Suara Pembaca

Mengenal Asociacion Mundial de Futsal (Bagian 2)

Pada 2000, Panafutsal dan FIFA sebenarnya sempat “bersatu”. Keduanya membuat kesepakatan di mana FIFA memberi wewenang penuh kepada Panafutsal untuk mempraktikkan futsal versi mereka dan sebagai gantinya Panafutsal menjadi bagian FIFA di bawah CONMEBOL (Konfederasi FIFA untuk wilayah Amerika Selatan).

Kesepakatan ini hanya bertahan selama dua tahun karena Panafutsal menganggap FIFA tidak menepati kesepakatan tersebut secara konsisten. 

Panafutsal pun akhirnya menarik diri dari FIFA dan mendirikan Asociacion Mundial de Futsal (AMF) pada 2002. Sejak saat itu, keduanya pun mengelola futsal versi mereka masing-masing secara terpisah hingga kini. 

AMF sendiri tercatat telah lima menggelar Piala Dunia futsal versi mereka: 2003 (Paraguay), 2007 (Argentina), 2011 (Kolombia), 2015 (Belarusia), dan 2019 (Argentina). Bahkan, termasuk juga tiga kali Piala Dunia futsal wanita: 2008 (Spanyol), 2013 (Kolombia), dan 2017 (Katalunya).

Dalam situs resminya, AMF menyebutkan bahwa mereka memiliki 29 anggota. Berbanding jauh dengan FIFA yang memiliki 211 anggota.

Perbedaan sumber daya inilah yang mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat futsal versi AMF kurang tersebar dan tidak dikenal, salah satunya seperti di Indonesia.

Padahal, jika menilik sejarah tersebut, kita bisa menyebut bahwa mereka lah pewaris asli dari olahraga ini.

BACA JUGA: Semestinya Jarak Bukan Halangan Bagi Para Suporter

BACA JUGA: Pulau Jawa dan Kembalinya Sepak Bola Indonesia

BACA JUGA: Melawan Cengkeraman Penguasa seperti Boavista

*Penulis merupakan alumni jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran. Bisa disapa di akun twitter @gifarramzani_