Coba tanyakan kepada teman perempuan kalian, atau mungkin pembaca perempuan di sini, kalian lebih pilih untuk menjadi pesepak bola atau model? Mungkin kebanyakan akan memilih untuk menjadi seorang model ketimbang pesepak bola perempuan. Berlenggak-lenggok di catwalk, memakai kostum dan make-up yang gemerlap, uang yang banyak, dan tentunya anggapan yang begitu feminin tentu menjadi alasannya. Meskipun begitu, tidak dengan Zhao Lina, kiper dari timnas sepak bola perempuan Cina. Memiliki kesempatan untuk menjadi supermodel, Lina lebih memilih untuk menjadi pesepak bola. Menariknya, pilihannya ini didasarkan untuk tujuan yang mulia, untuk memajukan sepak bola Cina.
https://www.instagram.com/p/BiZnVp2BbdF/?hl=en&taken-by=zhao__lina
Saat ini, Lina boleh dibilang sebagai pesepak bola perempuan paling populer di Cina. Kiper yang memiliki tinggi sampai 188 sentimeter ini memang memiliki paras yang cantik. Namun, tak hanya wajahnya saja yang menjadi alasan mengapa perempuan yang kerap kali dipanggil Nana ini begitu populer. Masih berusia 26 tahun, Lina sudah mengoleksi lebih dari 50 caps untuk timnas sepak bola Cina, dan menjadi punggawa timnas di Olimpiade 2016 lalu. Disokong oleh tingginya yang menjulang, ia juga tergolong kiper yang lincah dan mampu mendistribusikan bola dengan baik.
Meskipun begitu, jalan hidup Lina bisa jadi jauh berbeda. Perempuan yang juga gemar bermain drum ini mengaku bahwa ia sempat berpikir untuk berhenti bermain sepak bola. Ia memang sempat mengalami cedera dan mengaku lelah untuk bepergian jauh. Keluarnya ia dari sepak bola hampir menjadi kenyataan kala ia dihubungi oleh agensi model yang tertarik merekrutnya.
“Saya benar-benar berpikir untuk mencobanya (menjadi model), namun ketika saya sampai ke tempat mereka, saya berpikir bahwa saya tak bisa melakukan itu,” ujar Lina dikutip dari AFP.
Ia menyatakan bahwa alasannya untuk berkecimpung di dunia sepak bola lebih dari sekadar uang atau menang dan kalah. Saat ini, pendapatan perempuan yang mengidolakan Hope Solo, kiper legendaris Amerika Serikat ini hanya mencapai 10 ribu yuan per bulan, dan ia adalah pesepak bola perempuan dengan pendapatan terbesar di Cina. Namun, pendapatannya sangat timpang ketimbang pesepak bola pria yang bermain di Liga Super Cina, seperti misalnya Carlos Tevez, yang pernah mendapat 730 ribu euro per minggu.
Meskipun begitu, alih-alih mempermasalahkan perbedaan pendapat dengan pesepak bola pria, ia lebih ingin sepak bola perempuan di Cina mendapatkan atensi lebih.
“Sepanjang yang saya ingat, stadion tempat kami bermain tak pernah penuh.”
“Orang-orang tak mengetahui bahwa sepak bola perempuan di Cina memilik tim professional. Saya terkadang merasa sedih karena kami melakukan hal yang sama dengan sepak bola pria. Kami sama-sama memberikan usaha 100%.”
Fakta ini tentu membuat kesedihan Lina tampak wajar. Sepak bola perempuan Cina terbilang jauh lebih sukses ketimbang sepak bola prianya. Mereka telah memenangi Piala Asia sebanyak delapan kali, ketimbang sepak bola prianya yang tak pernah menang sekalipun.
Namun, Lina hanya berharap bahwa sepak bola perempuan di Cina lebih banyak ditonton langsung.
“Saya memang berharap pendapatan kami meningkat. Namun, yang lebih penting adalah lebih banyak orang yang menonton kami.”
Lina mungkin memiliki modal untuk menjadi model, namun dengan tujuannya yang mulia, ia bisa memanfaatkan profilnya untuk mencapai apa yang ia inginkan.