PSM Makassar menghadapi jalan berat dalam usaha mengakhiri puasa gelar mereka selama 19 tahun. Kekalahan 0-1 di kandang Persija pada hari Minggu (21/7) lalu, membuat Juku Eja harus mencetak minimal dua gol tanpa kebobolan jika ingin merebut Piala Indonesia 2018/2019.
Kendalanya, sampai sekarang tim asuhan Darije Kalezic masih bermasalah dengan tiadanya sosok pendulang gol yang mumpuni.
Para pendukung PSM menyuarakan kegerahan mereka melihat performa striker yang dipercaya di leg pertama final, Guy Junior Ondoa. Pemain naturalisasi bernomor punggung 39 ini tampil buruk dan sering kehilangan bola. Ia juga gagal menyelesaikan sebuah peluang ketika tinggal berhadapan satu lawan satu dengan kiper Persija, Shahar Ginanjar.
Pertanyaan demi pertanyaan ini bertubi-tubi dialamatkan kepada Kalezic. Mengapa Junior yang dipercaya bermain selama 90 menit di laga menentukan tersebut? Mengapa striker jangkung yang pernah mengecap atmosfer Real Madrid, Eero Markkanen, hanya diturunkan di menit-menit akhir pertandingan?
Lalu pertanyaan paling krusial: mengapa penyerang favorit pendukung PSM, Ferdinand Sinaga, tak bermain semenit pun di laga itu?
Baca juga: Kemarin, GBK Tidak Kalah Meriah dari Istora
Sebagai pelatih kepala, Kalezic memang memiliki hak untuk menentukan sebelas pemain yang mengisi line-up PSM. Namun, penentuan pemainnya di beberapa laga terakhir membuat para pendukung menggeleng-gelengkan kepala. Yang paling membuat gemas adalah keputusannya membangkucadangkan Ferdinand dan rekrutan baru yang langsung menjadi idola pendukung, yaitu Bayu Gatra. Padahal, dua nama terakhir bisa menjadi alternatif bagus alur serangan.
Lini depan Juku Eja memang tak kurang amunisi hebat. Sektor sayap diisi Zulham Zamrun dan M. Rahmat, dengan Bayu dan Saldy Amiruddin sebagai pelapis. Kapten Wiljan Pluim juga sering kali dipercaya mengisi sektor penyerang sayap. Ferdinand dan Markkanen diprediksi akan bergantian mengisi peran sebagai ujung tombak. Di luar dugaan, Junior selama ini lebih sering menjadi juru gedor.
Di sesi konferensi pers pasca-pertandingan Persija vs PSM, saya sempat melempar pertanyaan kepada Kalezic tentang situasi Ferdinand. Namun, eks pelatih tim junior PSV Eindhoven ini menepis rumor bahwa pencetak gol terbanyak tim nasional Indonesia di Asian Games 2014 tersebut sedang menderita cedera.
Kalezic mengatakan bahwa ia memilih Junior lebih ke alasan taktikal, karena striker kelahiran Kamerun ini lebih fasih dalam skema bertahan daripada rekan-rekannya yang lain di lini depan.
Komentar kontroversial ini membuat para fans dan pemerhati PSM semakin bertanya-tanya. Sebelum laga final Piala Indonesia, Ferdinand mencetak dua gol dalam dua laga di Shopee Liga 1 2019. Namun, catatan itu seolah diabaikan sang pelatih. Padahal, jumlah itu langsung menyamai torehan gol Junior yang lebih sering menjadi starter di liga.
Lebih jauh lagi, komentar Kalezic seputar skema bertahan yang diinstruksikannya di final pertama juga mengundang pertanyaan. Secara tak langsung, ia mengakui bahwa Juku Eja menyambangi tuan rumah Persija hanya untuk mengejar hasil imbang.
Tentunya ini cukup mengecewakan, bukan hanya bagi para pendukung PSM yang mengharapkan kemenangan, melainkan juga bagi para penonton netral yang menginginkan tontonan sepak bola menyerang.
Leg kedua final Piala Indonesia menarik untuk ditunggu, karena PSM yang bertindak sebagai tuan rumah tentu tak ingin lagi kehilangan kesempatan merebut trofi. Apakah Kalezic masih akan memercayai Junior di lini depan? Ataukah kali ini ia akan memberi kesempatan pada Ferdinand dan Markkanen?
Baca juga: Eero Markkanen dan Optimisme Baru Juku Eja