Suara Pembaca

Aku dan Persik Kediri, Djayati!

Setelah terjerembab di dasar liga profesional PSSI di Liga 3, Persik Kediri akhirnya menapakkan kakinya di Liga 2 musim depan. Ya, Sang Macan berhasil promosi ke Liga 2 berkat penampilan cemerlang sepanjang musim.

Bicara tentang klub tradisional asal Jawa Timur yang satu ini pasti banyak khalayak tahu. Sederet prestasi mampu dicapai dengan waktu yang sangat singkat di era Liga Indonesia lama. Kala itu, Persik Kediri mampu juara Divisi Utama tahun 2002/2003 dan juara Liga Indonesia setahun setelah promosi ke kasta tertinggi di bawah asuhan mantan pemain timnas, Jaya Hartono. Sampai saat ini pun, banyak orang tahu kapan dan siapa penggawa Persik Kediri di era kejayaan itu.

Pun dengan hal yang tak diduga lainnya, seperti dua sisi mata uang, Persik harus rela jatuh ke level paling rendah. Mungkin Tuhan telah menakdirkan klub ini untuk memulai dari awal kembali, klub yang selalu dianggap sebelah mata ketika awal kemunculannya dahulu.

Sekarang klub ini mulai merintis, mulai menata bagaimana seharusnya klub ini mampu berdiri sejajar dengan para rivalnya di masa kejayaan dulu. Persik akan memulai babak baru di mana mereka harus bersaing dengan tim yang satu tingkat diatas rival mereka ketika berada di Liga 3. Pastinya, bermain di Liga 3 tak akan pernah dilupakan Persik Kediri tak terkecuali saya sebagai Persikmania.

Baca juga: Persik Kediri: Bring Back Our History

Memang, degradasi bukanlah hal buruk. Klub manapun pernah dan pasti akan mengalami hal itu. Klub sebesar Liverpool saja pernah terdegradasi dari liga 65 tahun yang lalu kok, sebelum Bill shankly akhirnya mampu membawa Liverpool ke kasta tertinggi lagi.

Hal yang wajar sebenarnya melihat klub terdegradasi, tapi untuk suporter militan pastinya akan kecewa dengan hal semacam itu.

Apalagi, sebelum mencapai prestasi yang diukir Persik Kediri kemarin, Para supporter militannya melakukan aksi boikot di beberapa pertandingan Persik di Liga 3.

Asal mulanya adalah, manajemen Persik Kediri dianggap tak menghargai para pejuang tribun. Mereka hanya dianggap customer, membeli tiket, duduk, dan menikmati pertandingan. Urusan masalah legalitas dan sponsor untuk tahun depan ya diurus nanti.

Padahal yang diminta para suporter cuma satu: Urus legalitas kepemilikan klub!

Baca juga: Suporter adalah Nyawa, Bukan Pemburu Nyawa

Tak berlangsung lama, manajemen Persik Kediri akhirnya mendengar tuntutan Persikmania. Lewat surat pernyataan yang dibuat langsung oleh Ferry Boedianto selaku Ketua Umum Persik Kediri dan Beny Kurniawan selaku manajer tim, mengeluarkan keputusan per tanggal 23 November 2018 yang menyatakan akan segera mengurus legalitas Persik Kediri apapun hasil di kompetisi Liga 3 2018, dan membuka diri terhadap sponsor yang masuk ke Persik.

Manajemen juga menganggap peran penting para suporter tak bisa dihiraukan. Mereka menganggap, suporter sangatlah penting untuk keberlangsungan tim.

Setelah pernyataan tersebut, suporter Persik Kediri kembali ke asalnya, di mana mereka harus mendukung, berteriak, menangis dan tertawa di tribun untuk mendukung tim yang mereka cintai.

Persik pun seperti disulut api. Penampilan di Liga 3 membuat semua orang takjub dengan materi pemain muda yang bisa dibilang medioker. Menghantam Persekam Metro FC 6-0, PS Ngada 3-0, dan Persinga Ngawi 2-1 di babak 32 besar Liga 3.

Setelah itu Persik seperti mendapat angin segar, tapi juga seperti memakan buah simalakama karena pada momen tersebut, isu pengaturan skor di Liga 3 sangatlah gencar terdengar. Dengan fakta-fakta yang telah diurai oleh beberapa orang manajer sebuah tim yang merasa dipermainkan dan dirugikan oleh para pemain judi bola ini, bisa dibilang seperti berenang di air yang keruh. Apa yang diraih klub-klub lain selain Persik pun akan dicap sebagai hasil dari match fixing.

Baca juga: Arif Satria, dari Liga 3 Menjadi Pilar Lini Belakang Persela

Biarlah hal itu terjadi. Komitmen PSSI dan pihak berwajib untuk mengusut tuntas kasus ini patut kita apresiasi.

Hal yang wajar sebenarnya sebagai supporter Persik kediri yang tidak setiap pertandingan berada di tribun, saya patut was-was, takut akan hasil Persik yang dicederai oleh pengaturan skor.

Tetapi saya harus menatap masa di mana saya yakin Persik Kediri akan bangkit, akan kembali berjaya seperti dahulu.

Mengutip kata-kata Idola saya, Johan Cruyff, “Hanya ada satu bola, jadi anda harus memilikinya.”

Hanya ada satu tim kebanggan saya di hidup ini, dan itu Persik Kediri. Tim yang akan saya dukung dan cintai. Dan kelak akan saya kenalkan ke anak saya betapa klub ini berharga untuk ayahnya, klub kecil dari kota kecil di pulau jawa yang pernah berjaya di masanya.

Djayati Persik Kediri, Selamat berjuang di Liga 2.

Sampai kau bertakhta!