Suara Pembaca

MU di Liga Champions: Berjaya di Awal Terseok di Akhir

Harapan yang ada semakin bergelora. Menjamu PSG di Old Trafford MU dijagokan menang mudah. Namun, kenyataanya mereka kalah dan terbantai.

Permainan menyerang tidak efektif. Kebiasaan bek yang sering melawak kembali terulang. Striker yang ada tidak tajam akibat ketatnya pertahanannya PSG.

Gol yang mereka cetak pun beruntung. Saat itu bola tendangan Rashford membentur bek PSG dan masuk ke gawang Navas.

Partai penentuan lalu terjadi. MU dan Leipzig saling berhadapan di Jerman. Leipzig yang tampil di kandang tampil agresif.

MU tertinggal 2-0 pada babak pertama. Pada babak kedua juga mereka kembali tertinggal 3-0. MU hanya bisa membalas melalui Bruno dan gol bunuh diri pemain Leipzig. Mereka pun gagal melaju ke fase gugur.

BACA JUGA: Dominasi Pemain Inggris di Skuat Utama Manchester United Bersama Solskjaer

Masalah MU dalam melawan Leipzig masih sama. Kegagalan lini serang mengaplikasikan umpan menjadi gol. Ditambah dengan dagelan para beknya, MU butuh sebuah perubahan jika ingin konsisten.

Formasi yang digunakan Ole Gunnar Solskjaer juga kadang tidak pas. MU dalam statistik, jika bermain bertahan besar kemungkinan menang, tapi jika menyerang dan menguasai permainan malah membuat mereka tidak efisien. Hal ini dapat menjadi sebuah masalah yang serius bagi MU.

MU yang pada awalnya menguasai grup harus kandas. Kejemawaan mereka di awal seperti menjadi bumerang.

Terlalu mengandalkan Bruno juga sepertinya mudah dibaca lawan. Pogba dan Martial harus lebih powerful. Mereka berdua sering kali tak konsisten. Mental para pemain harus sangat dibenahi.

Kegagalan memanfaatkan laga kandang terakhir juga harus dievaluasi. Bukti bahwa mental dan disiplin harus lebih ditingkatkan. Terutama, mental bermain saat laga kandang. Di Liga Inggris saja, MU lebih jago tandang ketimbang kandang. 

MU kini melangkah ke 32 besar Liga Europa, sebagai reward menempati peringkat ketiga. Kembali di habitatnya musim lalu.

Untuk mengobati kegagalan mereka di Liga Champions, dan menuntaskan misi di Liga Europa musim lalu yang kandas di semi-final.

BACA JUGA: Manchester United dan Konsistensi bagai Aku dan Kamu yang Tak Kunjung Bersatu

*Penulis merupakan penggemar setia Manchester United sejak final UCL 2008, mahasiswa sejarah di salah satu kampus kependidikan. Bisa disapa di akun Twitter @se_feat