Gelaran Piala Indonesia ke-7 akhirnya menemui juaranya. Sejak dimulai pada 8 Agustus 2018, turnamen ini dihiasi banyak drama, termasuk partai final yang tertunda. Kini setelah hampir tepat setahun berlalu, akhirnya semua selesai juga.
PSM Makassar berhasil menjadi penguasa setelah menaklukkan Macan Kemayoran di kandang pada Selasa sore (6/8).
Bila sesuai rencana pertandingan, leg 2 final Piala Indonesia 2018/2019 harusnya terlaksana satu pekan sebelumnya di Stadion Andi Mattalatta, Makassar. Sayangnya, drama menguras emosi hadir di akhir pagelaran.
Persija Jakarta yang optimis mengangkat piala di tanah Sulawesi Selatan berkat kemenangan 1-0 di pertandingan sebelumnya, harus mengalami hal tidak menyenangkan. Bus yang mengangkut pemain beserta ofisial menerima serangan. Kaca-kaca pecah, beberapa orang terluka.
Penyerangan usai Persija menjalani official training tersebut berbuntut panjang. Merasa keamanan terancam, pihak klub mengajukan penundaan pertandingan. Memang bukan hanya itu teror yang dilakukan. Sebelumnya, mereka juga mendapat “sambutan” kembang api di penginapan. Juga teror-teror verbal dan lemparan botol air kemasan ketika tiba di sSadion Andi Mattalatta.
Secara tiba-tiba, beberapa jam jelang pertandingan, ketika para penonton telah siap di tribun dan hadapan layar kaca masing-masing, secara resmi diumumkan pertandingan batal dilaksanakan dan berubah jadwal di waktu yang belum ditentukan.
Tudingan kemudian bermunculan. Dari anggapan Macan Kemayoran takut bermain di kandang Ayam Jantan dari Timur, hingga PSSI yang dituding memberi keistimewaan pada klub ibu kota.
Padahal bila mau melihat catatan di lapangan, baik Persija Jakarta dan PSM Makassar sama-sama memiliki catatan istimewa. Dari 10 pertandingan sejak babak I hingga semi-final, Macan Kemayoran tidak sekalipun terkalahkan. Tiga kali tertahan imbang dan tujuh pertandingan berakhir dengan kemenangan, seharusnya membuatnya tidak takut bermain di Makassar.
Sedangkan PSM Makkasar yang memulai perjalanan dengan kemenangan WO atas Sidrap United dan menang susah payah melalui adu penalti atas Persiter Ternate, akhirnya menemui ritme permainannya. Kemenangan besar atas Perseru Badak Lampung FC, saling mengalahkan dengan Bhayangkara FC dan Madura United di dua leg pertandingan, akhirnya mengantarkan wakil Sulawesi ke partai puncak.
Namun apapun bisa terjadi di pertandingan penentuan. Seperti yang telah sama-sama kita saksikan, mulai dari gol cepat, hujan kartu kuning, bahkan keluarnya kartu merah, tersaji di stadion tua yang dulu bernama Mattoanging.
Di tengah kepungan suporter Makassar yang memenuhi tribun, Aaron Evans mencetak gol pertama sekaligus penyama agregat di menit ke-3. Alih-alih mencetak gol pengaman kemenangan, Persija justru kehilangan satu pemainnya. Sandi Sute harus mandi lebih cepat usai menerima kartu kuning kedua dari wasit sebagai hukuman tekel keras pada Wiljan Pluim.
Bermain sepuluh orang dengan agregat 1-1, Persija masih bermain normal. Namun malapetaka hadir ketika Zulham Zamrun mencetak gol kesepuluhnya di gelaran Piala Indonesia. Gol di menit ke-50 membuat PSM Makassar yang unggul pemain dan kini unggul jumlah gol seolah berada di atas angin.
Dengan waktu yang semakin menipis, sebiji gol yang dibutuhkan tamu dari Jakarta untuk berpesta nyatanya begitu sulit didapat, sedangkan tuan rumah semakin jemawa untuk mengakhiri 19 tahun puasa gelar di kandang sendiri.
Benar saja, hingga wasit meniup peluit panjang, skor tidak lagi berubah. Ayam Jantan dari Timur berpesta di kandangnya. Bersama 14.997 orang yang memadati tribun bersejarah Mattoanging, PSM mencatat sejarah. Puasa gelar selama 19 tahun terputus sudah. Gelar Piala Indonesia 2018/2019 menjadi milik mereka.
Drama panjang Piala Indonesia 2018/2019 usai sudah, dengan PSM Makkasar sebagai juara di gelaran ke-7. Dilengkapi Asnawi Mangkualam sebagai pemain muda terbaik, serta Zulham Zamrun yang terpilih sebagai pemain terbaik juga pencetak gol terbanyak dengan 10 golnya.
Harapannya, final kemarin sore juga menjadi akhir drama rivalitas suporter yang sempat memanas. Jangan sampai final antara PSM Makassar dan Persija Jakarta justru menjadi awal permusuhan suporter mereka yang sebelumnya dikenal bersahabat.
Seperti apa yang dikatakan Bambang Pamungkas di laman pribadi miliknya beberapa hari jelang pertandingan. Dalam tulisan berjudul “Juara, Tidak Lagi Penting”, Bepe menyebut tidak seharusnya timbul poros permusuhan baru. Sepak bola tidak seharusnya menjadi sebuah aktivitas yang berbahaya baik bagi pelaku, penonton, maupun masyarakat di sekitarnya.
“Sekali lagi, di tengah maraknya himbauan perdamaian antarsuporter di Indonesia, tidak seharusnya timbul poros permusuhan baru, kita tidak memerlukan itu. Sepak bola tidak seharusnya menjadi sebuah aktivitas yang berbahaya baik bagi pelaku, penonton, maupun masyarakat di sekitarnya.” seperti dikutip dari bambangpamungkas20.com.
Road to Final Kratingdaeng Piala Indonesia 2018/2019:
PSM Makassar
Babak I
Sidrap United vs PSM Makassar (WO)
Babak II
Persiter 3-3 PSM (5-6 adu penalti)
Babak III
Kalteng Putra 1-2 PSM
PSM 1-0 Kalteng Putra
Babak 16 Besar
PSM 9-0 Perseru Badak Lampung FC
Perseru Badak Lampung 0-3 PSM
Perempat-final
Bhayangkara FC 4-2 PSM
PSM 2-0 Bhayangkara FC
Semi-final
PSM 1-0 Madura United
Madura United 2-1 PSM
Persija Jakarta
Babak I
Persikabo 0-2 Persija Jakarta
Babak II
Sulut United 0-1 Persija
Babak III
Persija 8-2 757 Kepri Jaya
757 Kepri Jaya 1-1 Persija
Babak 16 besar
PS Tira-Persikabo 2-2 Persija
Persija 2-0 PS Tira-Persikabo
Perempat-final
Bali United 2-1 Persija
Persija 1-0 Bali United
Semi-final
Persija 2-1 Borneo FC
Borneo F C 1-1 Persija
Daftar juara Piala Indonesia
2005: Arema Malang
2006: Arema Malang
2007: Sriwijaya FC
2009: Sriwijaya FC
2010: Sriwijaya FC
2012: Persibo Bojonegoro
2019: PSM Makassar