Southeast Asia

Tribe Talk Edisi Benjamin Tan: Memopulerkan Thai League

Liga Thailand dapat dibilang menjadi liga dengan kualitas terbaik di Asia Tenggara saat ini, dan Benjamin Tan adalah salah satu sosok di balik meningkatnya pamor kompetisi Negeri Gajah Putih tersebut.

Beberapa waktu lalu Football Tribe berkesempatan untuk berbincang bersama Benjamin Tan, yang kini menjabat sebagai CEO dan Licensing Director Thai League, juga salah satu konsultan di AFC. Apa saja yang kami bahas bersama pria asal Singapura ini? Simak Tribe Talk edisi Benjamin Tan selengkapnya!

Untuk mengawali perbincangan dengan pria yang akrab disapa Ben Tan ini, kami menanyakan mengenai review musim 2019 Thai League 1. Pada musim lalu untuk pertama kalinya terjadi pengurangan jumlah peserta dari 18 klub menjadi 16 klub.

“Musim 2019 berjalan dengan sangat bagus, musim yang sangat intens dan kompetitif bagi semua klub terlebih setelah ada pengurangan jumlah tim di kasta teratas.”

Indikasi kesuksesan Thai League 1 musim lalu menurutnya terlihat dari banyaknya hasil mengejutkan yang terjadi di tiap matchday, klasemen yang kerap kali berubah, dan tentunya munculnya juara baru, Chiangrai United.

“Tidak ada tim yang kuat dan lemah di Thai League, persaingannya merata. Kita punya juara yang berbeda di tiap kompetisi seperti Piala FA dan Piala Liga.”

BACA JUGA: PTT Rayong Bubar, Bagaimana Nasib Victor Igbonefo?

Pengurangan jumlah peserta dari 18 klub menjadi 16 klub juga dirasa cukup memberikan dampak positif karena dalam beberapa musim banyak tim yang menelan kekalahan dengan marjin cukup besar.

Kualitas Thai League 1 menjadi lebih stabil dengan klub yang benar-benar kompeten dan bersaing di level atas bukan sekadar mendominasi.

Jika bicara tentang momen paling membahagiakan sepanjang musim kemarin, Benjamin Tan justru bicara tentang jatah tambahan yang didapatkan wakil Negeri Gajah Putih tersebut di Liga Champions Asia.

“Ini bukan hanya kabar baik bagi liga, tetapi juga bagi klub-klub yang ada di Thailand dan tentu para stakeholders. Saya berterima kasih untuk para wakil Thailand yang telah berlaga di LCA dan menunjukkan performa yang baik sehingga kita dapat jatah tambahan (mulai musim 2020 ini.)”

Para wakil Thailand perlahan namun pasti menunjukkan performa yang baik dan mampu bersaing dengan klub-klub dari Korea Selatan dan Jepang. Mereka bahkan mampu mengalahkannya sesekali.

“Saya rasa kualitas sepak bola (antara klub-klub Thailand dan klub Asia lainnya) sudah berada di posisi yang tidak jauh beda. Tipis sekali perbedaannya.”

BACA JUGA: Semangkuk Tom Yam dari Filipina

Menghasilkan liga yang berkualitas

Kepada Football Tribe, Benjamin Tan membagi sedikit proses penilaian terhadap klub-klub yang akan berlaga di liga. Standar tinggi yang mereka terapkan berbanding lurus dengan kualitas liga yang dihasilkan.

“Kami punya enam kriteria untuk masing-masing klub, mulai dari sporting, infrastructure, finance, legal, business, dan personnel. Kami memastikan setiap klub harus memenuhi kriteria tersebut sebelum berkompetisi di Thai League. Untuk memenuhi kriteria itu kita juga membantu dan memfasilitasi para klub yang berinisiatif untuk memperbaiki diri, karena ini demi kebaikan Thai League juga.”

