Cerita

Stadion PTIK, Mimpi Buruk Robert Alberts

Robert Alberts dan pasukan Maung Bandung harus tertahan dalam lawatannya ke Stadion Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Rabu malam (23/10). Supardi Natsir dan kawan-kawan terpaksa mengakhiri pertandingan dengan skor 0-0 kala menghadapi tuan rumah Bhayangkara FC.

Uasi laga, Robert mengaku membawa 1 poin dari Jakarta bukanlah hal yang mengecewakan. Hasil 0-0 adalah hasil yang adil melihat kedua tim menampilkan penampilah aktraktif di lapangan.

“Saya rasa ini adalah hasil 0-0 adalah hasil yang cukup fair. Semua pemain telah menjalankan tugasnya dengan baik dan ini adalah (satu) poin yang cukup penting bagi tim kami,” ujar Robert pada sesi jumpa media.

Meski demikian, pelatih berkebangsaan Belanda tersebut sempat mengira Persib akan mendapatkan kemenangan di kandang The Guardian. Karena pada awal babak pertama, sekitar menit 20, penampilan Persib cukup baik bahkan bisa melalukan beberapa serangan.

Walaupun mengaku puas dengan hasil imbang, tentu sesungguhnya kemenanganlah yang diharapkan. Seperti yang juga diungkap Supardi Natsir, sebetulnya mereka ingin mendapat hasil maksimal tiga poin.

Baca juga: Agustus 2017: ‘Serangan Balik’ Carlton Cole ke Persib Bandung

“Alhamdulilah, ini hasil yang patut kita syukuri. Ini hasil terbaik yang didapatkan. Sebetulnya tentu kita ingin mendapatkan hasil yang maksimal tiga poin,” ungkap Supardi.

Hasil imbang 0-0 yang didapat Robert Alberts bersama Persib Bandung sontak saja mengingatkan akan hasil imbang di stadion yang sama dengan klub terdahulunya. Tahun lalu, 3 Desember 2018, PSM Makassar yang menjadi kandidat juara juga tertahan dengan skor yang sama.

Kekecewaan Robert kala itu jelas berbeda dengan kekecewaan yang didapat kemarin malam. Hasil imbang 0-0 kala itu bisa dikatakan sebagai awal tergelincirnya Juku Eja dari jalur juara. Dengan beberapa pertandingan tersisa, poin mereka terlewati Persija Jakarta yang akhirnya menjadi juara.

Lebih menyakitkan lagi ketika dalam pertandingan tersebut Stadion PTIK penuh sesak tidak seperti biasanya. Bharamania mendapat tambahan jumlah berlipat ganda. Banyak yang menyebut bantuan itu hadir dari Jakmania, suporter Persija Jakarta yang punya kepentingan bila PSM Makassar tidak mendapat poin maksimal.

Baca juga: Urgensi Pemakaian VAR di Liga 1

Usai laga, Robert mencurahkan semua kekecewaannya. Di hadapan media, dengan nada tinggi, isu mafia bahkan disampaikan.

Di sisi berbeda salah seorang suporter Ayam Jantan dari Timur meluapkan kekecewaan yang sama. Mulutnya meracau kata-kata kasar. Ia seolah tidak rela klubnya tertahan oleh Bhayangkara FC yang mendapat bantuan dari suporter sekota, Macan Kemayoran.

Masih teringat jelas wajah kecewa bercampur kemarahan Robert Rene Albert kala itu. Juga wajah-wajah pemain PSM Makassar yang seolah tanpa nyawa tertunduk di dalam bus yang mengantarkan mereka meninggalkan Stadion PTIK. Wajah kecewa setelah juara di depan mata pupus sudah.