Eropa Inggris

Arsenal Gak Dibangun dalam Satu Malam

Arsenal dalam periode buruk setelah 11 pekan berlalu. 6 kekalahan sudah ditelan Meriam London di kancah Premier League. Berjarak 7 poin saja dari zona degradasi, serta 11 angka dari pemuncak klasemen, sang rival abadi di London Utara, Tottenham Hotspur.

Catatan ini menjadi warna kelam bagi musim penuh pertama Mikel Arteta di Emirates Stadium. Apalagi, kesuksesan menjuarai Piala FA dan Community Shield melambungkan asa The Gunners, namun kini mereka mendapati fakta bahwa The Gunners terdampar di posisi 15 klasemen sementara.

Banyak faktor melatarbelakangi permasalahan yang saat ini dihadapi Arsenal. Namun satu hal spesifik yang akan kita soroti secara konstan di artikel ini adalah permasalahan kuantitas dan kualitas di tim utama.

Arsenal punya 31 pemain di tim utama saat ini. Jumlah yang relatif gemuk, mengingat Liverpool saja hanya punya 28, sementara Manchester City bahkan hanya 24 pemain.

Namun masalahnya, gemuknya skuat Arsenal tak diimbangi dengan kualitas yang merata. Terlebih lagi, ada penumpukan yang tak masuk akal di sektor bek tengah, di mana tercatat ada 8 bek senior yang terdaftar di tim utama Meriam London musim ini.

Mari kita bahas satu per satu.

 

Penumpukan jumlah pemain yang tidak sehat di tim utama

Jika dibandingkan dengan Spurs, sang rival abadi, Arsenal kalah jauh dari sisi efektivitas dan efisiensi skuat. Bayangkan saja, dari 31 pemain yang dimiliki The Gunners, mereka menumpuk total 8 bek tengah. Parahnya, di lini serang mereka hanya punya 3 striker yakni Pierre-Emerick Aubameyang, Alexandre Lacazette, dan Eddie Nketiah.

Bandingkan dengan Spurs. Dengan 29 pemain, anak asuh Jose Mourinho hanya punya 5 bek tengah. Meski striker murni hanya 2 yakni Harry Kane dan Carlos Vinicius, Spurs punya kedalaman skuat yang oke karena 4 pemain bisa fleksibel main sebagai winger atau striker seperti Gareth Bale, Lucas Moura, hingga sang top skor sementara, Son Heung-min.

Sial bagi Arsenal, selepas laga lawan Fulham di pekan perdana, ketiga strikernya mengalami kebuntuan di liga. Aubameyang baru punya 2 gol, sementara Lacazette punya 3 gol. Ketika dua striker senior ini dimatikan lawan, praktis Arsenal tak lagi menggigit dan bak macan ompong. Ini pula yang terpampang secara nyata di laga lawan Spurs akhir pekan lalu.

 

Membangun skuat yang ideal butuh waktu

Arsenal
Mikel Arteta – GettyImages

Seperti Kota Roma, yang tak dibangun dalam semalam saja, begitulah yang mungkin dibutuhkan Mikel Arteta untuk menyeimbangkan skuat gemuk di timnya.

Langkah pertama tentu dengan melepas bek-bek tengah yang tidak terlalu dibutuhkan dan bisa memberi beban gaji yang lebih lega serta menambah dana segar. Untuk nama-nama yang sebaiknya dilepas, saya rasa tak perlu kita bahas di artikel ini.

Setelah masalah di pertahanan selesai, kita lanjut ke “ruang mesin”. 6 gelandang tengah yang dimiliki Arsenal punya karakteristik berbeda. Tentu, nama Thomas Partey layak dikedepankan karena ia adalah pemain yang dikejar Arsenal sepanjang musim panas.

Arteta wajib membuat sistem di mana ia harus paham tipe lawan yang dihadapi dan komposisi lini tengah seperti apa yang dibutuhkan timnya. Pasalnya, tak semua komposisi yang sama layak dipakai untuk setiap pertandingan dari pekan ke pekan.

Tak ada gunanya mendominasi lini tengah tapi gagal menembus sepertiga akhir wilayah lawan. Plus, ada nama Ainsley Maitland-Niles yang bisa jadi wildcard kunci untuk mengatasi masalah lini tengah Arsenal

Setelahnya, Arteta dan Arsenal butuh variasi baru di lini depan. Willian, Aubameyang, Lacazette, dan Nketiah terbukti belum ampuh di liga sejauh ini. Praktis, tumpuan utama Arsenal untuk menciptakan peluang ada di pundak sang wonderkid, Bukayo Saka.

