Suara Pembaca

Cerita dari Penyelenggaraan Piala Soeratin Pertama

Dari lima poin yang tertera dalam rencana tersebut, nomor dua berbunyi: “memperluas dan mengintensifkan program olahraga di sekolah-sekolah atau pengerahan bibit berbakat dan pembinaan bibit” (Pikiran Rakyat, 20 Desember 1965).

Poin ini diterjemahkan PSSI dengan menetapkan aturan batasan usia antara 16-19 tahun bagi para peserta dalam menggelar Piala Soeratin.

Pada Maret, sebulan sebelum pelaksanaan, PSSI mengumumkan nama-nama daerah yang menjadi peserta dalam ajang ini. Kesembilan daerah tersebut adalah Yogyakarta, Sumbawa, Malang, Medan, Makassar, Denpasar, Jakarta, Pontianak, dan Bogor. 

Saya belum bisa memastikan keseluruhan tim yang mewakili kota-kota tersebut, namun enam di antaranya adalah Persisum (Sumbawa), Persema (Malang), PSMS (Medan), PSM (Makassar), PPSA Gawang (Jakarta), dan PSB (Bogor).

BACA JUGA: Kala Play-Off Promosi-Degradasi Begitu “Istimewa”

Keputusan PSSI ini pun sempat memunculkan sedikit polemik dengan adanya protes dari Persib Bandung yang menuntut untuk diikutsertakan. Persib merasa bahwa mereka juga telah melakukan instruksi PSSI untuk melakukan pembinaan usia muda dengan baik.

Namun, PSSI menyatakan bahwa setiap wilayah atau provinsi cukup diwakili oleh satu tim. PSSI kemudian menyerahkan kepada Komisi Daerah (Komda) – kini setara dengan Asosiasi Provinsi (Asprov) – Jawa Barat untuk memutuskan persoalan ini. PSB Bogor dipilih karena dinilai memiliki pembinaan usia muda yang paling baik di Jawa Barat.

Rangkaian kegiatan kejuaraan Piala Soeratin pun dimulai pada 13 April 1966. Ketika itu, seluruh peserta terlebih dahulu diajak berziarah ke makam Soeratin di Bandung.

Seluruh peserta kemudian kembali ke Jakarta di hari yang sama dan dilanjutkan dengan melakukan upacara pembukaan di Stadion Menteng, yang juga sekaligus menjadi arena pertandingan bersama Lapangan Jendral Urip Sumohardjo.

BACA JUGA: Menanti Pertarungan Seru Beckham Nugraha dan Egy Maulana Vikri di Masa Depan