Setelah terdampak COVID-19 awal tahun ini, Chinese Super League kembali bergejolak jelang musim anyar 2021 tahun depan. Dua isu penting mengawali perubahan besar-besaran di liga kasta tertinggi Negeri Tirai Bambu tersebut, bahkan sebagian besar pesertanya terancam tak dapat bermain tahun depan.
Dunia sepak bola tengah mengalami krisis, begitu pula dengan Liga Super Cina yang dikenal sebagai salah satu liga termewah di Asia bahkan dunia. Beberapa bintang dunia rela bermain di Cina karena tergoda bayaran mahal. Namun nampaknya hal itu tak dapat dirasakan lagi jelang Chinese Super League 2021.
Dilansir dari South China Morning Post di awal bulan ini rencana pembatasan gaji kembali menyeruak ke permukaan. ‘Tidak peduli seberapa besar klub tersebut, dan seberapa terkenal pemain itu,’ bahkan ada ancaman degradasi bagi klub dan larangan bermain dua musim bagi pemain yang melanggar batasan gaji atau yang jamak kita kenal dengan aturan salary cap.
Asosiasi Sepak bola Cina mulai mengenalkan salary cap bagi pemain asing dan pemain lokal mulai Chinese Super League 2021 nanti. Para pemain asing maksimal mendapatkan gaji sebesar 3 juta euro (setara 3,63 juta dollar AS) sedangkan pemain lokal maksimal mendapatkan gaji sebesar 5 juta yuan (setara 765.000 dollar AS) per tahunnya.
Mantan penggawa Guangzhou R&F, Dusko Tosic, bahkan mengancam tak akan ada lagi bintang yang mau menuju Chinese Super League di 2021 nanti jika salary cap ini diberlakukan.
“Saya mendapatkan kesempatan untuk tetap bermain di Cina, tapi saya menolaknya. Gaji dikurangi, lalu ada karantina sepanjang tahun dan itu sulit. Sekali saya datang ke Cina, saya tidak akan bisa keluar negara ini hingga kompetisi berakhir. Saya berencana kembali ke Eropa,” pungkas bek asal Serbia tersebut.
“Saya beruntung bermain di Guangzhou, kota terbesar ketiga di Cina dengan 20 juta penduduk dan cuaca yang hangat. Meski iklim sepak bolanya tak seperti di Eropa, banyak investasi dan pemain asing berkualitas di sini. Tapi saya yakin tak ada nama besar menuju Cina di tahun depan, situasinya sulit di 2021.”
Selain rencana pembatasan gaji pada Chinese Super League 2021 nanti Asosiasi Sepak bola Cina juga mewajibkan seluruh klub mengganti nama mereka terutama bagi tim yang menggunakana nama investor atau perusahaan sebagai nama klub.
Nahasnya hampir seluruh klub di Liga Super Cina menggunakan nama perusahaan sebagai nama klub. Usai rencana ini dikemukakan pada awal bulan Desember 2020, setidaknya ada empat kelompok ultras yang menentang aturan tersebut.
Mereka meminta Asosiasi Sepak bola Cina untuk memahami sejarah dibalik penamaan klub kesayangan mereka alih-alih menggantinya dengan nama yang lebih “netral.”
“Setiap klub memilik sejarahnya sendiri, mereka (Asosiasi Sepak bola Cina) perlu mendengarkan kami dan membiarkan para penggemar memilih,” sebut salah seorang ultras Tianjin TEDA kepada South China Morning Post.
Tianjin TEDA yang berdiri pada 1951 sejak 22 tahun yang lalu menyandang nama Tianjin TEDA atas lima tahun sejak menjadi klub profesional pada 1993. TEDA ( Tianjin Economic-Technological Development Area) Investment Holding yang menjadi pemilik klub merupakan salah satu BUMN yang bermarkas di Tianjin.
Bersama sejumlah ultras Henan Jianye, Beijing Guoan dan Shanghai Shehua, kelompok ultras Tianjin TEDA sampai hari ini masih memperjuangkan agar nama perusahaan yang menyokong klub selama bertahun-tahun dan telah menjadi bagian dari sejarah klub untuk terus eksis.
Presiden Asosiasi Sepak bola Cina, Chen Xuyuan, sendiri tidak main-main dengan dua keputusan ini. “Asosiasi tidak akan membuat pengecualian apa pun, terutama tentang peraturan nama netral ini,” sebutnya dilansir dari South China Morning Post. Klub sendiri diminta untuk segera mendaftarkan nama baru hingga akhir Februari nanti untuk ditinjau kembali oleh CFA.
Sejauh ini baru menurut Titan Sports baru dua klub yang bersedia berganti nama, salah satunya adalah Guangzhou R&F yang berubah nama menjadi Guangzhou City. Langkah The Blue Lions akan diikuti rival sekota mereka, Guangzhou Evergrande, yang akan berganti nama menjadi Guangzhou FC.
A media source in China reveals Guangzhou Evergrande have registered 'Guangzhou FC'(广州队) as their new name. If it is approved, the Chinese football superpower will be called 'Guangzhou FC' in the future. Guangzhou R&F, their derby rival, has been renamed as Guangzhou City. pic.twitter.com/SnqBFXSsSW
— Titan Sports (@titan_plus) December 28, 2020