Kiprah Manchester United (MU) di Liga Champions musim ini resmi berakhir. Tidak konsistennya Setan Merah menjadi sebab akan semua ini.
The Red Devils pada awalnya berjaya di laga pembuka. Namun apa daya, kekalahan yang ada membuat harapan sirna.
Mengawali babak penyisihan Liga Champions musim ini, MU tergabung dengan grup yang lumayan berat di grup H.
Mereka harus bersua dengan PSG, RB Leipzig, dan Istanbul Basaksehir. Banyak orang mengatakan ini grup neraka, karena terdapat semi-finalis dan finalis tahun lalu. Namun, bagi fans MU di awal perjalanan ini masih bisa berekspetasi.
Anggapan fans bahwa “hanya segini doang grup neraka” ini mulai muncul karena mampu berjaya di awal.
Skuat Ole Gunnar Solskjaer mampu mengalahkan lawan kuat mereka, yaitu PSG dan Leipzig. Bagaimana tidak jemawa, mereka mampu mengandaskan PSG di Paris. Kemudian, membantai Leipzig dengan skor yang telak di Manchester.
Kemudian, kebiasaan Setan Merah mulai terulang. Rekor mereka yang buruk ketika bertandang ke Turki berlanjut.
Bruno Fernandes dkk kalah oleh Istanbul Basaksehir dengan skor tipis. Mereka memang menguasai laga, tetapi masalah MU terus saja berlanjut.
MU kurang efektif dalam melakukan serangan. Ditambah dengan sering kalahnya mereka dengan klub biasa. Suatu hal yang sering terjadi di masa kepelatihan Ole. Harapan dan jemawa pun mulai luntur.
Namun, penggemar kembali bergelora saat menjamu Istanbul Basaksehir di Manchester. Mereka memetik kemenangan telak kembali. Harapan muncul lagi dan para fans berani berkoar kembali.