Suara Pembaca

Alphonso Davies, Mimpi Seorang Pemuda dari Kampung Pengungsian

Kredit: Getty Images

Masa kecil Alphonso Davies

Pada 2 November 2000 di Buduburam, Ghana, lahir seorang anak laki-laki dari pasangan Debeah Davies dan Victoria Davies.

Buduburam adalah kampung pengungsian di Ghana yang didirikan oleh United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) pada tahun 1990.

Kampung pengungsian ini menampung pengungsi dari Liberia yang melarikan diri akibat perang saudara di Liberia, termasuk orang tua Alphonso Davies.

Mereka kesulitan untuk bertahan hidup karena tidak mendapatkan akses makanan dan air bersih.

BACA JUGA: Ketika Leverkusen Menjadi Neverkusen

Atas kesulitan yang mendera, keluarga Phonzie mengikuti program resettlement dan terpilih untuk pindah ke Kanada.

Program resettlement adalah program pemindahan penduduk para pengungsi ke tempat yang baru.

Lima tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2005, orang tua Phonzie terbang ke Kanada sebagai imigran dan tinggal di Edmonton, Alberta.

Edmonton merupakan kota terbesar kedua di Alberta dan memiliki penduduk sebesar 1,1 juta jiwa.

Orang tua Phonzie bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Bahkan Phonzie yang masih berusia 5 tahun membantu membesarkan dua adik kandungnya saat bersekolah di Mother Theressa Catholic School. Di sekolah itu Phonzie menjadi anak berbakat yang lincah dan periang.

BACA JUGA: Patrik Schick, Gladiator yang Bangkit di Tanah Sachsen

Bakat sepak bola Alphonso Davies mulai terlihat saat ia duduk di kelas 3. Kala itu Phonzie mengikuti turnamen yang diadakan oleh Free Footie, sekolah sepak bola yang menggratiskan anak-anak yang tidak mampu membayar uang registrasi dan peralatan.

Pelatih Free Footie saat itu, Tim Adams, menyadari bakat Phonzie saat melakukan sentuhan pertamanya. Adams kemudian menghubungi Marco Bossio yang merupakan pelatih lokal dari St. Nicholas Soccer Academy.

Bakat menonjol yang dimiliki Phonzie membuatnya bergabung bersama St. Nicholas Soccer Academy. Di sana Phonzie melatih kemampuannya setiap hari dan menunjukkan perkembangan yang signifikan.

Dari sinilah mimpi Phonzie menjadi pemain sepak bola profesional dimulai.

BACA JUGA: Philippe Coutinho dan Para Penakluk Eropa

Saat umur 14 tahun, Phonzie terdaftar dalam program yang diadakan oleh Vancouver Whitecaps. Di sana ia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

Ia mulai bermain untuk Vancouver Whitecaps mulai dari kelompok umur U-16, U-18, dan Whitecaps Football Club.

Puncaknya, Phonzie menjadi pemain muda kelahiran tahun 2000 pertama yang tampil di ajang Major League Soccer (MLS), membela tim senior Vancouver Whitecaps.

Umurnya saat itu baru menginjak 15 tahun, 8 bulan dan 15 hari.