Malam ini timnas Indonesia akan menghadapi Vietnam di kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 dan Piala Asia Cina 2023. Menariknya kini Andritany Ardhiyasa dan kawan-kawan menantikan tuah Bali dan Stadion Dipta di tengah kian menipisnya harapan untuk Garuda terbang tinggi ke fase berikutnya.
Laga kandang terakhir Indonesia di 2019 untuk pertama kalinya dalam sejarah akan digelar di Pulau Dewata, pulau yang dikenal memiliki magis dan misterinya tersendiri. Tak hanya wisatawan asing, tak jarang wisatawan lokal pun kagum bercampur takjub, hormat sekaligus was-was dengan banyaknya legenda yang berakar dari tradisi yang amat dijaga di provinsi berpenduduk 4,2 juta jiwa tersebut.
Setidaknya untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan ke belakang, Sang Garuda menancapkan kukunya di luar Pulau Jawa. Lawannya pun bukan tim sembarangan. Bukan Fiji atau Vanuatu seperti yang dijamu di Stadion Patriot dan Gelora Bung Karno, Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar akan kedatangan sang juara Piala AFF 2018, Vietnam.
Statistik mencatat stadion berkapasitas kurang lebih 23 ribu penonton tersebut akan menjadi kandang ke-13 Garuda sepanjang sejarah dalam menggelar laga internasional resmi. Rinciannya, timnas senior sudah pernah bermain di 12 stadion berbeda (data diambil dalam kurun 2004-2019).
Mulai dari Stadion Harapan Bangsa (Aceh), Gelora Sriwijaya Jakabaring (Palembang), Stadion Utama Gelora Bung Karno (Jakarta), Wibawa Mukti (Kab. Bekasi), Patriot Chandrabhaga (Bekasi), Pakansari (Bogor), Siliwangi (Bandung), Manahan (Solo), Gajayana (Malang), 10 November (Surabaya), hingga Gelora Delta (Sidoarjo) sebagai titik terjauh. Pindahnya laga kandang ini juga imbas dari banyaknya situasi politik di ibu kota, Jakarta.
Semesta seolah mendukung, sang Garuda diizinkan tampil di hadapan sang Garuda Wisnu Kencana yang sudah berdiri tegak di pulau Seribu Dewa. Kakinya kuat mencengkram dunia, sayapnya membentang membelah cakrawala, sebuah doa agar kelak sepak bola kita sedemikian agungnya. Maka wajar jika kali ini kita berharap tuah Bali dan stadion Dipta bagi kemenangan Garuda.
Tiga poin pertama bukan mustahil diraih, perpindahan laga dari Jakarta ke Gianyar pun membuat tim Vietnam sempat kelimpungan bahkan melayangkan surat protes ke AFC. Nguyen Quang Hai dan kawan-kawan yang sudah dipesankan hotel bintang lima dan berbagai fasilitas lainnya terpaksa harus membatalkannya dan mengatur ulang segala persiapan mereka ke Bali.
Secara tak langsung anak asuh Simon McMenemy, melalui kejadian ini, sudah memenangkan psy war kontra armada besutan Park Hang Seo. Belum habis, magis yang mampu diciptakan Stadion Dipta bagi penghuninya, Bali United, setahun ke belakang juga bisa jadi modal tersendiri bagi Garuda melumat The Golden Stars.
Serdadu Tridatu belum terkalahkan di 13 laga kandang yang mereka jalani di semua laga bertaraf nasional. Diawali kemenangan 4-0 atas Blitar United (kini Persib B/Bandung United) di babak ketiga Piala Indonesia 2018/2019 Januari lalu, hingga laga pekan ke-21 Liga 1 kontra Kalteng Putra yang dimenangi Irfan Bachdim dkk. dengan skor 2-1 di akhir September.
Kondisi Stadion Dipta buruk
Masalah datang ketika rekor kandang Garuda akhir-akhir ini buruk. Apalagi dua kekalahan dari Malaysia dan Thailand memperkecil peluang Indonesia untuk lolos, padahal Indonesia bergantung pada setiap poin yang mampu diraih di kandang.
Selain Garuda yang terseok-seok, ternyata stadion Dipta juga sedang sakit. Bagaimana bisa kita mengharapkan tuah Bali dan Stadion Dipta untuk mengeruk poin kandang terakhir di tahun ini kalau keadaannya seperti ini?
Dikutip dari Radar Bali, Stadion Dipta sudah sibuk menggelar berbagai laga mulai dari semi-final dan final Liga 3 Regional Bali (5 Oktober), laga semi-final dan final Liga 1 U-20 (9-12 Oktober) hingga nantinya digunakan untuk official training kedua kesebelasan dan laga pamungkas yang dilangsungkan pukul 18:30 WIB atau 19:30 WITA.
Belum lagi sisa laga kandang Serdadu Tridatu bulan ini yang akan dimulai 22 Oktober mendatang membuat stadion ini total menggelar 13 pertandingan selama Oktober, belum termasuk official training pra-pertandingan. Sudah kadung yakin rumput di stadion Dipta akan stres jika terus-terusan dipakai.
“Minimal, enam sampai tujuh hari rumput harus istirahat dan tidak boleh diinjak agar kondisinya kembali seperti semula,” ucap salah seorang pengamat sepak bola yang namanya tak disebutkan saat diwawancarai oleh Radar Bali.
Hari pertandingan telah datang, kita pun tak bisa kembali menyalahkan PSSI yang sembrono karena mengatur jadwal sekelas Liga 1 pun tak becus, terlebih kini harus bersinergi dengan Liga 3 sampai kompetisi U-20!
Meski tipis peluangnya untuk lolos, tak ada salahnya berharap tuah Bali dan stadion Dipta bagi Garuda malam ini. Belum lagi sejumlah pemain Bali United seperti kiper Wawan Hendrawan dan playmaker Stefano Lilipaly yang sudah paham betul karakterisitik rumput stadion ini.
Jadi bagaimana prediksimu, Tribes? Bisakah Garuda membawa pulang poin malam ini?