Barcelona sempat menjalani tiga jornada pertama LaLiga 2019/2020 tanpa Lionel Messi, Blaugrana pun sempat terseok-seok di peringkat ke-delapan dengan hanya sekali kemenangan dan hasil seri usai takluk dari Athletic Bilbao laga pembuka LaLiga musim ini. Tak dapat dipungkiri kehilangan sosok sang mega bintang membuat keagungan Barcelona retak!
Empat poin terasa hambar bak sayur tanpa garam, namun beruntung Barcelona berhasil kembali menang kala jumpa Valencia selepas jeda internasional Minggu (15/9) dini hari lalu meski sang mega bintang belum diturunkan lantaran masih dibekap cedera.
Alhasil kini para cules bisa bernapas lega, Barcelona merangsek ke posisi lima klasemen sementara LaLiga dan hanya terpaut 3 poin dari sang pemuncak klasemen, Sevilla. Sambil menantikan kembalinya Lionel Messi ke dalam lapangan.
Sejatinya Messi memang telah menjelma menjadi garam, ia menjadi unsur penting dalam lezatnya permainan klub asal Katalunya setidaknya lebih dari sedekade ke belakang, meski sosok komandan di bangku cadangan berganti dari Frank Rijkaard hingga Ernesto Valverde.
Dribbling mematikan, teknik tinggi kala melewati lawan, mencari celah di lini pertahanan maupun mengeksekusi tendangan ke berbagai sudut garis gawang menjelma menjadi ‘cerita biasa’ yang didongengkan para cules tiap malam kepada anak-cucunya untuk mendeskripsikan kehebatan “Sang Juru Selamat dari Rosario.”
Penantian para cules pun terbayar kala pemain yang bolak-balik menyatakan pensiun dari tim nasional Argentina ini kembali berlaga. Rabu (18/9) lalu Messi masuk di menit ke-59, meski belum mampu memberikan gol atau asis kala Barcelona bermain imbang tanpa gol di Signal Iduna Park, kandang Borussia Dortmund, di pertandingan pertama babak grup Liga Champions 2019/2020.
Hal ini seolah semakin menegaskan arti penting Messi di dalam lapangan bersama Barcelona. Marca bahkan mencatat bahwa kurang lebih dalam 80 pertandingan saat Messi cedera sejak musim 2005/2006 Barcelona hanya mencatatkan 60 persen kemenangan, sedangkan saat Messi bermain persentase kemenangan Blaugrana meningkat.
Lantas apakah ini membuat para pelatih Barcelona, termasuk Valverde saat ini, benar-benar kecanduan seorang Messi? Sang pemain sendiri kini sudah tak muda lagi. Di usia yang genap berusia 32 tahun Juni lalu, Messi menyisakan kontrak semusim lagi bersama Barcelona.
Santer terdengar kabar bahwa sang pemain berencana untuk kembali ke Argentina dan membela klub masa kanak-kanaknya, Newell’s Old Boys, usai masa baktinya habis di Camp Nou akhir Juni 2021 nanti. Dengan catatan sang pemain tak memperpanjang kontrak di usia ke-33 bersama raksasa Katalunya tersebut.
Jelas bahwa Barcelona perlu lebih dari sekadar rencana besar untuk siap menghadapi hari-hati tanpa Messi yang akan tiba di depan mata. Apalagi satu fakta yang tak terbantahkan, Messi lebih banyak meraih gelar bersama Barcelona ketimbang Argentina. Maka siapa yang bisa membantah kemesraan yang terjadi di antara keduanya?
Selain menyiapkan pengganti Messi di masa depan, manajemen Barcelona juga bisa melakukan hal lain seperti mempertegas kembali filosofi klub yakni “mengembangkan para pemain muda alih-alih membeli pemain bintang” atau bahkan melakukan langkah seekstrem memecat Valverde.
Memang tak dapat dipungkiri bahwa Valverde adalah salah satu penyebab menurunnya performa Barcelona belakangan ini. Meski ia mampu membawa Blaugrana berjaya di kompetisi domestik, namun dua musim terakhir Gerard Pique dan kawan-kawan menghadapi mimpi buruk di Eropa.
