Suara Pembaca

Nick Culkin dan Rekor Abadinya

Baru-baru ini Cristiano Ronaldo berseloroh, adakah pemain di dunia yang melebihi koleksi rekor pribadi sebanyak dirinya? Sulit memang menjawab hal tersebut, apa lagi jika dihadapkan dengan para pemuja Lionel Messi.

Keduanya tidak bisa disangsikan untuk urusan kuantitas rekor. Segala sudut tentang sepak bola, mulai rekor gol, gelar level klub, level pribadi, caps dan gol tim nasional, bahkan sampai bunga-bunga sepak bola seperti kekayaan yang mereka peroleh.

Anggap saja boleh jadi memang CR7-lah pemegang kuantitas rekor dalam sepak bola. Namun sepertinya, cepat atau lambat, rekor-rekor CR7 akan terlampaui. Tapi, ada nggak ya pemain lain yang memiliki rekor yang sulit terpecahkan?

Mari kita menyeberang jauh ke ‘alam lain’ sepak bola. Kita kembali ke klub di mana Ronaldo memulai rekor-rekornya, Manchester United.

Saat itu, tahun 1999, adalah periode tersukses klub bersama legenda hidup mereka, Sir Alex Ferguson. Pada akhir musim, kota pelabuhan Manchester akan merayakan masa keemasan, meraih treble winner pertama dalam sejarah klub Inggris. Sejarah yang rasa-rasanya akan sulit dibayangkan oleh penggemar MU saat ini, entah sampai kapan.

Baca juga: Keajaiban Manchester United dalam Tiga Menit di Liga Champions 1998/1999

Saat itu, mereka tak terkalahkan mulai boxing day 1998 hingga akhir musim. Namun perburuan juara begitu dramatis, karena Arsenal terus saja mengekor sampai pekan terkahir. Itu artinya, Fergie’s Babes harus menaklukkan tetangga Arsenal, Tottenham Hotspur, di pekan terakhir.

Gol Les Ferdinand membuat banyak pendukung MU meletakkan kedua tangan di kepala mereka. Penyelamatan brilian Walker dari beberapa ancaman Beckham dan kawan-kawan menambah kekhawatiran seantero stadion. Sampai akhirnya, Beckham berhasil menyarangkan gol saat menerima sodoran manis Paul Scholes yang menaikkan kembali semangat pasukan Setan Merah.

Gol cantik Andy Cole akhirnya mengakhiri perlawanan sengit Spurs dan memastikan kampanye treble winners terus berlanjut. Sampailah pada momen ketika Ole Gunnar Solskjaer mewakili keajaiban di Camp Nou saat membobol gawang Oliver Kahn di detik-detik akhir pertandingan.

Sejarah adalah milik pemenang, lebih tepatnya sosok populer di kubu pemenang. Kalian pasti ingat siapa saja penggawa United dalam kampanye bersejarah tahun 1999?

David Beckham, Paul Sholes, Ryan Giggs, Teddy Sheringham, Ole Gunnar Solskjaer, Dwight Yorke, Andy Cole, Roy Keane, Peter Schmeichel, Neville bersaudara, Jaap Stam serta mungkin Nicky Butt. Tapi, apakah kamu pernah mendengar nama Culkin? Nick Culkin tepatnya?

Perjalanan panjang Nick Culkin

Sejatinya, Culkin, seorang penjaga gawang, telah berada di klub selama hampir empat tahun saat dengan bangga Schmeichel mengangkat Si Kuping Besar pada malam penuh keajaiban di Barcelona.

Tepatnya tahun 1995, saat Culkin masih berusia 17 tahun, ia menandatangani kontrak dengan MU dengan banderol 100.000 paun. Harga yang cukup lumayan untuk kiper muda saat itu. 

Perlahan tapi pasti, karier Culkin terus mendekat ke tim utama setelah dua tahun berjuang melalui tim muda dan tim cadangan. Saat itu Culkin telah menjadi kiper ketiga di bawah Schmeichel dan Raymond van der Gouw.

Kabar baik bagi Culkin datang saat musim 1999/2000 akan bergulir. Keputusan Peter Schmeichel meninggalkan Manchester Merah menuju Benfica menjadi berkah bagi Culkin.

Setelah lima tahun, akhirnya mimpi untuk berada pada garis paling belakang klub terbaik dunia selangkah lagi ia peroleh. Sayang, mimpi itu kembali kabur saat Sir Alex merekrut kiper Australia, Mark Bosnich.

Baca juga: Jual Saja Paul Pogba, Manchester United!

MU memang gagal menang saat tandang ke markas Everton pada pekan pembuka, namun dua pertandingan selanjutnya gawang MU nirbobol di kandang melawan Sheffield Wednesday dan Leeds United. Rupanya penampilan Bosnich cukup apik, namun terjadi permasalahan antara dirinya dengan Sir Alex.

Sir Alex adalah Sir Alex, hukuman akan diberikan kepada siapapun yang membangkang. Pertandingan keempat melawan Arsenal, Bosnich dihukum. van der Gouw adalah penjaga gawang utama dan Culkin pelapisnya. Sekali lagi Culkin mendekati debutnya di Liga Primer Inggris.

Meskipun hanya kiper cadangan, Culkin tahu apapun bisa terjadi. Sangat ironis memang menunggu rekannya cedera untuk masuk ke lapangan, tapi itulah kenyataan bagi kiper cadangan. Apalagi melihat jika mereka akan bertanding dengan pesaing terberat sekaligus pemegang rekor kandang tanpa kekalahan.

