Suara Pembaca

PS Daygun dan Harapan Sepak Bola Lombok Utara

Sebenarnya keluhan serupa bukan hanya untuk Lombok Utara saja, melainkan keseluruhan hiruk-pikuk sepak bola Nusa Tenggara Barat.

Merosotnya PS Sumbawa Barat pada “pembantaian masal” Liga 2 tahun 2017, praktis wakil provinsi ini yang mentas di divisi tersebut menjadi nihil.

Tahun ke tahun pun perkembangan tim-tim di daerah NTB tak kunjung memperlihatkan hasil. Bahkan, menyentuh Liga Nusantara Pra-Nasional pun terbilang sulit.

Kebanyakan dari mereka, keok di Liga Nusantara Regional yang mempertemukan dengan juara-juara dalam wakil dari Nusa Tenggara Timur atau Bali.  

Banyak yang mengeluhkan sepak bola Lombok jauh dari kata maju. Jika dirunut dari awal, tidak kunjung majunya sepak bola NTB sesuai dengan prediksi dan ketakutan salah satu pandit sepak bola setempat, Safrudin, sesuai dengan penuturannya kepada Radar Lombok.

BACA JUGA: Mewujudkan Kesetaraan Gender dalam Sepak Bola

Pada 2018 lalu, Safrudin mengatakan bahwa tidak terpilihnya Suhaeli yang mencalonkan diri jadi gubernur, akan berimbas banyak  pada sepak bola lantaran dirinya yang kini menjabat sebagai Bupati Lombok Tengah itu juga ketua Asprov PSSI NTB. 

Sebenarnya keresahan hanya menjadi sekadar keresahan. Tidak akan menjadi penyelesaian jika tidak menjadi bahan koreksi dan evaluasi. Jatuhnya malah bola liar yang menjadi spekulatif.

Dalam sepak bola, dilihat dari perkembangannya hingga sekarang, perubahan dan kemajuan dapat diciptakan oleh siapa saja.

Selain campur tangan industri, keterlibatan orang-orang yang memiliki keahlian dalam bidangnya sangatlah mempengaruhi.

Sederhananya seperti ketika membutuhkan seorang goal getter dalam sebuah tim, maka secara naluriah membeli striker adalah kewajiban.

Seperti itulah posisi-posisi dalam petinggi dalam organisasi sepak bola harusnya diisi.

Sepak bola di tingkatan akar rumput tidak boleh berjuang sendirian. Dengan bantuan organisasi terkait dan akar rumput yang kuat, akan berjalan secara manunggal dan terarah.

Seperti yang telah disebut di awal, bahwa semua manusia dalam bumi NTB mencintai sepak bola, walau banyak olahraga lain di provinsi ini lebih berprestasi.

Mungkin kembali lagi ke konsep awal permainan yang hanya membutuhkan bola dan 11 pemain, maka sepak bola bisa dimainkan.

BACA JUGA: Persiraja: Gairah yang Kembali Membuncah di Ujung Sumatera