Hal itu jelas terlihat saat Barcelona takluk di Anfield, ketika Valverde tak mampu menghadapi tekanan yang begitu besar akhirnya membawa Blaugrana kembali gagal ke partai final Liga Champions.
Barcelona musim ini pun tampak kurang menggigit di liga meski sudah mendatangkan beberapa pemain seperti Antoine Griezmann. Dalam beberapa musim terakhir semboyan “Mes Que Un Club” alias “Lebih dari Sekadar Klub” mulai luntur.
Baca juga: Apakah Barcelona Masih “Més Que Un Club”?
Blaugrana berubah dari tim yang identik membangun pondasi timnya dari dalam, menjadi tim yang gemar membeli dan mengumpulkan talenta-talenta terbaik lewat pundi-pundi uang yang mereka hasilkan.
Bahkan tak jarang pembelian pemain yang dilakukan Barcelona tak lagi efisien. Lihat saja nasib duo Brasil, Malcom de Oliviera dan Philippe Coutinho, yang musim ini tak lagi berseragam merah-biru. Jangan tanya juga nasib Ousmane Dembele yang lebih banyak duduk di bangku cadangan, atau panic buying sekelas Kevin Prince Boateng.
Penyedap rasa bernama Ansu Fati
Namun setitik harapan kembali muncul di tengah absennya sang mega bintang. Barcelona yang bak sayur tanpa garam saat bermain tanpa Messi kini menemukan penyedap rasa yang dirasa tepat meneruskan tongkat estafet Messi di Barcelona.
Adalah youngster asal Guinea-Bissau, Anssumane “Ansu” Fati, yang akhir Oktober nanti baru genap berusia 17 tahun namun sudah menggegerkan jagad sepak bola dalam beberapa pekan terakhir. Ansu yang Rabu (15/9) lalu bermain sepanjang 59 menit sebelum digantikan oleh Messi di ajang Liga Champions, sejauh ini telah mengantongi menit bermain dan gol lebih banyak ketimbang Messi.
Ansu tak hanya membuat para cules tersenyum, tapi juga Valverde. Ia mampu menjalankan instruksi sang pelatih dengan baik, dua gol yang dicetaknya sejauh ini bahkan membuat Valverde lupa sejatinya ia menginginkan Neymar kembali mengawal sisi kiri sayap Barcelona.
Seperti halnya Messi kecil belajar dari Ronaldinho, Ansu pun beruntung akan mendapatkan guru sekelas Messi yang akan membantu tumbuh kembangnya sebagai calon mega bintang. Apalagi Ansu adalah produk akademi La Masia yang tentu membawa keuntungan tersendiri bagi manajemen Barcelona dari segi finansial.
Jika Ansu terus bermain gemilang, untuk apa menggelontorkan dana untuk Neymar yang usianya lebih tua? Meski menang pengalaman pun sang pemain sudah lekat dengan kesan rebel yang mungkin akan merugikan klub suatu saat nanti.
Namun bagaimana jika nyatanya Ansu gagal memenuhi ekspektasi menjadi Messi baru suatu hari nanti? Jangan khawatir, selama embel-embel “lulusan La Masia” sudah di tangan, dijamin Ansu tak akan sepi peminat di bursa transfer. Tengok saja Bojan Krkic dan Adama Traore yang ditebus mahal klub-klub Inggris atau Takefusa Kubo yang kini hijrah ke Real Madrid.
Barcelona tanpa Messi memang bak sayur tanpa garam. Menjalani laga kontra Granada, Minggu (22/9) dini hari mendatang, Valverde sudah kadung yakin Messi akan bermain dari awal dan kembali memberikan kelezatan pada sajian permainan indah ala tiki-taka khas Katalunya.
Bahkan jika garam itu saja tak cukup, Valverde punya penyedap rasa bernama Ansu Fati yang bisa saja dimainkan bersamaan dengan Messi sejak awal pertandingan. Tak ada yang lebih menyenangkan selain belajar sepak bola dengan contoh langsung di atas lapangan, dan Ansu pun siap mempelajari serta mencontoh setiap gerakan sang guru.