Sebelas pekan berlalu dan masalah creating chances jadi penyakit yang tak kunjung sembuh dan Arteta tentu sadar itu. Sembuhnya Gabriel Martinelli dan moncernya Reiss Nelson di Europa League bisa jadi pertimbangan Arteta untuk perjuangan memperbaiki posisi di liga.

 

Perlukah Mesut Ozil? Well, it depends…

Satu nama yang selalu meramaikan linimasa tiap membahas Arsenal adalah Mesut Ozil. Playmaker asal Jerman ini tak didaftarkan di Premier League dan Europa League di paruh pertama ini.

Namun, Januari nanti Ozil bisa jadi solusi jangka pendek untuk didaftarkan. Walau bagaimana pun, kualitas dan kreativitas dari kaki dan otak Ozil bisa jadi solusi yang MUNGKIN dicari Arteta dan Arsenal.

Namun, mengurus Ozil bukan hanya soal perkara di atas lapangan, namun juga di luar lapangan. Ada hal-hal yang tidak diketahui publik yang harus diurus Arsenal. Saya tidak tahu apa itu, namun yang jelas, masalah luar lapangan itu nampaknya jadi faktor utama kenapa pria asal Gelsenkirchen itu diasingkan dari tim utama.

Butuh atau tidaknya Arsenal akan kehadiran Ozil di atas lapangan hanya Arteta yang tahu.

 

Waktunya beri perhatian untuk pemain akademi

Selanjutnya adalah memberi menit yang cukup untuk anak-anak akademi. Mikel Arteta tahu benar bahwa Hale End punya produk-produk berkualitas dan hanya menunggu waktu saja bagi mereka untuk menyusul jejak Bukayo Saka di tim utama. Masalahnya, gemuknya skuat Arsenal menahan laju promosi anak-anak muda potensial ini ke tim utama.

Miguel Azeez, Folarin Balogun, dan Ben Cottrell bisa jadi nama-nama yang patut dicoba. Jika Manchester United bisa mempromosikan Scott McTominay hingga Mason Greenwood dalam satu periode yang sama, kenapa Arsenal merasa mereka tak mampu melakukan hal yang sama? Lagipula, if you are good enough, then you are old enough.

Namun sebelum itu, Arsenal perlu melakukan satu hal utama yaitu…

 

Cuci gudang

Arsenal
Mikel Arteta – GettyImages

Untuk membuka jalan bagi pemain akademi, cuci gudang di Januari dan musim panas 2021 adalah keniscayaan. Ketika Juergen Klopp datang ke Liverpool, ia pun melakukan hal serupa. Sebagai contoh, ketika tiba pada Oktober 2015, hanya James Milner dan Roberto Firmino, 2 nama pemain yang dibeli Brendan Rodgers di musim panas 2015, yang masih ada di skuat Liverpool saat ini.

Tiap musimnya, Klopp melepas dan mendatangkan pemain sesuai dengan kebutuhan tim. Misal, melepas Philippe Coutinho, untuk mendatangkan Virgil van Dijk dan Mohamed Salah. Serta mendatangkan Sadio Mane dan Allisson Becker dalam dua periode berbeda.

Dan di musim panas 2020 lalu, Klopp hanya tinggal menyempurnakan kedalaman skuatnya dengan mendatangkan Thiago Alcantara dan Diogo Jota, sembari mempromosikan pemain-pemain muda.

Jangan salah, meski sempat krisis pemain di pos bek tengah, Liverpool mempromosikan nama-nama pemain muda seperti Rhys Williams hingga Nat Phillips, dan sejauh ini mereka baik-baik saja. Siapa sangka pula, Caoimhin Kelleher dan Curtis Jones juga cepat menyatu dengan tim utama dan bisa diandalkan tiap kali diturunkan untuk bermain.

Hal itulah yang perlu dicoba Arteta di Arsenal. Arteta perlu tahu sistem seperti apa yang ingin ia mainkan dan membentuk skuat yang sesuai dengan ekspektasi dia. Buang mereka yang tak lagi dibutuhkan, promosikan nama-nama pemain muda yang layak diberi kesempatan, serta mendatangkan pemain-pemain yang tepat seperti visi-misi sang manajer.

Contoh nyata kesuksesan membangun skuat sudah dicontohkan dengan baik oleh Liverpool dan Klopp, Arteta hanya perlu menyadari apa langkah yang kini harus berani ia ambil. Dan fans perlu ingat, tidak ada hal hebat dibangun hanya dalam semalam.