Suara Pembaca

Ketika Leverkusen Menjadi Neverkusen

Bayer Leverkusen didirikan tahun 1904 oleh para pekerja perusahaan. Hal itu yang mendasari mengapa nama depan klub ini seperti nama perusahaan tertentu.

Perusahaan tersebut juga memiliki beberapa bagian yang mengurusi olahraga. Baru pada tahun 1999, klub sepak bola Bayer Leverkusen lepas dari perusahaan induknya.

Sepanjang sejarah, Bayer Leverkusen memang tak banyak meraih gelar. Bahkan belum sekalipun gelar Bundesliga diraih. Meskipun pada kompetisi tersebut, mereka termasuk klub pengganggu dengan empat kali menjadi runner-up.

Pada DFB-Pokal, satu-satunya gelar diraih Bayer Leverkusen pada musim 1992/1993. Ironisnya gelar tersebut sekaligus yang terakhir diraih klub. Sementara pada level Eropa, musim 1987/1988 menjadi saksi mereka juara Piala UEFA.

Die Werkself sekaligus menjadi rumah beberapa pemain legenda. Stefan Kiessling, Ulf Kirsten, dan Simon Rolfes tercatat masuk daftar 10 besar penampil sekaligus daftar pencetak gol sepanjang masa Bayer Leverkusen. Hanya tiga pemain itu yang masuk pada kedua daftar.

Kemudian Thomas Hörster, Rüdiger Vollborn, Carsten Ramelow, Bernd Leno, Lars Bender, Bernd Schneider, dan Gonzalo Castro berada dalam daftar pemain dengan jumlah penampilan terbanyak.

Lalu Herbert Waas, Dimitar Berbatov, Christian Schreier, Cha Bum-kun, Paulo Sérgio, Arne Larsen Økland, dan Oliver Neuville berada pada daftar pencetak gol terbanyak klub yang berkandang di BayArena ini. 

Nama-nama populer lainnya yang pernah membela klub ini antara lain Michael Ballack, Toni Kroos, Son Heung-min, Rudi Völler, Sami Hyypiä, Javier ‘Chicarito’ Hernandez, Lúcio, Emerson, Zé Roberto, Hans-Jörg Butt, Jens Nowotny, Jorginho, Juan, Arturo Vidal, Yıldıray Baştürk, Landon Donovan, Clemens Fritz, Roque Júnior, Robert Kovač, Niko Kovač dan Bernd Schuster.

BACA JUGA: Michael Ballack: Si Pohon Salak dengan Tendangan Galak

Sementara itu Klaus Augenthaler, Erich Ribbeck, Rinus Michels, Christoph Daum dan Jupp Heynckes, Berti Vogts, Klaus Toppmöller adalah jajaran pelatih top Bayer Leverkusen. Di antara para pelatih tersebut, Rudi Völler, Sami Hyypiä, dan Thomas Hörster pernah bermain untuk Leverkusen.

Kejadian unik berkutat pada klub ini di sekitaran awal millennium ketiga, tepatnya musim 2001/2002. Kala itu, pemberitaan tak hanya didominasi oleh dua pemain hebat.

Bayer Leverkusen melaju kencang di tiga kompetisi utama yang diikuti. Mereka berada di puncak klasemen saat Bundesliga tinggal menyisakan satu pekan terakhir, masuk final DFB-Pokal, dan bersiap menuju pertandingan final Liga Champions.

Ironisnya, Bayer Leverkusen tumbang di semua kompetisi yang diikuti. Di Bundesliga, Leverkusen tergusur dari puncak klasemen akhir meski sempat memimpin lima angka dengan tiga pertandingan tersisa. Secara tragis, Leverkusen kalah dua kali dalam tiga laga tersebut. Hasil ini membuat Borussia Dortmund sukses menyalip jadi jadi juara.

Nasib apes juga melanda Bayer Leverkusen pada kejuaraan DFB-Pokal dan Liga Champions.

Di DFB-Pokal, mereka melaju dari babak 1 hingga semi-final dengan raihan 14 gol dan hanya kebobolan 4 gol. Lima klub dikalahkan dengan rataan tiga gol per pertandingan.Hanya satu pertandingan mereka ‘cuma’ mencetak dua gol ke gawang lawan. Lalu hanya satu pertandingan yang harus dijalani sampai perpanjangan waktu. Sisanya, Bayer Leverkusen mengalahkan lawan pada waktu normal. Namun di partai puncak, mereka takluk dari Schalke 04 dengan skor 4-2.

BACA JUGA: Stefan Kiessling, Si ‘Jago Masak’ yang menjadi Legenda Bayer Leverkusen

Lalu di liga Champions, Leverkusen memulai kompetsisi dari kualifikasi babak ketiga. Pada babak grup pertama, mereka melaju dengan menjadi runner-up di bawah Barcelona. Selanjutnya pada babak grup kedua, Leverkusen sukses menjadi juara grup berkat unggul head-to-head atas runner-up Deportivo La Coruna. Kemudian pada babak perempat-final dan semi-final, Bayer Leverkusen mengalahkan dua klub Inggris secara berurutan yaitu Liverpool dan Manchester United.

Kekalahan menyakitkan justru terjadi di final melawan Real Madrid. Lúcio sempat menyamakan kedudukan setelah gol Raúl, tetapi gol itu menjadi tak berarti setelah Zinedine Zidane melesatkan tendangan voli spektakuler yang tak sanggup dibendung Hans-Jörg Butt.

Cuplikan gol Raúl bisa Tribes lihat di video ini.

Pada akhirnya, peluang meraih tiga gelar yang bisa direngkuh Bayer Leverkusen, menjadi hilang semua. 

Kejadian tersebut populer di kalangan media berbahasa Inggris dengan sebutan Neverkusen. Setelahnya, Bayer Leverkusen jarang menjemput piala. Satu-satunya final yang kemudian diraih hanya pada musim 2008/2009 di DFB-Pokal. Selain dari itu, Bayer Leverkusen lebih sering menjadi kuda hitam di Bundesliga. 

Kejadian serupa juga terjadi terjadi sepuluh tahun berikutnya. Bayern München tertular virus Neverkusen pada musim 2012.

Die Roten hanya menjadi runner-up Bundesliga dan tumbang di final DFB-Pokal serta final Liga Champions. Kekalahan di final Liga Champions terasa menyakitkan, karena terjadi di kandang Bayern sendiri. 

Setelah tragedi Neverkusen, pemain tim nasional Jerman yang berasal Bayer Leverkusen dan Bayern München masih merasakan nasib kurang beruntung di turnamen resmi.

Jerman yang diperkuat pemain Bayer Leverkusen tumbang di final Piala Dunia 2002 oleh Brasil. Lalu di Piala Eropa 2012, Jerman yang diperkuat mayoritas pemain-pemain Bayern München terhenti di semi-final oleh Italia.

 

*Penulis merupakan seorang penikmat berita sepak bola dari medium dalam jaringan. Bisa disapa di akun twitter @hilmi_masdar