Suara Pembaca

Sensasi Berbeda Kala Bertandang di Liga 3

Liga 3 Indonesia adalah sebuah kompetisi amatir sepak bola di negeri yang kita cintai ini. Liga 3 sejak tiga tahun lalu sudah menunjukkan geliatnya, semenjak PSSI aktif kembali usai dibekukan oleh FIFA. Liga amatir ini memutar roda eksistensinya kembali dengan berganti nama dari sebelumnya Liga Nusantara pada 2014.

Ditelusuri lebih jauh, Liga 3 adalah bagian dari piramida kompetisi sepak bola Tanah Air, yaitu jenjang ketiga setelah Liga 1 dan Liga 2, dengan menerapkan sistem kompetisi dari mulai regional, pra nasional dan nasional.

Regional diadakan di 34 provinsi di Indonesia, dengan tujuan klub yang lolos dari jenjang tersebut akan menuju jenjang nasional. Untuk kompetisi nasional sendiri akan diisi oleh klub yang terdegradasi dari liga 2 musim lalu, yang lolos dari jenjang pra nasional, ditambah dengan klub yang lolos jenjang regional tadi. Nantinya, ujung kompetisi ini akan ditentukan oleh partai final. Hmm… sebuah liga dengan format cukup unik. 

Layaknya kasta ke-8 dari 22 kasta piramida kompetisi sepak bola Inggris, Liga 3 pun menerapkan konsep promosi-degradasi dan diisi oleh klub amatir dan semi-profesional. Sisa kasta Liga Inggris lainnya tidak menerapkan promosi dan degradasi.

Baca juga: Gampang Jatuh dan Malas Bangkit. Perkara yang Tiada Habisnya

Pada kompetisi Liga 3 Regional, perannya sebagai kompetisi yang akan digelar di tiap provinsi dan dijalankan oleh masing-masing asprov (asosiasi provinsi). Dengan regulasi yang cukup unik, yaitu hanya boleh mendaftarkan 5 pemain senior dan hanya 3 yang boleh berada di 11 starting line-up. Selebihnya adalah pemain kelahiran 1 Januari 2001 s.d. 1 Januari 1997. 

Ada satu sisi yang sangat menarik untuk dibahas dalam putaran liga amatir ini. Liga 3 akan menawarkan alternatif awaydays yang masuk akal bagi pencinta klub atau sepak bola lokal Indonesia, yang ingin merasakan sensasi bertandang ke kandang lawan.

Terkhusus untuk jenjang regional yang menerapkan tandang-kandang, ruang lingkup awaydays suporter dalam mendukung tim kesayangannya hanya ada di teritori provinsi tersebut saja. Sayangnya sebagian provinsi memilih dengan format home tournament alias memilih satu daerah menjadi tuan rumah. 

Awaydays sendiri merupakan sebuah budaya yang lahir dari sepak bola. Ini sebuah cara bagaimana sepak bola menempatkan diri sebagai hari raya umat pencinta sepak bola. Sekumpulan insan akan bertemu dengan sekumpulan insan lainnya, dengan memainkan peran sebagai pemuja tim kesebelasan.

Mari bandingkan dengan pagelaran Liga 1. Awaydays pendukung tim peserta hanya banyak dilakukan serta berkutat di pulau Jawa saja, karena jumlah peserta perwakilan pulau Jawa adalah yang terbanyak. Selain itu turut dipengaruhi akses jalan antarprovinsi yang memadai, serta tentunya kultur fanatisme yang kuat suporter pulau jawa.

Untuk klub lainnya, akan diwakili oleh para perantau atau yang sudah menetap lama di daerah tersebut. Bagi penggemar di provinsi lain atau di pulau lain, tentu akan berpikir lebih dari dua kali untuk melakukan awaydays secara satu musim kompetisi penuh. Alasan paling mendasar adalah dana serta waktu tempuh perjalanan pulang pergi.

Akan tetapi, nantinya jangan berharap banyak pada klub yang dirancang jangka pendek dan prestasinya kelak. Pun jangan berharap banyak pula, dengan protes sana-sini kepada manajemen klub yang kebanyakan menyambi mencari panggung politik. Nikmatilah kompetisi ini secara bertahap.

Hal yang perlu dilakukan adalah menerapkan peraturan No Ticket No Game dan mengurangi fanatisme sebagian kelompok pendukung klub lokal, yang sangat stereotip dengan suporter Eropa garis keras, yang mana gesekan dan memenangkan suatu perkelahian adalah mempertahankan kehormatan kelompok suporter di sana (Eropa).

Baca juga: Thoriq dan Ketulusan Rasa pada Klub Kebanggaan

Atau silakan saja mempertahankan kehormatan dengan cara seperti itu, tapi tolong agar dilakukan di luar 90 menit yang sakral. 90 menit bagi mereka yang bermain bola untuk pengalaman. Begitupun bibit-bibit muda yang butuh kompetisi.

Alternatif ini jangan sampai disia-siakan oleh para pencinta sepak bola Indonesia, karena untuk awaydays secara penuh, di Indonesia sulit untuk bisa diterima oleh dana. Dengan mendukung klub lokal daerah anda, maka akan membantu industri sepak bola di Indonesia. Semoga saja hal ini bisa terwujud secara bertahap dan lahir dari sensasi awaydays.

 

*Penulis adalah seorang karyawan swasta bagian Refraksionis Optisien yang hobi literasi sepak bola Indonesia. Bisa ditemui di akun Twitter @RanahAnanda