Menurutnya, beberapa klub kecil perlahan-lahan mulai berbenah untuk memenuhi lisensi Thai League. Mereka berani memperbaiki kualitas lampu stadion, memiliki business plan yang baik, dan lainnya punya concern berbeda misalnya membangun fasilitas akademi yang baik.

“Kita punya Bangkok United dengan fasilitas youth academy yang bagus, ada juga Samut Prakan City yang punya nilai di kriteria personel cukup baik. Mereka tahu yang ingin mereka lakukan.”

BACA JUGA: Gemerlap Pemain Asing Berkualitas di Thai League 1 2019

Beberapa klub yang disebutkan Benjamin Tan di atas menyelesaikan Thai League 1 2019 di papan atas. Hal ini seakan ingin ditegaskan Ben, bahwa profesionalitas nantinya akan menunjang prestasi klub untuk berada di posisi yang lebih baik.

Club licensing menjadi alat untuk membangun klub secara teknis. Jika klub punya fasilitas bagus, akademi yang bagus, tentu hasilnya akan terlihat dengan performa mereka di liga.”

Pada dasarnya club licensing yang dilakukan Thai League 1 mengacu pada AFC Club Licensing sebagai guiding principal-nya, dengan beberapa penyesuaian misalnya di beberapa kriteria yang rawan seperti finance.

“Standar minimum kita mengacu pada AFC (untuk Thai League 1) dan kami selalu memonitor bagaimana klub membayar gaji para stafnya, para pemainnya, ada juga beberapa klub yang juga telat membayarnya. Tidak mudah tapi kami mencoba mengedukasi klub untuk membuat kondisi keuangan yang sehat.”

Kesuksesan Thai League yang semakin populer juga dirasakan Benjamin Tan, dengan meningkatnya jumlah rata-rata penonton yang menjadi salah satu pemasukan utama liga.

“Ya jika dibandingkan tiga musim lalu, musim 2019 menjadi yang paling tinggi meski dengan keadaan berkurangnya tim peserta (dari 18 klub menjadi 16 klub).”

“Kita bekerja dengan para sponsor dan mitra kita untuk menarik para penonton sebanyak-banyaknya untuk menyaksikan pertandingan di stadion. Klub tentunya juga punya andil yang sama besar untuk menarik mereka.”

“Misalnya kita menggunakan banyak cara yang dilakukan di J-League atau di Eropa, dengan teknologi dan data. Kami punya tim media, pelatih dan pemain yang dapat digunakan sebagai agen untuk menarik penonton.”

BACA JUGA: J-League dan Daya Pikatnya Bagi Orang Asing

Benjamin Tan juga turut senang dengan banyaknya pemain Thailand yang bermain di luar negeri. Jika dalam beberapa musim ke belakang ada sejumlah pemain yang meramaikan J-League, kini K-League Korea Selatan juga ikut mengincar sejumlah pemain asal Negeri Gajah Putih untuk berlaga di sana.

“Saya mendukung para pemain di klub-klub Thai League untuk keluar dari zona nyamannya, untuk bermain di luar negeri. Sama halnya dengan kami yang menerapkan kuota pemain asing Asia Tenggara, kami ingin mengajak mereka berlaga di Thai League dan meningkatkan standar bersama-sama.”

“Bukan untuk membatasi para pemain lokal Thailand berlaga di liga, melainkan mendorong mereka berkompetisi secara sehat untuk menembus tim utama.”

Kuota pemain asing di Thai League kemungkinan akan berubah nantinya, Benjamin Tan bahkan berupaya membuka slot khusus untuk pemain asing Jepang kelas wahid seperti Shunsuke Nakamaru atau Keisuke Honda berlaga di Thai League 1.

“Ini akan menarik, selain VAR atau banyak teknologi yang akan kami pakai di liga.”

*Tulisan ini disadur dari wawancara yang dilakukan editor Football Tribe Asia, Gian Chanrichawla, bersama Benjamin Tan yang tayang di kanal YouTube Football Tribe.