Southeast Asia

Andil Besar Rahmad Darmawan di Karier Safawi Rasid

Di balik moncernya karier Safawi Rasid, tahukah kamu kalau wonderkid Malaysia ini adalah pemain yang diorbitkan pelatih Indonesia?

Rahmad Darmawan adalah nama pelatih tersebut. Juru taktik ternama asal Indonesia ini menemukan bakat Safawi Rasid ketika menangani T-Team, klub yang sekarang sudah bubar dan berganti nama jadi Terengganu FC. Coach RD, sapaan akrabnya, membawa Safawi ke tim senior T-Team di tahun 2015.

“Dia bersama saya di T-Team pada 2015. Waktu itu usianya baru 15 tahun. Awalnya hanya jadi pemain cadangan, dan main sebentar, terus tidak main lagi,” ucap Rahmad Darmawan, dikutip dari detikSport.

“Usianya saat itu paling muda di T-Team, tapi sudah jadi pemain inti. Kemudian setelah saya mainkan selama kurang lebih setengah musim, dia mulai dipanggil ke timnas U-19, U-21, sampai senior (Malaysia),” lanjut RD.

BACA JUGA: Kedah FA dan Cita Rasa Liga 1 yang Kental

Karier junior Safawi memang sangat cemerlang. Di usia 15 tahun ketika bergabung dengan akademi T-Team, ia selalu menjadi pilihan utama di starting eleven. Posisinya saat itu gelandang tengah, tapi naluri golnya sangat bagus. Safawi tak jarang mencetak gol dari luar kotak penalti dengan kaki kirinya.

Setahun kemudian Safawi pindah akademi ke Sekolah Sukan Bukit Nenas, yang berjarak sekitar 66 kilometer dari rumahnya. Namun, tak lama berselang Rahmad Darmawan memanggilnya untuk berlatih bareng tim senior T-Team. Jadilah saat itu Safawi berlatih dengan dua tim, akademi di Sekolah Sukan Bukit Nenas dan bersama tim senior T-Team.

Berkat polesan tangan dingin Rahmad Darmawan, Safawi Rasid sukses menembus skuat inti T-Team. Sampai musim 2016 ia mencatatkan 49 penampilan dengan sumbangan 6 gol. Hingga akhirnya, potensi besar Safawi membuat Johor Darul Ta’zim (JDT) terpikat dan melayangkan penawaran.

Bak gayung bersambut, Safawi pun menerimanya. Jadilah ia pindah ke JDT klub terbesar di Liga Malaysia, per 1 Januari 2017. Menjadi kebahagiaan paket lengkap bagi Safawi, karena di bulan September 2016 ia menjalani debutnya di timnas senior Malaysia.

Uniknya di laga debut itu Malaysia melawan Indonesia dalam laga persahabatan, dan kalah 0-3. Timnas Indonesia besutan Alfred Riedl berpesta dengan tiga gol yang dicetak oleh Boaz Solossa (2 gol) dan Irfan Bachdim (1 gol). Safawi sendiri bermain selama 58 menit di pertandingan tersebut.

BACA JUGA: Jersey Timnasnya Buatan Indonesia, Suporter Malaysia Tidak Terima

Semakin matang di Asian Games

Safawi dan Indonesia sepertinya memang berjodoh. Selain andil Rahmad Darmawan, Indonesia juga “berjasa” meroketkan kiprah pemain kidal ini di lapangan hijau. Asian Games 2018 jadi saksi bagaimana Safawi dan timnas U-23 Malaysia membuat kejutan.

Setelah satu golnya turut menundukkan Kirgistan di laga perdana Grup E, Safawi melanjutkan rentetan golnya saat berjumpa Korea Selatan. Dua gol kemenangan Malaysia diborong semua olehnya, dan hanya mampu dibalas sekali oleh Hwang Ui-jo. Kekalahan itu membuat Son Heung-min yang berupaya terbebas dari wajib militer lewat jalur medali emas Asian Games, langsung berada di ujung tanduk.

Kemudian di pertandingan terakhir, Safawi kembali mencetak gol. Sepakan penaltinya di menit 93 memang tak mampu menyelamatkan Malaysia dari kekalahan 2-3 atas Bahrain. Tapi toh tak jadi masalah, karena Malaysia sudah menggenggam tiket lolos ke fase gugur sejak pertandingan kedua.

Sayangnya bagi Safawi, di fase gugur itulah ketajamannya teredam. Malaysia tumpul di hadapan Jepang, dan menyerah kalah 0-1 secara dramatis melalui gol yang diciptakan Ayase Ueda dari titik putih di menit 90.

BACA JUGA: Andaikan Asian Games 2018 Bisa Diperpanjang…

Malaysia memang kalah, lampu sorot yang tertuju ke Safawi pun beralih ke aktor-aktor lain di lapangan hijau, termasuk wasit Shaun Evans yang memimpin laga Indonesia kontra UEA. Tapi kegagalan itu, terbukti hanya menunda lesatan Safawi untuk melompat lebih tinggi.

Selasa malam (19/11) di Stadion Nasional Bukit Jalil, Safawi membawa Harimau Malaya menerkam Garuda dengan dua cabikan menyakitkan. Satu dari tendangan bebas dan satu dari tendangan keras kaki kiri, setelah merebut bola dari penguasaan Yanto Basna.

Lagi-lagi, Indonesia punya “andil” di buku karier Safawi Rasid.