Ada sebuah pencapaian yang istimewa bagi PSSI pada April lalu. Tepatnya tanggal 19, federasi yang dipimpin Mochamad Iriawan ini genap berusia 90 tahun. Sebuah angka yang tentu terhitung tua untuk ukuran usia.
Sayangnya, milestone ini terasa hambar karena terjadi di tengah kondisi pandemi COVID-19. Tidak ada perayaan khusus yang digelar. Jangankan kado atau hadiah istimewa bagi pencinta sepak bola Indonesia, pertandingan untuk sekedar dinikmati saja tidak ada.
Kondisi ini tentu sangat berbeda dengan perayaan hari jadi PSSI di tahun-tahun sebelumnya. Setidaknya seperti yang terjadi di tahun 1966 ketika PSSI menginjak usia ke-36.
Saat itu, PSSI merayakan hari jadinya dengan menggelar sebuah ajang yang kelak bertransformasi menjadi kompetisi yang punya peran dan arti penting bagi anak Indonesia yang bercita-cita untuk menjadi pesepa kbola, yaitu Piala Soeratin.
Ya, di tahun tersebut PSSI menggelar Piala Soeratin untuk pertama kalinya. Bukan tahun 1965 seperti yang disebutkan dalam situs resmi. Tulisan ini berusaha sedikit menelusuri dan menyajikan cerita-cerita menarik dari penyelenggaraan pertama tersebut.
Kendati diselenggarakan untuk merayakan hari jadi organisasi, namun sebenarnya ajang ini tidak bersifat seremonial semata. PSSI telah merencanakan ajang ini cukup lama, yaitu sejak Oktober 1965.
Saat itu, PSSI mengeluarkan surat keputusan yang berisi instruksi kepada para anggotanya untuk melakukan pembinaan usia muda guna menyukseskan rencana mereka yang akan menggelar kejuaraan antarkota untuk rentang usia tersebut.
Selain itu, PSSI juga memiliki alasan mendasar dalam mengeluarkan surat keputusan di atas, yaitu sebagai bentuk dukungan mereka terhadap program pemerintah saat itu di bidang olahraga.
Program tersebut adalah “Rencana 10 Tahun Olahraga” yang ditetapkan pada April 1965. Sebuah program yang menjadi realisasi dari ambisi Presiden Soekarno yang menginginkan agar Indonesia masuk ke dalam sepuluh besar dunia di bidang olahraga.
BACA JUGA: La Nyalla Mattalitti yang Penuh Kontroversi