Nasional

Berebut Tiket Menuju Kasta Tertinggi Liga Indonesia

Babak grup Liga 2 Indonesia 2019 usai digelar Senin (22/10) lalu. Delapan klub melaju ke babak 8 besar dan siap berebut tiket menuju kasta tertinggi, Liga 1 Indonesia 2020.

Banyak kejutan terjadi di klasemen akhir Wilayah Barat dan Timur. Mulai dari kembalinya wajah-wajah lama yang akan jadi calon penghuni kasta tertinggi musim depan, hingga hancur leburnya para tim ambisius bertabur bintang.

Delapan tim yang akan bersaing di babak delapan besar Liga 2 Indonesia dari Wilayah Barat. Tiga wakil Sumatera, PSMS Medan, Sriwijaya FC, dan Persiraja Banda Aceh “mengepung” Pendekar Cisadane, Persita Tangerang.

Keempatnya adalah klub yang sudah lama malang melintang di belantika sepak bola Indonesia. Dua nama pertama bahkan baru merasakan degradasi setelah musim sebelumnya berada di kasta tertinggi.

Cerita dan mimpi yang sama juga coba dirajut Mitra Kutai Kartanegara. Bersama Martapura FC, Persewar Waropen dan kejutan sang juara Liga 3, Persik Kediri, keempatnya lolos sebagai empat teratas dari Wilayah Timur.

Terkhusus Macan Putih, jika saja menjuarai Liga 2 Indonesia 2019 dan lolos menuju divisi teratas, ini adalah prestasi terbaik mereka berhasil promosi berturut-turut setelah terlempar dari kasta tertinggi sejak 2014.

Padahal di akhir kompetisi ISL 2014, Persik mampu bertengger di posisi ke-8 Wilayah Barat, dua strip dari jatah degradasi per wilayah, yakni posisi ke-10 dan ke-11 yang ditempati Persita Tangerang dan Persijap Jepara.

Sayangnya, bersama Persiwa Wamena, Macan Putih didiskualifikasi oleh BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) karena tak memenuhi aspek infrastruktur dan finansial jelang bergulirnya QNB League 2015, yang lucunya bubar di tengah jalan.

Baca Juga: Aku dan Persik Kediri, Djayati!

Kisah fantastis Persik seolah berbanding terbalik dengan beberapa klub ambisius yang harus merasakan pedih gagalnya melenggang menuju kasta tertinggi. Sebut saja Aceh Babel United dan Blitar Bandung United/Persib B dari Wilayah Barat, atau Bogor FC Sulut United, PSIM Yogyakarta, hingga Persiba Balikpapan dari sisi seberang.

Padahal segala cara dilakukan masing-masing tim. Mulai dari relokasi klub, menjadi sister club kontestan Liga 1, hingga perombakan manajemen dan mendatangkan pemain-pemain berkualitas sudah dilakukan. Namun yang paling nahas dari itu semua mungkin kisah PSIM.

Parang Biru yang musim ini mendapatkan suntikan dana di bawah kepemimpinan Bambang Susanto, berhasil mendatangkan dua pemain naturalisasi yakni Raphael Maitimo dan Cristian Gonzales, serta sederet nama mentereng di awal musim. Mereka bahkan sempat dilatih salah satu bek legendaris sepak bola Indonesia, Vladimir Vujovic.

Bahkan di akhir babak grup Liga 2 musim ini, satu tragedi terjadi di stadion Mandala Krida, stadion kesayangan warga Yogyakarta yang juga jadi markas tim Warisane Simbah ini. Peribahasa “sudah jatuh, tertimpa tangga” nampaknya pantas menggambarkan situasi terakhir Mandala Krida yang musim ini baru selesai dipercantik.

Pasalnya, selain menelan kekalahan 2-3 dari tim tamu Persis Solo, PSIM yang mengakhiri musim dengan bertengger di peringkat ke-7 Wilayah Timur pun harus menelan kerugian yang tak sedikit, karena laga berakhir ricuh dan ada bentrokan antara kedua suporter di Kota Istimewa.

Dalam suasana yang serba chaos tersebut, situasi kian runyam dengan tendangan kung fu Hisyam Tolle ke Sulthon Fajar dan intimidasinya ke salah satu awak media, yang kini membuatnya dihukum berat oleh PSSI.

Rawan drama dan praktek kotor

Pertandingan babak 8 besar Liga 2 Indonesia 2019 akan digelar pada 9-17 November dengan sistem home tournament. Grup A akan bermain di Sidoarjo, sementara Grup B bakal berlaga  di Palembang. Babak perempat-final nanti akan digelar dengan satu putaran atau single match, di mana dua tim teratas dari masing-masing grup berhak melaju ke babak semifinal dengan format single match.

Semi-final Liga 2 Indonesia 2019 rencananya digelar pada 21 November 2019, kemudian perebutan tempat ketiga dan pertandingan final akan dihelat 25 November mendatang. Menurut rilis resmi dari situs Liga Indonesia, venue babak semi-final dan final belum ditentukan. Namun yang menarik adalah menantikan drama apa yang akan tersaji di babak 8 besar Liga 2 2019?

Perburuan tiket menuju kasta tertinggi musim lalu cukup pelik, mengingat pada babak 8 besar diwarnai beberapa aksi match fixing dan match acting yang belakangan tercium Satgas Anti Mafia Bola.

Publik pun masih belum lupa dengan terkuburnya mimpi PSMP Mojokerto Putra yang sebenarnya mampu semakin dekat menuju promosi ke Liga 1 andai tendangan penalti Krisna Adi di laga kontra Aceh United menyamakan kedudukan. Kekalahan Laskar Majapahit tersebut justru meloloskan Kalteng Putra yang di pertandingan yang sama kalah 3-1 dari Semen Padang.

Baca juga: PSMP: Raja Penalti yang Ditaklukkan Penalti

Menariknya, PSSI musim ini melakukan format home tournament untuk babak delapan besar, tak seperti musim lalu di mana seluruh tim saling bertemu dan menjalani total enam pertandingan sebelum memastikan diri lolos ke semi-final. Pemilihan home tournament dengan tempat netral sendiri akan menimbulkan drama yang berbeda.

Rilis jadwal dengan dua sepak-mula berbeda, 15:30 WIB dan 19:00 WIB, akan membuat peluang semua tim terbuka lebar. Bahkan tak menutup kemungkinan aksi ‘main mata’ bisa terjadi.

Lantas menurut kalian siapa tiga tim yang pantas menuju kasta tertinggi musim depan?