama klub berbasis di Nottingham tersebut Big Sam meraih kesuksesan pertamanya sebagai manager dengan meraih gelar juara di tahun pertamanya.

BACA JUGA: Penunjukan Sam Allardyce: Penghambat Regenerasi Pelatih di Inggris?

Seperti cinta lama yang pulang ke rumah, pada 1999 Big Sam resmi melatih klub masa mudanya Bolton Wanderers. Di era Liga Primer Inggris, Allardyce sendiri identik dengan Bolton di mana ia menghabiskan 8 tahunnya di sana.

Pada tahun 2007, manajer berbadan tambun ini berlabuh ke Newcastle United sebelum pindah ke London untuk menangani West Ham United di tahun 2011.

Bersamanya, The Hammers berhasil promosi ke Liga Primer Inggris setelah degradasi di tahun sebelumnya. Sam Allardyce meninggalkan kursi kepelatihan West Ham pada Mei 2015 sebelum menerima tawaran melatih Sunderland di bulan Oktober di tahun yang sama.

Setelah sukses menyelamatkan nasib Sunderland bertahan di kasta tertinggi sepak bola Inggris yang juga dianggap sebagai pekerjaan tidak mungkin, Big Sam ditunjuk sebagai manager Inggris pada 2016 setelah hancur lebur bersama Roy Hudgson di gelaran Euro 2016 di mana timnas Inggris tak mampu lolos dari fase grup.

Sayang, baru menjalani satu pertandingan bersama tim Tiga Singa, Big Sam meninggalkan posisinya karena adanya skandal kepemilikan pemain dari pihak ketiga yang menjerat dirinya.

Seolah kasus tak mampu mencoreng nama besar Sam Allardyce, di akhir 2016, Crystal Palace justru menunjuknya sebagai juru selamat tim yang sedang inkonsisten di Liga Inggris.

Benar saja, Big Sam mampu menyelesaikan tugasnya dengan membuat Crystal Palace tetap eksis di kasta teratas sepak bola Inggris. Everton menjadi destinasi selanjutnya Big Sam sebelum memutuskan pensiun di tahun 2018.

Baru-baru ini, di akhir 2020, secara mengejutkan West Bromwich Albion mengumumkan penunjukan Sam Allardyce sebagai manager baru menggantikan Slaven Bilic yang lengser beberapa waktu sebelumnya. Sayangnya, hingga kini The Baggies belum meraih kemenangan.

Namun dari empat pertandingan liga terakhir Branislav Ivanovic dan kawan-kawan berhasil menahan imbang Liverpool di Anfield. Apakah gaya sepak bola Big Sam masih bekerja di usia senjanya atau justru sebaliknya?