Setelah sekian lama, kompetisi sepak bola putri di Indonesia akhirnya kembali. Sabtu (5/10), Liga 1 Putri 2019 secara resmi telah dimulai. Meski tidak dikuti semua klub Liga 1, diharapkan partisipasi klub dapat membantu PSSI dalam pengembangan dan pembinaan sepak bola wanita di Indonesia.
Gelaran pertama Liga 1 Putri 2019 diikuti 10 tim. Mereka adalah Arema FC, Bali United, PSM Makassar, Persipura Jayapura, Persebaya Surabaya, Persib Bandung, PSIS Semarang, PSS Sleman, Persija Jakarta, dan PS Tira-Persikabo.
Melalui Sekretaris Jenderalnya, PSSI memberi apresiasi setinggi-tingginya kepada klub yang ambil bagian. Harapannya semua dapat bekerja sama membangkitkan sepak bola wanita melalui kompetisi yang sehat dan berkelanjutan.
“Kepada klub peserta, kami sampaikan terima kasih dan apresiasi yang tinggi. Mari sama-sama kita bangkitkan sepak bola wanita di Indonesia dengan kompetisi yang sehat dan berkelanjutan,” ucap Ratu Tisha Destria, mengutip laman federasi.
Masih mengutip sumber yang sama, Tisha berharap di musim berikutnya jumlah peserta dapat bertambah, karena menurutnya keikutsertaan klub akan sangat membantu PSSI dalam pengembangan dan pembinaan sepak bola wanita di Indonesia.
Baca juga: Sudah Siapkah Liga 1 Putri di Indonesia?
Bukan pertama kali
Bisa dibilang Liga 1 Putri 2019 adalah kelanjutan dari momentum kebangkitan sepak bola putri yang dimulai tahun 2017 lalu. Seletah lama menghilang, sepak bola putri kembali menggeliat. Ditandai dengan digelarnya Piala Pertiwi 2017. Diikuti 12 provinsi, turnamen digelar di Sumatra Selatan kala itu.
Di waktu yang berdekatan, PSSI juga membentuk Asosiasi Sepakbola Wanita Indonesia (ASBWI) yang fokus pada pembinaan sepak bola putri di Indonesia.
Namun bila mau menarik rentang waktu lebih jauh, sepak bola putri Indonesia telah merekam jejaknya pada tahun 1960-an akhir. Kala itu kaum hawa memiliki animo tinggi akan sepak bola. Jejaknya bisa dilihat dari hadirnya sejumlah klub macam Putri Priangan atau Buana Putri.
Selayaknya Persib Bandung dan Persija Jakarta, kedua klub tersebut adalah representasi Bandung dan Jakarta.
Setelah sebelumnya klub-klub putri saling adu kuat di kompetisi yang ada, akhirnya PSSI membuat wadah untuk mereka. Pada 23-27 Mei 1981 PSSI menyelenggarakan Piala Kartini yang diikuti empat klub. Mereka adalah Putri Priangan, Putri Pagilaran, Sasana Bakti, dan tuan rumah Buana Putri.
Di tahun berikutnya lebih banyak klub ambil bagian di Invitasi Galanita 1982. Mereka yang saling berkompetisi di bawah nauangan PSSI adalah Buana Putri (Jakarta), Putri Jaya (Jakarta), Putri Priangan (Bandung), Putri Pagilaran (Pekalongan), Putri Mataram (Yogyakarta), Mojolaban (Sukoharjo), Anging Mamiri (Makassar), dan Putri Cendawasih (Jayapura).
Mengutip historia.id, lagi-lagi kekuatan Bandung dan Jakarta paling menonjol di antara 9 klub lainnya. Kedua klub bak musuh bebuyutan yang saling bergantian juara.
“Di Putri Priangan pada kompetisi-kompetisi Kartini Cup, Piala Pangdam biasa di Galanita, saingan beratnya Buana Putri. Kadang bergantian juara. Musuh bebuyutan, gitu lah. Kalau sudah bertemu di (stadion) Lebak Bulus itu, sampai tidak ada tempat duduk (penonton) tersisa. Selalu ramai penonton, kayak ada Viking dan Jakmania-nya (pendukung fanatik Persib dan Persija),” imbuh Papat Yunisal, legenda sepak bola putri nasional dan anggota Komite Eksekutif PSSI yang memperkuat Putri Priangan sejak 1979.
Masih mengutip sumber yang sama, Buana Putri bahkan sudah diikutkan ke Piala Asia Putri 1981 kendati tak membuahkan hasil manis.
Prestasi di level timnas
Debut Garuda Pertiwi telah dimulai tahun 1977. Di keikutsertaan pertamanya, timnas putri berhasil meraih peringkat ke-4 Piala Asia Putri 1977 di Taiwan. Pada masanya, Garuda Pertiwi berhasil mengalahkan juara Piala Dunia Wanita 2011, Jepang.
Sedangkan untuk tinggkat Asia Tenggara prestasi lebih baik dicatat. Tahun 1982 dan 1985 Indonesia meraih peringkat 2 di ajang ASEAN Woman Championship. Untuk SEA Games, mendali perunggu didapat sebagai pencapaian tertinggi pada tahun 1997 dan 2001.
Sangat disayangkan ketika negara seperti Jepang yang pernah dikalahkan terus berjalan meski pelan, sepak bola putri Indonesia justru menepi. Di ajang Piala Asia Putri, Garuda Pertiwi tidak lagi berpartisipasi sejak tahun 1989, sedangkan di ajang SEA Games, sejak 2005 wakil Indonesia telah menarik diri.