Sejak menit pertama, prediksi pengamat berjalan mulus. Disaksikan 38.147 pasang mata, terdapat cukup mesiu dan molotov untuk meledakkan Highbury. Hanya butuh percikan api dari tekel Viera dan terjangan Roy Keane untuk meledakkannya.

Baca juga: Ungkapan-Ungkapan Tersohor dari Roy Keane

Graham Poll beberapa kali harus mendekati kerumunan pemain yang bersiap baku hantam. Freddie Ljungberg memberi tuan rumah keunggulan di babak pertama. Itu adalah gol keduanya bagi Arsenal, hebatnya, pemain Swedia tersebut mencetak sebiji gol lainnya juga ke gawang United tahun sebelumnya. Setan merah tertinggal satu gol di babak pertama.

Tidak lama paruh kedua dimulai, serangkaian ledakan emosi berlanjut. Tebasan dan intrik kedua belah pemain cukup merepotkan Graham Poll. Hal klasik terjadi saat kedua kapten beradu kepala bak domba jantan mempertahankan wilayahnya menit 54.

Tak lama kemudian Keane merasa memenangkannya setelah melesakkan gol penyama pada menit 59. Hari itu, Highbury seperti milik Keane. Saat waktu normal hanya tersisa dua menit, lagi-lagi Si Bengal dari Irlandia berhasil menjinakkan kiper pelapis Arsenal, Alex Manninger, setelah memanfaatkan muntahan bola dari Giggs.

Hanya dua menit tersisa, kedigdayaan Arsenal di kandang akan runtuh setelah 20 bulan. Waktu terus berlanjut membuktikan ketahanan Setan Merah di Gudang Peluru.

Setiap kursi terasa memanas, suporter dan semua orang di bench mulai tak mampu mendudukinya. Mereka bergantian berjingkat.

Baca juga: Lawan Liverpool, Arsenal Bisa Menang. Ini Syaratnya!

Menit 94, Jaap Stam melompat menghalau bola, sayangnya dia menggunakan Roy Parlour sebagai tiang panjatan. Graham Poll menilainya pelanggaran, tepat di sisi kiri pertahanan MU, tidak jauh dari kotak penalti.

Bergkamp mengeksekusi bola dengan sempurna melayang di atas area di mana hampir semua pemain berkumpul. Upson melayang sempurna menanduk, pendukung Arsenal menarik napas berharap Highbury akan tetap tanpa noda.

van der Gouw melayang menahan laju bola, pendaratannya tidak sempurna, bola tepat di garis gawang hanya dengan satu telapak tangannya. Melihat itu, Martin Keown langsung menyambar bola mengirimnya ke jala Setan Merah.

Gooners merayakannya. Lagi-lagi drama terjadi, hakim garis menganggap itu pelanggaran. Pasukan Arsene Wenger segera menyerbu ke pojok lapangan. Keputusan sudah diambil. Sepertinya pertandingan telah berakhir, Highbury runtuh, oleh Pasukan Setan dari kota pelabuhan Manchester.

Dari pinggir lapangan, ada satu pemain merasa ini adalah awal. Nick Culkin, pemuda itu melihat van der Gouw mengerang kesakitan menutup wajahnya. Lutut Keown menghajar muka pria Belanda, sampai-sampai empat petugas medis membantunya untuk keluar lapangan.

Baca juga: Kiper: Dalam Kesunyian, Bercengkerama dengan Nyawa

Culkin terbangun. Setelah hampir lima tahun, akhirnya kesempatan tersebut datang juga. Lihat cuplikan pertandingan di YouTube, betapa gugupnya kiper nomor 31 tersebut mempersiapkan dirinya. Tanpa persiapan panjang, Culkin melangkah menuju tengah momen besar, dan akan menjadi terbesar dalam hidupnya.

Pertandingan telah memasuki menit ke-100, Culkin melambaikan tangan ke arah rekan-rekannya menuju bawah mistar. Besar harapannya agar ada waktu tambahan sedikit lagi untuk merasakan momen tersebut.

Setelah berkenalan dengan rumput, Culkin menempatkan bola di tepi sebelah kiri kotak dalam penalti. Pelanggaran Keown yang terjadi persis di garis akhir gawang, maka tendangan bebas harus diambil seperti tendangan gawang biasa.

Tangan kirinya menunjuk rekannya untuk bersiap. Culkin melaju dan menendangnya dengan kaki kiri, bola melambung dan Graham Poll meniup peluit akhir pertandingan. 

Rekor yang sulit diulangi

Coba amati sekali lagi video pada menit 23:53. Jika dihitung waktu efektif pertandingan adalah setelah bola ditendang, maka debut Culkin hanya berjalan tidak lebih dari 2 detik, bahkan 1,4 detik mungkin.

Tidak ada yang menyangka itu adalah debut pertama sekaligus terakhir Nick Culkin di Liga Primer Inggris, karena setelah itu, van der Gouw kembali bermain pada pertandingan berikutnya melawan Coventry City.

Sir Alex mengamankan tanda tangan Massimo Taibi pada bulan September. Bosnich, van der Gouw dan Taibi membuat peluang Culkin pupus. Dia memilih dipinjamkan ke Hull tahun itu kemudian melanglang buana ke klub-klub medioker di kasta bawah kompetisi Inggris.

Dia berkarier di sepak bola dan bermain tidak lebih dari dua detik di Liga Primer Inggris. 

Jadi, adakah yang bisa mematahkan rekor Culkin?

 

*Penulis bekerja sebagai dosen psikologi di UIN Malang. Bisa ditemui di akun Twitter @AkhmadMu