Cerita

Apa yang Dicari City Football Group di Cina?

Baru-baru ini kabar mengejutkan datang dari konsorsium City Football Group (CFG) yang baru saja mengakuisisi sebuah klub di Cina. Uniknya perusahaan yang didirikan duet Mansour bin Zayed Al Nahyan dan Kaldoon Al Mubarak ini mengakuisisi klub kasta ketiga, Sichuan Jiuniu FC. Lantas apa yang dicari City Football Group di Cina?

Dalam situs resmi City Football Group, Sichuan Jiuniu dibeli bersama dua perusahaan lain, UBTECH dan China Sports Capital pada akhir bulan Februari. Klub berlogo kepala banteng ini sendiri akan menjalani musim kedua mereka di China League Two setelah promosi dari liga kasta keempat 2017 lalu.

Langkah unik yang diambil holding company yang dimiliki Abu Dhabi United Group (ADUG) ini dapat dilihat dari berbagai sisi, tak hanya bicara soal sepak bola. CFG sendiri tak hanya dimiliki oleh ADUG, 13% saham mereka dimiliki oleh China Media Capital atau CITIC Capital. Jelas pembelian Sichuan Jiuniu mempererat kerja sama keduanya.

Bahkan lebih lanjut dijelaskan dalam situs resmi CFG, para pemilik klub ingin ikut ambil bagian dalam pengembangan jangka panjang sepak bola di Tiongkok. CFG bahkan tak segan untuk membuka kantor cabang di Shanghai dan Shenzhen juga bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Cina yang memiliki program-progam berkaitan dengan sepak bola.

Pemerintah Cina sendiri memang ingin membuat rancang agung terhadap sepak bola mereka. Apa kalian ingat kunjungan presiden Tiongkok, Xi Jinping, ke Inggris beberapa tahun lalu? Xi yang sempat mengunjungi akademi Manchester City, sepulang dari Inggris langsung membuka ratusan lapangan sepak bola di seantero negeri.

Mengenal Sichuan Jiuniu FC dan rancangan besar CFG

Sebelum dibeli CFG per akhir Februari tahun ini, klub yang berdiri pada 2006 lalu itu memang bukan pemain besar dalam sejarah sepak bola Negeri Tirai Bambu. Hadirnya klub yang berlogo kepala banteng ini karena klub dari provinsi Sichuan sebelumnya, Sichuan Guancheng, bubar di tahun yang sama.

Prestasi terbaik Sichuan Jiuniu adalah bermain di kompetisi kasta kedua, Chinese League One, pada musim 2008 dan 2009 sebelum kembali bermain di kompetisi kasta ketiga setahun kemudian.

Klub dengan jersey kandang berwarna kuning ini bahkan sempat tak berkompetisi di musim 2013 dan 2014 sebelum memulai perjalanan mereka kembali di 2015 dari kompetisi kasta keempat.

Bermarkas di Chengdu Longquanyi Football Stadium yang berkapasitas 42.000 penonton, musim lalu mereka berada di posisi ke-12 Grup Selatan Chinese League Two. Menariknya, Wang Chu dan kawan-kawan bahkan mampu melaju ke perempat-final Piala FA Tiongkok sebelum dikalahkan klub CSL, Dalian Yifang, yang diperkuat eks winger Atletico Madrid, Yannick Carrasco.

Skuad asuhan Wang Hongwei ini baru saja menang di ronde pertama Piala FA dengan skor 5-0 melawan Jiangsu Yancheng Dingli F.C. dan salah satu fakta menarik lainnya Jiuniu memiliki salah satu pemain dari minoritas suku Uyghur bernama Ötkür Hesen yang baru saja ditransfer dari klub kasta kedua, Yinchuan Helanshan.

Baca juga: Bintang Dunia yang Bermain di Kasta Kedua Liga Tiongkok

Dengan sejarah yang terbilang masih baru, materi pemain yang belum banyak dikenal publik namun memiliki masa depan yang cerah lewat keajaiban yang mereka lakukan musim lalu, apa yang sebenarnya diinginkan City Football Group lewat klub ini?

Langkah ekspansi tim-tim Inggris demi merebut pasar dan sumber daya dari Asia tak hanya dilakukan oleh City. Jauh sebelum City mengakuisisi Sichuan Jiuniu ada klub Inggris lainnya yang juga mengadakan kerja sama dengan klub dari kawasan Benua Kuning. Klub tersebut adalah Tottenham Hotspur.

Di 2009 lalu Spurs bekerja sama dengan South China AA. Spurs harus menjadi pelabuhan pertama bagi para pemain South China yang dianggap bersinar dan layak bermain di Eropa. Sementara South China mendapat pelatihan dan pembinaan berupa metode analisis data dan beberapa pengembangan aspek bisnis dari klub yang baru saja meresmikan stadion baru mereka di April mendatang.

Kemudian Leeds United menjalin kerja sama dengan Aspire Academy asal Qatar. Aspire Academy merupakan salah satu akademi sepak bola terbaik dan tak hanya diakui di Asia saja. Salah satu bukti para pemain binaan Aspire Academy ini tergambar kala timnas U-19 Qatar mampu menjuarai Piala Asia U-19 di 2014 lalu.

Bahkan beberapa penggawa timnas senior Qatar yang baru-baru ini menjuarai Piala Asia 2019 juga lahir dari akademi yang sama. Kerja sama yang dilakukan Leeds dan Aspire baru terjalin pada 2018 lalu, yang mana salah satu dewan direksi Leeds United sendiri adalah Direktur Jenderal Aspire Academy sejak 2011, Ivan Bravo.

Melihat cara yang digunakan Spurs dan Leeds terhadap mitra bisnis mereka dari Benua Kuning nampaknya langkah yang sama akan dilakukan CFG melalui Sinchuan Jiuniu. Bukan tidak mungkin jika nantinya mereka dapat promosi hingga kasta tertinggi akan terjadi transfer diantara kedua belah pihak.

Siapa tahu Raheem Sterling atau John Stones akan menjadi pemain Inggris yang menghabiskan masa tuanya di Cina, pun sebaliknya akan hadir Sun Jihai baru di Etihad Stadium beberapa tahun mendatang. City pun sebelumnya mengamankan tanda tangan bek muda Jepang, Ko Itakura, yang kini tengah dipinjamkan ke Groningen.

Baca juga: Ko Itakura, Bek Muda Jepang Milik Manchester City

Ambisi promosi Sinchuan ke Chinese Super League nanti pun bukan hal yang sulit mengingat CFG dapat mengucurkan dana bagi Wang Hongwei untuk belanja pemain, atau mendukung klub dengan segala perbaikan aspek mulai dari fasilitas, sport science dan lain-lain.

Dengan dalih memperbaiki sepak bola Tiongkok dan secara khusus sepak bola di wilayah Sichuan, CFG bersama UBTECH dan China Sports Capital tengah membangun kekaisaran sepak bola mereka sendiri. Dengan negara berpenduduk terbanyak di dunia, ceruk keuntungan inilah yang mampu mereka manfaatkan dengan sepak bola sebagai dagangan utamanya.

Semoga saja Sichuan Jiuniu mampu sukses meraih gelar di Tiongkok, karena di antara franchise yang dimiliki oleh CFG, baru Manchester City dan Melbourne City saja yang mampu mengangkat trofi.