Suara Pembaca

Ketika Macan Kehilangan Taringnya

Tepat pada 7 Juni 2019, harapan baru seakan kembali muncul di tim Macan Kemayoran, julukan Persija Jakarta. Harapan itu muncul lagi ke permukaan setelah didepaknya Ivan Kolev yang ditunjuk sebagai nakhoda tim ibu kota untuk mengarungi Liga 1 musim 2019/2020.

Penggantinya yang tak lagi asing dengan sepak bola Indonesia yaitu Julio Banuelos, mantan asisten Luis Milla di timnas Indonesia selama Asian Games. Setelah ditunjuknya Julio, banyak harapan yang disematkan kepada pelatih dari negeri Matador tersebut oleh Jakmania.

Setelah penunjukan tersebut, dua minggu kemudian ujian pertama datang dari Laskar Joko Tingkir, Persela Lamongan yang tak kunjung menemukan hasil positif dalam tiga pertandingan awal. Bertandang ke Surajaya, Lamongan bukanlah kota yang mudah bagi pasukan Macan Kemayoran, karena beberapa tahun terakhir Persija tak kunjung menuai hasil positif di kandang Persela.

Pertandingan pun berakhir dengan skor kacamata bagi kedua kesebelasan. Memang hasil yang tertera di akhir pertandingan bukan merupakan hasil maksimal yang dapat diraih oleh Andritany dan kawan-kawan. Namun, permainan tim berjuluk Macan Kemayoran tersebut sudah semakin membaik dan mulai terlihat pola yang ingin diterapkan oleh pelatih baru.

Baca juga: Permasalahan Kandang Klub Ibu Kota

Hasil positif di Liga 1 akhirnya dituai oleh Persija di kala menjamu Elang Jawa di Stadion Patriot Chandrabaga usai menang lawan Borneo FC di Piala Indonesia. Permainan yang sudah mulai cair dan kembalinya taji Marko Simic sang bomber andalan, seakan membawa sinyal positif bagi tim ibu kota.

Permainan positif yang ditunjukan oleh Persija dibawa hingga akhirnya mereka menembus final Piala Indonesia usai mengandaskan Borneo FC dengan performa yang cukup menghibur. Harapan yang awalnya sirna seakan kembali lagi. Angin positif dibawa Persija untuk menjamu Persib Bandung dalam El Clasico-nya Indonesia di Gelora Bung Karno.

Dari awal hingga akhir permainan, Macan mendominasi Maung dalam segala segi statistik. Keberuntungan juga kartu merah yang mengubah segalanya. Setelah itu, permainan Persija praktis turun kala dihajar PS TIRA-Persikabo 5-3 di Pakansari.

Lima hari berselang, final leg 1 Piala Indonesia yang mempertemukan Persija Jakarta melawan PSM Makassar pun digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Persija nyaris menguasai seluruh pertandingan leg 1 tersebut.

Dukungan dari puluhan ribu Jakmania yang memadati GBK menjadi motivasi tersendiri bagi Macan Kemayoran untuk mengalahkan Juku Eja yang pada musim sebelumnya terjadi ‘perseteruan’ secara tidak langsung antara kedua tim.

Baca juga: Hampir 1 Tahun Berlalu, Akhirnya Piala Indonesia Selesai Juga

Pertandingan berjalan dengan keras dan kompetitif, walaupun Persija sendiri menguasai kebanyakan jalannya pertandingan. Sesaat peluit panjang akan dibunyikan, skor masih berimbang 0-0 dan para suporter Persija mulai terlihat gelisah, namun akhirnya gol yang dinantikan akhirnya hadir dari pemain pengganti, Ryuji Utomo.

Skor berakhir 1-0 untuk kemenangan Persija Jakarta, suatu modal yang cukup penting untuk menghadapi leg 2 di Makassar. Harapan itu kembali muncul namun masih juga banyak kekecewaan dari para pendukung Persija.

Setelah final leg 2 Piala Indonesia ditunda, Persija kembali melakoni laga kandang melawan Arema FC di Jakarta. Permainan yang ditampilkan sudah membaik walaupun awalnya sempat tertinggal dan akhirnya bisa membalikan keadaan.

Kembali, seperti pertandingan melawan Persib Bandung, di menit akhir Persija kembali kebobolan dan membuat hasil akhir 2-2 dan bukan hasil yang positif bagi Macan Kemayoran. Modal yang kurang baik didapati oleh Persija untuk menghadapi PSM di final leg 2 Piala Indonesia.

Pada akhirnya, Macan kembali tertunduk usai dibungkam 2-0 (agregat 2-1) oleh Juku Eja di final leg 2 yang membuat PSM menjadi juara Piala Indonesia 2018/2019. Kekecewaan karena permainan yang buruk dan hasil akhir yang tentunya tidak sesuai dengan harapan, membuat para Jakmania merasa tidak puas.

Baca juga: Ujian untuk Cinta dan Ketulusan Jakmania

Puncaknya, usai imbang melawan Bhayangkara FC pada 10 Agustus kemarin, Jakmania melakukan protes kepada skuat dalam pertandingan maupun usai pertandingan. Nyanyian kekecewaan dilantangkan para suporter yang merasa dikecewakan karena tren buruk yang sedang dijalani oleh Persija. 

Persija seakan kembali menjalani masa-masa kelam di kala Ferry Paulus kala itu masih menguasai saham mayoritas Macan Kemayoran. Taji Persija yang tahun lalu mampu melibas lawan-lawannya tak kunjung muncul hingga pertandingan ke-9 mereka di Liga 1 tahun ini.

Persija sekarang bukanlah Persija yang sama seperti tahun lalu. Semangat untuk kembali menjadi juara dan menjadi yang terbaik seakan hilang dari klub kebanggaan ibu kota negara. Wahai Macan, sudah lama kamu tertidur lelap. Kapan kamu bangkit?

 

*Penulis adalah mahasiswa yang cinta dan masih percaya kepada Persija Jakarta, dan sepak bola Indonesia akan menjadi yang terbaik pada akhirnya. Bisa ditemui di akun Twitter @lorentjonathan